Membaca merupakan hobi yang cukup banyak dimiliki orang-orang. Sebagai sarana untuk menghibur diri dan mengisi waktu luang, membaca novel merupakan pilihan yang tepat sehingga banyak orang menyukai novel. Indonesia sendiri telah melahirkan banyak novelis terkenal, dengan karya yang telah diadaptasi menjadi film laris hingga diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Budaya dan gaya bahasa novelis Indonesia yang khas membuatnya akan mudah untuk diserap, beda dengan novel-novel luar negeri yang cenderung barbahasa ilmiah dan logis. Berikut akan kita bahas beberapa novelis Indonesia terkenal untuk rujukan kamu dalam mencari novel.
ADVERTISEMENTS
1. Andrea Hirata, yang populer dengan latar kehidupan sehari-hari masyarakat Daerah Belitong dan sarat akan budaya lokal Indonesia
Siapa yang tak kenal dengan novelis kebanggaan Indonesia ini. Tetralogi Laskar Pelangi yang sangat fenomenal menjadi sepak terjangnya di dunia novel Indonesia sejak tahun 2005. Keberhasilan novel ini tidak tanggung-tanggung, mulai dari dijadikan film hingga diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan dijual di berbagai negara. Keberhasilan novel ini sangat fenomenal karena mengangkat tema yang tidak biasa dari novel kebanyakan. Kisah Ikal anak dari Belitong dengan segala keterbatasannya hingga mampu berkuliah di Benua Eropa menjadi alur utama dari cerita ini. Gaya bahasa puitis namun ringan khas melayu sangat kentara di tulisan Andera Hirata dan membuat pembaca mendapatkan gaya baru dalam menikmati novel, dan tentu saja tidak membosankan. Keseharian dan budaya masyarakat Belitong seperti minum di warung kopi akan sangat menambah pengetahuan kita akan budaya lokal. Berbagai penyimpangan yang menjadi budaya masyarakat dituturkan dalam bahasa ringan dan mudah diserap. Oleh karena itu bagi pembaca yang mencari wawasan baru akan khazanah budaya Indonesia khususnya Melayu dan realitas kehidupan di daerah akan sangat disarankan untuk membaca karya-karya Andrea Hirata.
“jika anda memiliki kesempatan mendapatkan cinta pertama di sebuah toko kelontong, meskipun toko itu bobrok dan bau tengik, maka rebutlah cepat-cepat kesempatan itu, karena cinta semacam itu bisa menjadi demikian indah tak terperikan! ”― Andrea Hirata
“Itulah penyakit kalian, orang Melayu. Terlalu manja, banyak teori kiri kanan, ada sedikit harta, ada sedikit ilmu, sudah sibuk bersombong-sombong….” ― Andrea Hirata
(quotes via goodreads.com)
ADVERTISEMENTS
2. Tere Liye, dengan ciri khas genre yang beda setiap novelnya, akan membuat kamu tidak akan pernah bosan akan kejutan dalam setiap bukunya
Tere Liye dikenal sebagai novelis yang produktif dalam melahirkan buku-buku best seller. Novel seperti Hafalan Shalat Delisa, Bidadari-Bidadari Surga, Negeri para Bedebah, Bumi, Rindu, hingga yang terbaru ini – Hujan, merupakan novel karya Tere Liye yang sampai saat ini masih banyak dijual. Genre cinta seperti pada “Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah”, genre keluarga seperti Hafalan Shalat Delisa, genre sci-fi seperti Bumi, hingga yang berbau politis-ekonomi-triller seperti Negeri Para Bedebah membuat pembaca tidak akan pernah bosan akan karya yang dihasilkan beliau. Dalam setiap bukunya, Tere Liye berhasil menggugah keingintahuan dan penasaran pembaca akan alur yang tidak terduga. Dengan membaca buku beliau, akan dapat menambah pengetahuan kamu akan sudut pandang tokoh dengan berbagai karakter. Kita juga dapat melihat wawasan Tere Liye yang luas akan pengetahuan dan berhasil mengemasnya menjadi inti konflik dari ceritanya. Jadi buat kamu yang senang akan cerita dengan tema beragam dan ingin menambah sudut pandangmu akan dunia, karya Tere Liye akan sangat tepat mengisi waktu luangmu.
