5 Hal yang Membuat Orang Enggan Tinggal di Kampung, Semoga Kamu Tidak!

Kampung memiliki tempat istimewa yang tidak bisa kita temukan di perkotaan.

Kampung dengan segala kondisinya perlahan-lahan ditinggalkan oleh penghuninya. Orang-orang yang ari-arinya dikuburkan di kampung mulai pergi mengadu nasib di tempat lain. Atas nama perbaikan ekonomi keluarga misalnya, anak-anak kampung tak lagi nyaman menetap di dalamnya. Padahal aroma kampung halaman amat menenangkan. Ia membuat tidurmu lebih lama dari biasanya. Tuntutan hidup yang belum dikejar deadline barangkali sebagai pemicunya. Kau akan lebih santai saat hidup dan tinggal di kampung.

Hari-hari yang kamu arungi bisa merasakan aroma bau pesing dari anak-anak kecil. Mereka kerap melubangi tanah dengan kencingnya sendiri. Setelah itu dilanjutkan dengan memanfaatkan tangan pada bagian siku untuk membesarkan lubang yang ia buat sebelumnya. Hatimu diobok-obok rindu akan kenangan masa silam. Namun waktu berlalu begitu cepat. Ia lebih dulu memaksamu untuk mengambil seribu meraih mimpi. Terpaksa kau meninggalkan segalanya, meninggalkan cerita tentang kampung, lalu urbanisasi ke kota-kota besar. Di kota memang sumber daya lebih melimpah, tak sebanyak di kampung halaman.

Di dalam catatan ini, penulis mengangkat lima yang membuat orang enggan tinggal di kampung. Pesonanya kalah jauh dengan kota. Sila dicek!

ADVERTISEMENTS

1. Kondisinya jauh tertinggal

Foto dari Pixabay

Foto dari Pixabay via https://www.pexels.com

Tidak bisa dipungkiri pembangunan di kampung bergerak lamban. Fasilitas publiknya pun belum mumpuni. Orang-orang semakin dibatasi aktivitasnya bila ingin bergerak melakukan sesuatu. Pokoknya kondisinya jauh tertinggal.

Dengan situasi yang begitu tadi, orang-orang kampung satu demi satu angkat kaki. Mereka terbang ke tempat lain, mencari sesuatu yang sebelumnya tak mereka dapatkan di kampung halaman. Kota menjadi salah satu tujuan.

Sumber daya yang melimpah di kota telah membius orang-orang untuk menninggalkan kampung asal. Seolah-olah kampung tak lagi menarik. Menyedihkan memang.

ADVERTISEMENTS

2. Akses hiburan yang jarang

Foto dari pixabay

Foto dari pixabay via https://www.pexels.com

Akses untuk mendapatkan hiburan tak sebanyak di kota. Ada sih hiburan yang bisa kita dapatkan, hanya kondisinya serba terbatas. Orang-orang kampung pun tak banyak pilihan selain menikmati setiap suguhan yang diberikan alam semesta.

Sementara di kota sana, orang-orang kota telah mendapatkan banyak kemudahan di bidang hiburan. Mereka tinggal mengeluarkan biaya untuk menndapatkan akses ke tempaat hiburan. Barangkali hiburan yang jarang jadi satu dari sekian penyebab orang tak lagi tinggal di kampung.

ADVERTISEMENTS

3. Lapangan pekerjaan yang minim

Foto dari pixabay

Foto dari pixabay via https://www.pexels.com

Di kampung lapangan pekerjaan masih minim. Sebenarnya ini bisa disiasati bila anak-anak kampung kreatif. Namun keterbatasan untuk akses terhadap modal, sehingga orang-orang memilih untuk merantau. Tinggalkan kampung sendirian.

Kesialan lain terjadi saat orang-orang kampung beranggapan bila menjadi petani kini tak lagi menarik. Padahal ada bannyak lahan tidur yang tidak digarap. Mereka memilih untuk beranjak ke kota, mencari hidup yang lebih baik menurut mereka.

Di kota mereka akan bekerja pada perusahaan swasta. Menjadi karyawan dan karyawati, padahal di kampung mereka bisa menjadi petani. Ia bisa menjadi bos bila memilih bertahan dalam usaha di bidang pertanian.

ADVERTISEMENTS

4. Pertumbuhan ekonomi yang letih lesu

Foto oleh Chevanon Photography dari Pexels

Foto oleh Chevanon Photography dari Pexels via https://www.pexels.com

Akibat perputaran uang yang  rendah, ekonomi di kampung bergerak stagnan. Para penghuni kampung tak banyak pilihan.  Di sini jumlah uang yang beredar setiap harinya tidak sebanyak yanag berputar di daerah perkotaan.

Kondisi ini biasanya memaksa anak-anak kampung untuk beranjak ke kota. Meninggalkan kampung dengan sejuta harap mereka bisa mengubah nasib selama di kota, kemudian pulang dan membawa cerita sukses untuk orang-orang di kampung. Syukur kalau membawa semangat baru untuk mengubah kondisi kampung yang itu-itu saja.

ADVERTISEMENTS

5. Itu tetap rumahmu, kau harus pulang

Foto dari Pixabayy

Foto dari Pixabayy via https://www.pexels.com

Seburuk-buruknya rumah, ia tetap tempat tinggal. Di sana kamu dapatkan merebahkan badan sesuka hati. Setiap harinya kamu dapat merasakan kepulan asap rokok dari sang ayah. Lalu di suatu senja,  kau menikmati kopi terbaik sejagat raya dari tangan ibumu.

Barangkali kau berpikiran bila hidupmu lebih keren di kota, namun ingatlah tempat pertama yang mengutusmmu pergi. Tempat itu bernama kampung. Di sana ia memiliki roh yang selalu memanggilmu setiap waktu untuk pulang, biar kau dapat merayakan kenangan yang pernah terjadi di masa silam.

Begitu yang terjadi di kampung sekarang ini. Kau mungkin keren di kota, tetapi jangan lupa jalan pulang. Kami di sini selalu merindukan kalian dengan cerita-cerita tentang hidup yang tentu saja masih sama seperti dulu.  Salam rindu wahai kalian  para perantau di manapun berada.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta Kopi Colol dan Sopi Kobok. Tinggal di Manggarai Timur, Flores. Amat mencintai tenunan Mama-mama di Bumi Flobamora.