Ketahui Derajat Orang Berpuasa, Sudah Sampai Tahap Mana Kalian?

Kita tahu bahwa anjuran puasa sudah digaungkan berkali-kali oleh ustadz saat melakukan ceramah maupun kajian di bulan Ramadhan. Puasa menjadi kewajiban umat Islam di seluruh dunia. Firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 183 menjelaskan bahwa wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa seperti juga yang telah diwajibkan kepada umat sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang bertakwa. Dari ayat ini memberikan informasi bahwa Allah telah menyerukan terkait puasa bagi orang-orang yang beriman.

 

Tulisan ini mengingatkan aku pada khutbah di Sholat Tarawih semalam. Ternyata ketika kita sedang menunaikan ibadah puasa maka setidaknya ada tiga tingkatan. Tingkatan ini diadopsi dari pesan Imam Al-Ghazali yang termaktub dalam kitab Ihya Ulumuddin. Menurut Imam Al-Ghazali dalam berpuasa, seseorang dibagi dalam tiga tingkatan yaitu puasa orang awam, puasa khusus dan puasa khusus buat orang khusus.

 

Di masa pandemi yang mulai menunjukkan adaptasi kenormalan baru dan membiasakan untuk menjalankan sholat di masjid tanpa adanya jarak membuat ibadah puasa di tahun ini seharusnya lebih baik daripada tahun lalu. Kita sekarang sudah diberikan kebebasan dan kelapangan tanpa harus berpikiran bahwa puasa bukan hanya didasarkan pada seruan kewajiban saja. Namun puasa didasarkan pada tujuan ibadah dan menahan hal-hal yang membatalkan puasa. Bukan sekedar menahan lapar dan dahaga saja. Kira-kira selama SoHip menjalankan ibadah puasa sudah sampai di tahap manakah posisi SoHip semua? Mari kita sama-sama refleksi melalui postingan ini.

ADVERTISEMENTS

1. Goal Berpuasa

Photo by Pixabay

Photo by Pixabay via https://www.pexels.com

Puasa adalah salah satu rukun yang dijalankan oleh Umat Muslim dan telah tertera dalam lima rukun islam. Tujuan utama seseorang melakukan puasa tidak lain dan tidak bukan adalah mencapai ketakwaan pada diri setiap insan yang menjalankan ibadah puasa. Definisi takwa disini adalah takut untuk berbuat hal-hal yang telah dilarang oleh Allah SWT dan penuh semangat ketika menjalankan kewajiban dan perintah-perintah Allah.

Puasa yang kita lakukan juga bukan hanya seolah-olah puasa melainkan hakikat puasa yang bertujuan untuk menjaga diri dari segala godaan. Berdasarkan Kitab Ihya’ Ulumuddin, bahwa seseorang menjalankan ibadah puasa terbagi dalam tiga tingkatan orang-orang yang menjalankan puasa.

ADVERTISEMENTS

2. Tingkatan Pertama: Puasa Orang Awam

Photo by RODNAE Productions

Photo by RODNAE Productions via https://www.pexels.com

Tahap yang pertama ini adalah puasa orang awam. Dalam bahasa Arab disebut dengan shaumul umum atau puasanya orang umum. Dari sinilah tingkatan pertama ini puasa yang dilakukan masih terbilang seperti orang-orang pada umumnya saja. Sebatas menahan lapar dan haus saja serta memenuhi syarat berpuasa.

Dalam tahap ini juga seseorang mulai menahan kiranya hal-hal apa saja yang membatalkan puasa. Jika dimisalkan dalam skala kuantitatif maka tingkatan puasa yang pertama masuk kedalam kategori cukup atau biasa.

ADVERTISEMENTS

3. Tingkatan Kedua: Puasanya Orang Khusus

Photo by RODNAE Productions

Photo by RODNAE Productions via https://www.pexels.com

Lanjut di tahap kedua ini disebut dengan shaumul khushus atau puasanya orang khusus. Pada tingkatan ini, seseorang yang menjalankan puasa di tahap kedua tidak hanya menahan lapar dan dahaga semata. Namun pada tahap shaumul khushus ini seseorang berpuasa dengan menahan seluruh anggota tubuh manusia.

Mulai dari menahan telinga untuk tidak mendengarkan gunjingan orang di saat bulan puasa, menahan penglihatan untuk tidak melihat hal-hal yang mengalihkan fokus dan pandangannya, menahan lidah untuk tidak berkata kotor dan kasar, mengumpat dan menggunjing, tangan untuk tidak mencuri dan mengetikkan hal-hal yang menyakitkan hati pembacanya, kaki dan seluruh anggota badan.

Zaman sekarang lidah pun berubah fungsi dari yang awalnya di lidah berpindah ke tangan. Diekspresikan lewat ketikan dan jempol kita untuk membully orang, merendahkan orang dan membuat orang menjadi insecure. Apalagi sampai menyebarkan berita-berita bohong alias hoax sehingga membuat orang terpengaruh akan berita bohong tersebut. Tingkatan puasa kedua ini adalah puasanya orang-orang shalih

ADVERTISEMENTS

4. Tingkatan Ketiga: Puasa Khusus diatas Khusus

Photo by RODNAE Productions

Photo by RODNAE Productions via https://www.pexels.com

Pada tingkatan ketiga ini disebut dengan puasa shaumul khushusil khushus. Menurut Imam Al-Ghazali, tingkatan puasa yang ketiga ini merupakan klasifikasi yang tinggi. Di sinilah puasanya orang-orang yang istimewa dan excellent. Mereka tidak hanya menahan rasa lapar dan dahaga, menahan hal-hal yang membatalkan puasa, menahan seluruh anggota tubuh manusia.

Tingkatan ketiga ini adalah orang-orang yang meniatkan puasa dengan melibatkan hati dan pikiran juga ikut berpuasa. Mereka juga menahan pikiran dari masalah duniawi dan mengutamakan Allah SWT sebagai fokus dan niatan kita untuk beribadah. Orang-orang pada tingkatan ini akan menjalankan seluruh perintah Allah SWT dengan penuh semangat dan menghindari segala apa yang dilarang dan tidak ada kaitannya dengan yang diperintahkan.

Standar membatalkan puasa dalam tingkatan ini sudah lebih tinggi. Bukan hanya menitikberatkan pada hal-hal yang membatalkan puasa, tetapi juga sedikit adanya keraguan dalam hati atas gelimang harta dan kekayaan dunia. Meski sedikit namun mereka merasa batal. Sekedar informasi bahwa puasa kategori level tiga adalah puasanya para nabi.

ADVERTISEMENTS

5. Sudah Sampai Mana Derajat Puasa Kita?

Photo by Thirdman

Photo by Thirdman via https://www.pexels.com

Di sini kita bisa belajar dan memahami melalui klasifikasi derajat puasa versi Imam Al-Ghazali. Bahwasannya puasa bukan hanya sekedar setor kewajiban saja, bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga saja. Apalagi bulan Ramadhan adalah bulan suci sehingga kita perlu memperbanyak amalan-amalan di bulan Ramadhan agar kita mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya.

Apalagi untuk mencapai puasa yang berkualitas pastikan untuk menjalankan ibadah puasa secara istiqomah, konsisten dan kontinu. Dengan melihat derajat tingkatan dalam berpuasa yang diklasifikasikan oleh Imam Al-Ghazali maka kita jadikan klasifikasi ini sebagai sarana refleksi diri dalam meningkatkan kualitas ibadah puasa kita disetiap tahunnya menjadi puasa yang berkualitas.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka Seblak dan Baso Aci

Editor

Learn to love everything there is about life, love to learn a bit more every passing day