Memantaskan diri. Kata yang selalu menjadi primadona bagi para pencari jodoh. Kata yang mungkin sudah salah makna dari awal. Kita terlalu sibuk memantaskan diri untuk orang lain karena katanya orang baik jodohnya untuk orang baik pula. Namun, konsep ini menjadi salah ketika kita berubah, tetapi untuk mendapatkan perhatian orang lain, menyukai hobi yang disukai sama dia juga agar obrolannya nyambung, atau jadi belajar masak, karena katanya cowok suka sama cewek yang bisa masak.
ADVERTISEMENTS
1. Semestinya kita berubah untuk diri sendiri, agar diterima oleh diri sendiri, bukan orang lain.
Kenapa kita harus berubah agar bisa diterima oleh pasangan nanti? Bukankah seharusnya kita berubah karena diri sendiri?. Kita membuang kebiasaan-kebiasaan buruk itu agar menjadi lebih baik di hadapan pasangan kita. Namun, kenapa alasannya begitu? Padahal, kebiasaan-kebiasaan buruk itu ditinggalkan agar kita menjadi lebih baik, menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya.
ADVERTISEMENTS
2. Tujuan memantaskan diri supaya disegerakan jodohnya, agar tidak melulu merasakan patah hati
Memaknai kata memantaskan diri ini memang terlihat samar, tapi sangat jelas perbedaannya. Kalau dulu memantaskan diri agar cepat dapat jodoh, sekarang memantaskan diri ya agar diri menjadi pribadi yang lebih baik. Bukan mencari standar dari luar, tapi baik untuk diri kita sendiri.
Mungkin dulu, selalu berpikir gimana ya, cara menjadi wanita idaman? Apa ya hobi yang dapat memikat hatinya?
Diri ini selalu bertanya, apa sih yang membuat dia terpikat, nyaman? Namun, tak pernah bertanya pada diri sendiri, apakah aku menyukainya? Apakah aku nyaman melakukan itu?
ADVERTISEMENTS
3. Kalau aku terus mengikuti standar dari luar, bukankah itu sangat melelahkan?
Nggak akan ada habisnya kalau kita terus berusaha pantas bagi orang lain. Karena pantas bagi satu belum tentu pantas bagi yang lain. Karena betul saja apa kata pepatah,
Sangat mustahil mendapatkan keridaan dari setiap manusia
Sebab, mengikuti standar orang lain di luar sana itu sangat sangat melelahkan. Hingga mungkin mengabaikan potensi diri agar menjadi seleranya. Begitu lelahnya, menjadi diri yang bukan aku.
ADVERTISEMENTS
4. Ketika segalanya tak sesuai harapan, mulai menyalahkan diri sendiri
Ketika semuanya tak sesuai harapan, aku mulai menyalahkan diri sendiri. Apakah aku benar-benar pantas untuk dicintai? Apakah aku layak?
Apa yang telah diperjuangkan mati-matian ternyata harus dilepaskan. Apa yang sudah dicoba pertahankan ternyata harus direlakan. Begitu pahit rasanya. Apakah ada yang salah dengan diri ini?
ADVERTISEMENTS
5. Hingga aku tersadar, Memantaskan Diri itu tepatnya untuk diri sendiri, bukan untuk orang lain.
Pemahaman yang salah ternyata dampaknya begitu luar biasa buat pemikiranku saat ini karena semestinya memantaskan diri itu bukan untuk orang lain, tetapi untuk diri sendiri. Jelas yang membuat penilaian pantas atau tidaknya, ya diri sendiri bukan orang lain.
ADVERTISEMENTS
6. Sebab aku sadar, ketika aku mencintai diri sendiri, maka akan dengan mudah dicintai oleh orang lain.
Sebelum aku ke mana-mana, memang seharusnya aku membenahi diri sendiri untuk diriku sendiri. Bagaimana orang lain bisa menghargaiku kalau diriku sendiri saja tidak menghargai diri sendiri? Bagaimana orang lain bisa mencintaiku kalau aku tidak mencintai diri sendiri?
Nah, memantaskan diri untuk orang lain itu begitu melelahkan karena nggak ada ketetapan yang pasti bagi setiap orang. Pantas di setiap orang berbeda-beda. Maka dari itu, Memantaskan diri untuk diri sendiri lebih mudah ketimbang untuk orang lain.
Tentunya, selain lebih nyaman, kamu pun menjadi lebih percaya diri dan lebih mencintai diri sendiri, tentunya jadi lebih mudah untuk dicintai. Gimana? Sudahkah kamu memantaskan diri?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”