“Ketika satu kota dipenuhi orang miskin, kejahatan yang terjadi hanya level rendah, perampokan, mabuk-mabukan, atau tawuran. Kaum proletar seperti ini mudah diatasi, tidak sistematis dan jelas tidak memiliki visi misi, tinggal digertak, beres. Bayangkan ketika kota dipenuhi orang yang terlalu kaya, dan terus rakus menelan sumber daya di sekitarnya. Mereka sistematis, bisa membayar siapa saja untuk menjadi kepanjangan tangan, tidak takut dengan apapun. Sungguh tidak ada yang bisa menghentikan mereka selain sistem itu sendiri yang merusak mereka.”― Tere Liye, Negeri Para Bedebah
(quotes via goodreads.com)
ADVERTISEMENTS
3. Habiburrahman el Shirazy aka Kang Abik yang sarat akan pembelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik
Novel Ayat-Ayat Cinta telah membuat banyak wanita menginginkan pendamping seperti Fahri yang sangat patuh akan ajaran Islam, bertanggung jawab dan memiliki komitmen. Tidak hanya Fahri, Kang Abik juga melahirkan figur Azzam pada Novel Ketika Cinta Bertasbih sebagai pemuda yang sangat berikhtiar dalam mencapai keinginannya. Ciri utama novel-novel Kang Abik terletak pada tokoh utamanya yang merupakan pribadi panutan yang tercermin akan kelakuan sehari-harinya dan kebiasaan ibadahnya kepada Tuhan. Banyak sekali pelajaran kehidupan dalam karya beliau dan membuat kita sadar akan banyaknya kekurangan kita dalam menghadapi hidup. Keteguhan akan agama menjadi sumber dari semua kelakuka yang menjadi karakteristik tokoh-tokohnya. Selain itu dalam karyanya Kang Abik banyak menyisipkan berbagai penggalan ayat suci Al-Qur’an dan Hadist yang menjadi landasan tokohnya dalam menyikapi persoalan. Bagi kamu yang mencari novel islami pembangun jiwa dan sarat akan pembelajaran diri, maka karya Kang Abik akan sangat tepat buatmu.
“Bagi orang-orang yang beriman, dimana pun ia bisa rukuk dan sujud kepada Allah, maka ia menemukan bumi cinta. Dan sesungguhnya dunia ini adalah bumi cinta bagi para pecinta Allah Ta'alla. Bumi cinta yang akan mengantarkan kepada bumi cinta yang lebih abadi dan lebih mulia yaitu surganya Allah” ― Habiburrahman El-Shirazy, Bumi Cinta
(quotes via goodreads.com)
ADVERTISEMENTS
4. Raditya Dika, dengan buku jenakanya yang melihat sudut pandang kocak di setiap ceritanya
Berawal dari cerita sehari-harinya di dalam blog, Raditya Dika berhasil membuat karyanya dibukukan dan menjadi best seller. Raditya Dika menjadi pionir dalam buku komedi yang kemudian banyak diikuti penulis lainnya. Bahasa bukunya yang ringan khas anak muda, dengan problematika remaja adalah ciri khas dari buku-bukunya. Isi buku Raditya Dika berputar kepada kehidupan pribadinya, mulai dari keluarga (tentang adik-adik dan orang tuanya yang diceritakan sangat koplak), ceritanya mengejar cinta yang kadang tidak berbalas, cerita sekolah dengan sahabat-sahabatnya, hingga cerita sepele seperti ketika dia mengunjungi suatu tempat. Walaupun latar dan cerita yang umum dan terjadi di kehidupan sehari-hari kita, Raditya Dika berhasil mengemasnya dengan gaya bahasa remaja, dan membuat pembaca akan terpingkal membaca buku-bukunya. Jadi, buat kamu yang memang mencari buku sebagai penghibur, mengobati stess dengan ketawa, maka buku-buku dari Raditya Dika sangatlah tepat.
“Lebih jauh lagi, gue gak percaya pada kebetulan, gue percaya pada pertemuan yang dirancang diam-diam. Masing-masing dari kita punya garis kehidupan yang telah digambarkan. Dan masing-masing dari kita, kalau diizinkan, akan saling bersinggungan.”
― Raditya Dika, Marmut Merah Jambu
(quotes via goodreads.com)
ADVERTISEMENTS
5. Dee Lestari, dengan keunikan alur serta latar cerita yang tak terduga membuat kita larut dalam setiap kehidupan di ceritanya
Plot seri Supernova yang ditulis oleh Dee merupakan latar yang tidak umum diangkat ke dalam seri novel. Kompleksitas cerita yang dibangun membuat pembaca akan terbuai dan masuk ke dalam kehidupan tokoh-tokohnya. Berbagai petualangan para tokohnya, dengan pengkarakteran yang kuat pada setiap buku-bukunya. Kemisteriusan akan keterkaitan tokoh-tokoh dalam serial Supernova membuat pembacanya akan tidak sabar menunggu akhir dari serial tersebut. Hal yang berbeda dari karya Dee yang menjadikannya unggul adalah kedetilan akan berbagai latar serta fenomena yang dialami para tokohnya. Dee juga sering menambahkan catatan kaki dari berbagai istilah yang digunakan dalam ceritanya. Dengan pendalaman konsep, latar serta karakter yang kuat, maka novel-novel karya Dee akan selalu memikat pembaca untuk menuntaskan semua karangan Dee.
“Itulah koevolusi. Kemampuan makhluk hidup untuk mengubah konteks. Yang semula menjadi musuh akhirnya menjadi teman, dan perubahan itu menciptakan kehidupan baru. Percayalah, ini nggak hanya terjadi di level fisik, tapi juga mental. Ketika bakteri primitif saja mampu mengubah konteks, tidakkan kamu heran dengan manusia-manusia yang menyerah begitu saja dengan keadaan? Padahal kemampuan itu nyata-nyata diberikan di setiap level kehidupan, dari mulai makhluk bersel tunggal sampai makhluk terkompleks yang ada: kita.” ― Dee Lestari, Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh
(quotes via goodreads.com)
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.