Where is good in goodbye?
Kalimat itu sempat kejam sekali menyiksa saya, kepergianmu yang tanpa aba-aba meninggalkan begitu banyak luka. Saya sempat merutuki dunia, dicabut nyawa pun saya rela, saya tidak kuat menahan sesaknya dada! Tapi waktu memenuhi tujuannya, perlahan Tuhan menyembuhkan hati saya. Lihatlah Tuan, saya sungguh-sungguh bahagia. Tentang kamu, tentang rasa yang pernah ada, sekarang cukup tinggal dalam memori saja.
Kepergianmu kali ini benar-benar luput dari prediksi, walaupun saya tahu dari dulu kamu selalu datang dan pergi sesukamu sendiri, tapi bukankah kamu sudah berjanji? Kita sepakat untuk memulai lagi, memaafkan kejadian lalu dan meminta saya membuka diri. Apa semudah itu kamu mengingkari? Alasanmu pergi pun tak bisa ditoleransi, berdalih sudah tak nyaman berada di sisi, ternyata kamu sudah menyiapkan pengganti.
Kamu memang rajanya meremuk hati, membuat saya merasa semesta sedang mempecundangi. Kamu tidak akan pernah tahu bagaimana saya menjadi ahli menghapus air mata sendiri. Kamu tidak akan pernah mengerti berapa banyak penyesalan yang saya kecap karena sudah menerimamu kembali.
<>2. Impian tentang masa depan bersamamu saya letakkan dalam angan saja.>Saya selalu bertanya, kalau hanya untuk melenggang pergi semudah ini, kenapa dulu kamu harus datang lagi dan membawa saya terbang tinggi?
Bagi saya, yang paling membuat sakit adalah harus membuang mimpi yang tidak jadi nyata. Masa depan kita sudah ada gambarnya, kita akan tinggal di pinggir kota, punya anak tiga, dan cukup kamu saja yang bekerja. Tiap harinya kita akan tertawa bersama, saya memasak makanan yang kamu suka, dan kamu akan dengan bahagia menghabiskannya. Saya akan memelukmu setiap pulang kerja, dan kamu tak kan keberatan mencium saya yang sedang gemuk-gemuknya. Kamu kan sudah bilang, hadiah terbaik bagi anak-anakmu nantinya adalah mencintai ibunya dengan setia. Saya sungguh percaya semua itu akan benar ada, saya bahkan sudah menyiapkan setiap detil yang dibutuhkan untuk mewujudkannya. Tapi, aahh...memang kamu saja yang pandai bicara tanpa merasa perlu membuktikannya, membuat saya yang percaya hanya bisa ternganga.
Saya tidak bisa, terus memikirkan semua itu hanya akan membuat saya makin terluka. Saya harus mengatur ulang susunan cita-cita. Saya berhenti memikirkan warna apa yang nanti dominan dalam pesta. Saya berhenti membayangkan anak-anak saya memanggil kamu "papa". Saya tidak lagi mencari peluang agar kita bisa tinggal satu kota. Saya meletakkan semua impian kamu dan saya yang pernah menjadi "kita" hanya dalam angan saja. Saya melepaskan semuanya.
<>3. Saya memaafkan kamu, terlebih lagi saya memaafkan diri saya sendiri.>Saya pernah menyesal mengapa kamu menyerah secepat ini. Saya bahkan berpikir mungkin saya yang tidak layak didampingi. Saya berulang kali mereka kembali kemungkinan-kemungkinan yang dulu bisa saya lakukan agar kamu tidak pergi. Seandainya dulu kita tidak tinggal dengan jarak sejauh ini, seandainya dulu saya selalu di sampingmu untuk menemani, seandainya dulu saya tidak banyak meminta kamu untuk membenahi diri, dan seandainya-seandainya lain yang memungkinkan kamu tetap berada di sisi. Tapi kemudian saya sadar, bukankah kita memang sama-sama harus memantaskan diri? Untuk apa saya mati-matian memperbaiki dan menyiapkan diri jika kamu tidak sanggup mengubah sedikit pun hal buruk dari diri kamu untuk dibenahi. Toh kamu juga sudah menyiapkan pengganti, jadi sebaik apapun saya pada akhirnya kamu pasti akan tetap pergi.
<>4. Tanpamu saya bisa menjadi versi terbaik dari diri saya.>Saya memaafkan diri saya sendiri yang pernah menuntutmu untuk menjadi ayah terbaik bagi anak-anak saya nanti.
Saya memaafkan diri saya sendiri yang pernah dengan percaya menerimamu kembali.
Saya memaafkan diri saya sendiri yang pernah dengan lengah mengembangkan harap tinggi.
Saya memaafkan kamu untuk pergi karena sudah ada orang lain di sisi.
Saya memaafkan kamu untuk semua rencana yang tidak kamu penuhi.
Saya memaafkan kamu untuk semua janji yang kamu ingkari.
Saya bahagia saat ini, menyadari ternyata dunia saya tidak terhenti, banyak hal yang masih patut saya beri dedikasi. Saya bisa kembali melanjutkan study, dulu keinginan itu saya hapus karena pertimbangan kamu akan terintimidasi jika wanitamu punya gelar pendidikan lebih tinggi. Saya bisa bekerja dengan sebaik-baiknya untuk kedua orang tua saya, dulu perkara itu sempat saya lupakan karena demi kamu saya sepakat nanti saya akan berada di rumah saja. Saya juga bisa pergi kemana saja yang saya mau, belajar hal baru, bertemu orang-orang baru, perlu kamu tahu dulu saya membatasi semua itu karena alasan patuh dan menghargaimu.
<>5. Pasangan yang baik harus sama-sama memantaskan diri, kita tidak perlu menurunkan standar sendiri hanya agar orang lain bertahan di sisi.>Saya mengingat kembali bagaimana dulu saya selalu berusaha menerima hal-hal yang tidak saya suka. Berdamai dengan kebiasaanmu yang akan merusak kesehatan saya, juga memaklumi hobi kamu yang bisa merusak keuangan rumah tangga. Saya rela memenuhi tuntutan ini itu sampai merasa menjadi bukan diri saya, demi kamu semua itu dulu saya lakukan dengan rela. Tapi apa balasannya? Kamu tidak memberikan saya perlakuan yang sama baiknya. Sekarang mata saya terbuka, saya berhak bagi pria yang sepadan perjuangannya, yang bisa dipegang janjinya, dan yang setia cintanya, bukan yang hanya manis di mulut saja.
<>6. Melihatmu dengannya? Ah saya biasa saja!>Kamu dengan bangga memamerkan dia kepada dunia, semua akunmu terpasang foto berdua. Kalau dipikir agak lucu juga, bukannya dulu kamu bilang hal semacam itu akan membuat kamu dan para ABG terlihat sama alay-nya? Ahh...kamu kan antara ucapan dan tindakan selalu berbeda. Sudah, jangan mengharap saya terkagum-kagum pada dirinya, teman-teman saya bilang kamu sakit mata, dan maaf, saya hanya bisa tertawa saja.
Lihatlah Tuan, tanpamu saya lebih bahagia!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Heu. Bagus. :3