Disakiti atau menyakiti sahabat? Tentu sesal begitu besar akan kamu rasakan jika menyakiti seseorang. Apalagi orang itu adalah orang yang penting untuk kamu. Karena itulah, ingin rasanya kuucap kata maaf pada seorang sahabat yang pernah tersakiti olehku.
Suatu waktu di siang itu, kamu mengajakku bertemu. Kita berkawan sejak lama, hanya saja tidak pernah terduga jika rasamu ternyata lebih dari sekadar kawan. Hingga bertahun setelahnya, kamu masih bertahan dengan perasaan itu. Apa yang membuat kamu tetap bertahan?
<>2. Berkali Menegaskan, Kamu Tetap dengan Perasaan Itu>Kata ‘teman’ dan ‘kawan’ lebih menarik bagiku kala itu. Karenanya, kupinta kamu untuk mundur saja. Tapi meski bertahun berlalu, kamu tetap bertahan dengan perasaan itu. Bahkan tanpa ragu, kamu terus menegaskan itu dalam tiap waktu dan kesempatan sua.
<>3. Hingga Akhirnya, Kamu Memilih Mundur Perlahan>Tapi semua memang ada batasnya bukan? Setelah penantian panjang tanpa kepastian, dan terabaikan, akhirnya kamu memilih mundur perlahan. Kamu bilang, kamu hanya ingin melihatku bahagia. Dan jika memang mundur adalah cara membuatku bahagia, maka itu akan kamu lakukan.
<>4. Perasaan Kehilangan pun Memenuhi Rongga Dada>Dan bodohnya aku, akhirnya aku merasakan hal itu. Sebuah rasa kehilangan setelah kamu pergi. Sebuah rasa kosong dan hampa yang sangat, hanya karena kamu tidak lagi menahanku dengan rasa itu.
<>5. Kamu Melangkah, Tapi Aku Tetap di Sini>Hingga akhirnya kamu pun melangkah. Kamu menemukan tambahan hati yang lain. Dan hari itu, pagi itu, orang pertama yang kamu beri tahu adalah aku. Gemetar kubaca pesanmu selepas Shubuh. Hingga tanpa sadar, ponselku pun tak lagi ada di tangan ini. Apakah kamu tahu yang terjadi?
<>6. Gemetar Kuucap Selamat Untukmu di Hari Itu>Kuakui, aku memang jahat padamu. Tapi sebagai kawan dan dengan status kawan, kupenuhi undangan darimu. Dengan langkah tegak dan dada terbusung serta senyum terkembang, kuucapkan selamat untukmu.
Mungkin kamu tidak pernah tahu. Tapi setelah beranjak dari panggung pelaminanmu, nyaris saja kaki ini tak lagi mampu menahan tubuhku. Seketika aku limbung. Dan hanya kursi bisu yang jadi sandaran, memaksa diri untuk tetap tegak bertahan.
<>7. Maaf, untuk Waktu yang Terabaikan>Begitu ingin kuucap maaf untukmu. Maaf untuk waktu yang terabaikan. Maaf untuk semua kesempatan yang sama sekali tak pernah kuberikan untuk kamu. Kamu yang telah berjuang, tapi tetap saja tak kupedulikan.
Biar waktu-waktu kita itu, cukup jadi kenangan saja. Tak perlu kamu ingat atau kamu bagi lagi dengan yang lain. Biarlah semua tetap seperti adanya. Pelan dan menghilang dalam lipatan bernama kenangan.
<>8. Maaf, untuk Semua Sikap Tak Berkenan>Ah, aku baru ingat. Bukan hanya waktu yang tak kuberikan. Dalam perjuanganmu yang tak kenal lelah itu pun, tak sedikit sering kukatakan kata-kata dan sikap tak pantas. Hanya karena kebodohanku yang tak bisa melihat ketulusanmu.
Maafkan atas semua kata dan sikap bodohku ini. Maafkan atas segala yang telah membuatmu kecewa dan terluka. Sungguh, tak pernah terbersit dalam diriku, ingin membuatmu kecewa dan terluka.
<>9. Sesal Setelah Pergimu, Tak Berarti Lagi>Ya, kuakui benar. Sesal itu akhirnya muncul setelah kamu pergi. Tapi, semua sudah tidak ada artinya lagi kan? Kamu sudah menemukan jalanmu sendiri. Kamu sudah mendapatkan kisah baru yang siap mengukir kebahagiaan baru nantinya.
Tak pernah kurasa dendam padamu. Semoga kamu juga demikian, meski terlalu banyak luka tergores pernah kuberikan padamu. Biar sesal ini jadi milikku saja. Biar sesal ini jadi saksi, kalau kamu memang pantas mendapatkan yang lebih baik dariku. Biar waktu yang nantinya akan menghapus sesal ini.
<>10. Terimakasih tak Membuat Luka Lagi, Meski Hanya kata ‘Teman’ yang Tersisa>Kecewa dan terluka, tentu itu yang kamu rasakan. Tapi terlalu baiknya dirimu, hingga tak pernah kamu goreskan luka padaku. Meski menganga sakitnya belum tentu benar sembuh, tapi tak pernah kamu berpaling dariku.
Kupinta untuk tetap mempertahankan kata ‘teman’ antara kita. Dan tanpa ragu kamu mengabulkannya. Tanpa syarat apapun. Dan tanpa pinta atau kata apapun. Hanya senyum tulus dan anggukan saja yang kulihat dari wajahmu.
Mungkinkah kamu berusaha sembunyikan bulir yang nyaris menganak sungai di pipimu itu? Ah, yang kutahu, kamu sahabatku, adalah orang yang tegar dalam segala hal. Bahkan jika itu adalah rasa sakit luar biasa olehku, sahabatmu sendiri.
<>11. Kamu Mengajarkan Arti Menghargai dan Kesungguhan>Kamu mungkin tidak pernah menyadari. Tapi, kamu sudah mengajarkan banyak hal padaku. Arti menghargai sebuah perhatian. Arti menghargai kehadiran seseorang yang penting. Dan arti menghargai waktu yang panjang yang pernah kamu perjuangkan.
Kamu juga memberitahukan padaku arti kesungguhan. Sebuah ketulisan yang tidak meminta balas, meski luka menganga yang kuberi padamu akhirnya. Sebuah perjuangan tulus yang kamu berikan pada seseorang yang istimewa. Mungkin tidak akan pernah kutemukan orang lain sepertimu lagi.
<>12. Maaf, dan Terimakasih untuk Kamu yang Pernah Tersakiti>Sekali lagi, maaf dan terimakasih untukmu, seseorang yang pernah tersakiti. Seseorang yang pernah kukecewakan. Seseorang yang pernah kutorehkan luka padamu.
Kini saatku kulangkahkan kaki. Seperti kamu yang telah temukan tambatan hati. Kini saatnya aku bangkit kembali. Mengukir mimpi baru dan menjemput kekasih hati. Kamu sang pemilik hati terbaik yang pernah kutemui. Kamu kawan, teman, sahabat dan kakak terbaik yang tak pernah kumiliki.
Untuk dia yang memilikimu kini, jagalah sahabatku ini. Lukanya olehku mungkin tidak akan pernah sembuh. Tapi ia pasti bisa memulai hari baru dengan kisah baru yang lebih indah denganmu.
Semoga bahagia selalu.
Dari sahabatmu yang pernah menyakiti dan mengecewakanmu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Sahabat,kawan atau mungkin aku ini sudah dilupakan.