Kuliah Sambil Kerja Itu Berat. Cuma Segelintir Orang Saja yang Kuat~

Kuliah sambil kerja

Untuk teman-teman seperjuangan yang  sedang atau pernah menjalani dua rutinitas melelahkan pagi kerja, malam kuliah, kalian LUAR BIASA. Untuk kamu yang memutuskan untuk kuliah sambil kerja, siapkan diri sebelum ‘menjalaninya’, biar nggak nyerah sebelum ‘sah’ jadi sarjana.

ADVERTISEMENTS

1. Teguhkan tekad sebelum ‘memulai’

Cuma orang-orang yang punya tekat sungguh-sungguh dan nggak mudah ngeluh yang  bisa ‘lulus’ dalam fase ini.

Memantapkan niat itu penting sebelum kamu memutuskan kuliah sambil kerja. Kalau niatmu udah salah atau ragu-ragu diawal. Kelar, kamu nggak akan kuat ngejalaninya. Coba tanya sama diri sendiri, kamu mutusin kuliah sambil kerja niatnya apa? Cuma ikut-ikutan, sekedar coba-coba karena malas kuliah pagi atau kamu ingin meringankan beban orangtua atau niat baik lainnya?

ADVERTISEMENTS

2. Siapkan diri sebelum ‘berperang’

Siapkan diri

Siapkan diri via https://www.pexels.com

Menjadi anak kuliahan pun seorang karyawan di waktu yang bersama itu sungguh melelahkan tapi ada kebahagian yang tak terkira saat kamu sudah melewati setiap fasenya nanti. Buat kamu yang udah punya tekad bulat memilih jalur ini. Siapkan diri dengan setiap ‘kejutannya’.

Mulai dari waktu dan mental.

Jadi anak kuliah ngerangkap pekerja itu kamu harus pintar-pintar atur waktu. Saat kerjaan dikantor mengharuskan kamu untuk lembur sementar diwaktu yang sama kamu akan melaksanakan UTS.  Nah lho?

Di sini mental kamu diuji. Kalau kamu panik, udah deh berantakan semua. Kamu harus jeli dalam mengambil keputusan. Karena setiap keputusan yang kamu ambil ada risiko dan tanggungjawabnya.

ADVERTISEMENTS

3. Jadi anak kuliahan dan pekerja itu cobaannya berat. Kamu harus strong dari awal

Kamu harus kuat dari awal

Kamu harus kuat dari awal via https://www.pexels.com

Yup! Anak kuliahan dan pekerja itu orang yang strong. Kejar-kejaran antara waktu kuliah dengan jam kerja itu hal biasa. Sering dilarang masuk sama dosen karena telat itu biasa. Belum lagi ada dinas luar kota yang mengharuskan kita absen dari beberapa mata kuliah adalah wajar. Pulang dinas dihadapkan sama setumpuk kerja dan tugas kuliah juga hal biasa. Tekanan tempat kerja yang udah menguras otak. Lalu tiba malam kuliah dihadapkan sama ujian statistik yang bikin nangis juga pernah kami lewati.

 Ya, setangguh itu kami demi cita-cita mulia 🙂

ADVERTISEMENTS

4. Fokus ! Jangan ikutan-ikutan kalau kamu nggak kuat

jangan coba-coba

jangan coba-coba via https://www.pexels.com

Godaan semasa kuliah itu banyak banget.  Liat teman-teman bisa nongkrong selepas kuliah , dih pengen banget, tapi apa daya badan udah butuh kasur. Liat teman-teman sibuk ber-organisasi, membanggakan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang mereka ikuti jadi ingin seperti mereka.

Tapi balik lagi waktu kamu nggak memungkinkan berpartisipasi dalam kegiatan kemahasiswaan. Datang on time di setiap kelas dosen aja udah bersyukur nggak usah deh mau ikut-ikutan. Apalagi jika niat kamu gabung di kegiatan kampus cuma demi terlihat keren dan punya banyak kenalan. Tapi kalo bagi kamu yang punya jam kerja fleksibel, sah-sah aja untuk aktif di setiap kegiatan kampus. Tapi balik lagi sama tujuan awal kamu kuliah sambil kerja. Jangan karena sibuk organisasi jadi mengorbankan jam kuliah dan kerja kamu ya?

ADVERTISEMENTS

5. Saat lelah menyerang, kamu harus bisa mengatasinya sendiri

demi sebuah akhir bahagia

demi sebuah akhir bahagia via https://www.pexels.com

Jika kamu berada di posisi ini. Kuncinya ada pada dirimu sendiri. Seberapa besar keinginan kamu ingin meraih mimpi disaat yang bersamaan pun meniti karir.

Capek itu pasti. Semakin tinggi semester semakin menumpuklah tugas kuliah. Semakin tinggi jabatanmu di tempat kerja makin banyak tugas yang harus kamu handle. Lelah hati, lelah pikiran dan lelah fisik. Semua menyerang disaat bersamaan. Lalu haruskah kamu berhenti di tengah jalan ?

Nggak banyak teman saya yang memilih jalur ini kemudian memutuskan untuk fokus pada kuliah lalu resign dari tempat kerja. Iya bagi mereka yang uang kuliah masih bisa ditanggung sama orangtua mungkin resign bukan sesuatu yang memberatkan, tapi bami seseorang yang berjuang sendiri demi pendidikannya resign bukanlah solusi.  Namun ada juga yang memilih cuti kuliah demi mengejar karir. Menunda kelulusan saat sebuah peluang tak mampu ditolak.  Ketika peluang di tempat kerja yang menggiurkan sedang ditawarkan, menolak bukan opsi untuk melepas kesempatan langkah ini, meski harus mengorbankan bangku kuliah.

Nggak ada yang salah atas pilihan-pilihan tersebut. Semua tergantung dengan pribadi setiap orang. Setiap putusan pasti ada timbal baliknya.  

ADVERTISEMENTS

6. Jangan sampai menyerah di tengah jalan. Selalu ingat, kalau kamu masih punya Tuhan. Semangat!

senyum mereka semangatku

senyum mereka semangatku via https://www.pexels.com

Menyerah bukan solusi dari rasa capek dan lelah kamu menjalani dua peran sekaligus. Jika kuliah dan kerja sama-sama penting dan nggak ada satu pun yang bisa dikorbankan , maka istirahatlah sejenak.

Tenangkan pikiranmu. Cobalah berdialog dengan Tuhan, Pemilik skenario kehidupan yang selalu punya solusi atas resahmu. Coba dinginkan kepalamu sejenak, dari tugas kuliah dan beban pekerjaan, untuk sebentar saja sujud pada Dia Yang Maha Kuasa.

Akhir dari lelahmu bukan hanya sekedar gelar dibelakang namamu. Tapi wajah bahagia kedua orangtua mu. Tangis haru mereka saat melihat kamu dengan pakaian toga. Terselip rasa bangga anaknya mampu menyelesaikan kuliah dan memiliki pekerjaan.

 Akhir dari perjuanganmu bukan hanya gelar sarjana yang kau miliki.  Namun penghargaan untuk dirimu sendiri  yang telah berhasil berjuang dengan baik, saat kau  terseok-seok mengejar ketertinggalan, berpacu dengan waktu dan kesibukkan kerja. Ya inilah kado terindah untuk dirimu sendiri.

Selamat kamu berhasil melewati fase ‘sulit’ itu.

Dari seseorang yang pernah berada dalam dua peran itu, kuliah sambil bekerja.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka Arunika - Penikmat Swastamita

Editor

Not that millennial in digital era.