Kok kamu makan banyak tapi gak gendut-gendut sih? – Kalimat 1
Ya beginilah aku ini yang kayak tengkorak berjalan ini, gabisa gendut karena kebanyakan mikir deh keknya – Kalimat 2
Kalian pasti mendengar selentingan percakapan berikut kan? Sekarang aku mau tanya sama kalian. Apa sih perbedaan antara kalimat pertama dengan kalimat kedua? Kalau kalimat pertama, kalian semua pasti sudah familiar dengan istilah body shaming bukan? Iya betul memang kalimat pertama menunjukkan kalimat yang mengarah pada body shaming atau celaan fisik yang saat ini sedang booming dan kalian pasti pernah merasakan atau bahkan sering mendengar tentunya. Namun apakah kalimat kedua juga menunjukkan kalimat yang mengarah ke body shaming?
Bukan guys. Memang sepertinya mirip banget dengan kalimat pertama. Tetapi bedanya dengan kalimat pertama adalah jika kalimat pertama lebih cenderung ke arah celaan fisik yang ditujukan kepada orang lain atau lawan bicara, tetapi kalimat kedua justru sebaliknya. Kalimat kedua cenderung mengarah ke merendahkan diri sendiri atau istilah lainnya adalah self deprecation. Self deprecation tergambar pada kata tengkorak berjalan. Hal ini mungkin lucu dan menghibur bagi sebagian orang, tetapi juga bisa menjadi tidak lucu karena merendahkan diri ini dibalut dengan candaan padahal sebenarnya yang sedang kamu katain itu lagi sakit hati dan sedang cemas.
Tidak cuma berhenti di kalimat itu saja. Terkadang kita suka merendahkan diri sendiri dengan kalimat lain seperti misalnya ketika aku dinyatakan tidak lolos seleksi rekrutmen kerja, mungkin akan merendahkan diri dengan halah, paling mereka lolos karena memang hebat dan beruntung aja itu, aku mah apa ya kan bukan orang hebat makanya aku ga dikasih kesempatan lolos kan yang masuk perusahaan situ orang-orang hebat atau bisa juga mmm aku memang layak tidak lolos karena kandidat lain lebih bagus daripada aku, seakan-akan aku ini dilepeh dan tidak ada apa-apanya kalau dibanding dia mah. Pernyataan tersebut menjadi tanda bahwa aku sedang melakukan self deprecation. Self deprecation merupakan salah satu bentuk tindak bullying terhadap diri sendiri yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental jika diteruskan.
Self deprecation adalah sebuah pernyataan berisi candaan yang secara tidak langsung merendahkan atau meremehkan diri sendiri. Tindakan ini umumnya dilakukan oleh orang-orang untuk membuat mereka terlihat lebih sederhana, tampak rendah hati, hingga membuat suasana menjadi lebih cair. Bagi orang yang berpengaruh atau berkedudukan tinggi, melakukan self deprecation bertujuan agar dirinya terlihat membumi, sehingga kemudian dapat menarik dukungan dari orang lain.
Di sisi lain, tindakan ini merupakan bentuk perundungan terhadap diri sendiri. Dampaknya tak main-main, tindakan ini bisa berpengaruh buruk terhadap kondisi psikologis orang yang melakukannya. Selain itu, self deprecation juga dapat memengaruhi kemampuan Anda dalam mengambil keputusan. Padahal sebenarnya diri ini layak untuk dibanggakan dan patut untuk merayakan walaupun hal-hal kecil tetapi bermakna sebagai bentuk penghargaan bagi diri sendiri yang sudah berjuang sampai pada detik ini.
Self deprecation ini juga bisa menjadi daya tarik agar kamu bisa disukai banyak orang karena candaan dan lelucon yang kamu buat. Tidak jarang jika komedian sering menggunakan ini untuk menghibur penonton. Pelaku self deprecation akan mencoba untuk mengulik kembali diri ini di masa lalunya yang kelam. Hal ini dilakukan untuk menyerap ide lucu yang akan menimbulkan gelak tawa atau sekedar lawan bicara ingin diperhatikan dengan lebih dalam.
Namun demikian, sikap meremehkan diri sendiri ini sering dikaitkan dengan kerendahan hati padahal sebenarnya perilaku ini dapat mendorong self-sabotage yang tidak diinginkan oleh setiap orang. Untuk lebih jelas dan mendalam, berdasarkan pengalaman dan opini yang aku alami inilah tanda-tanda dan dampaknya dari sikap self deprecation yang dinilai merendahkan diri ini untuk meroket.
ADVERTISEMENTS
1. Tidak Dapat Menerima Pujian
Entah apapun komentar yang diucapkan baik bagusnya baju yang ia pakai, kinclongnya sepatu yang dia pakai, ia merasa tidak peduli mau seberapa baik penampilan dia. Dia merasa dirinya bukan seperti orang-orang yang tampan seperti kebanyakan laki-laki lainnya justru dia menganggap biasa saja dan tidak ada yang spesial.
Saat aku mendapatkan pujian dari orang lain dia merendah. Karena memang ini bukan kontes fashion show. Padahal berpenampilan adalah hal yang lumrah apalagi ketika hendak berangkat ke kantor atau berangkat kuliah/sekolah.
Saya punya teman dengan tipikal sifat yang seperti ini dan saat aku mencoba untuk memuji, dia seakan tidak peduli. Padahal di sini aku berusaha untuk melakukan hal yang baik karena memang segi penampilan dia bagus tapi dia pun tetap merendah
ADVERTISEMENTS
2. Sering Merendahkan Diri Sendiri
Terlalu sering merendahkan diri sendiri menjadi tanda bahwa kamu melakukan self deprecation. Bagi kamu, sikap mencela diri sendiri telah menjadi kebiasaan, tidak terkecuali saat berhasil meraih capaian bergengsi yang membutuhkan usaha dan kerja keras untuk bisa mendapatkannya. Punya teman yang pintar pelajaran matematika. Ketika diminta gurunya maju ke depan, dia selalu maju dan selalu benar jawabannya. Ketika salah satu temanku menyeletuk
Eh kok kamu pinter banget sih mana jawabannya selalu benar lagi
Ah engga kok, biasa aja kebetulan moodku lagi bagus
Aku mungkin tidak paham korelasinya antara mood bagus dengan merendahkan dirinya yang padahal pintar dan selalu menjadi anak kesayangan gurunya itu. Tetapi pujian sana-sini dilontarkan juga tetap merendah.
Apalagi saat ujian, temanku mengincar si L untuk menanyakan soal IPA karena ia sedang kebingungan dan tidak tahu mau jawab apa
Eh L, tahu gak jawabannya nomer 40 apa?
gatau W maaf yaa aku gabisa
30 menit kemudian, lembar jawabannya penuh. Terus nilai ujiannya paling bagus diantara yang lain. Padahal sebenarnya bisa tapi karena dia menyontek jadi tidak dikasih.
ADVERTISEMENTS
3. Lebih Baik Merendah Karena Takut Tidak Disukai Orang Lain
Orang yang memamerkan kemampuan dan prestasinya terkadang dianggap sombong. Tak ingin mendapatkan cap negatif, hal tersebut kemudian membuat orang-orang memilih untuk rendah diri dan tidak mengakui keberhasilannya. Seperti misalnya
Eh Sul IPK kamu berapa?
3,01 din
(padahal kenyataannya IPKnya 3,90)
Alasan-alasan yang dibuat seakan memutarbalikkan fakta ini kemudian dia memilih untuk merendah karena takut diserang dan dihujat teman satu kelasnya. Padahal sebenarnya bisa jadi di satu sisi, teman-temannya iri karena IPKnya bagus atau disupport karena punya teman dekat yang memiliki IPK bagus. Jadi ada rasa apresiasi dan rasa bangga.
ADVERTISEMENTS
4. Harga Diri Kamu Terjun Bebas Kalau Terus-Terusan Merendah
Orang-orang bisa jadi sengaja melakukan self deprecation ini agar mereka diterima oleh lingkungan yang ada di sekitarnya sehingga merasa lebih nyaman. Namun, jika dilakukan secara terus-menerus, harga diri kamu akan jadi ikut terpengaruh dan terjun bebas.
Hal tersebut dapat mempengaruhi produktivitas, hubungan dengan orang lain, hingga cara kamu memperlakukan diri kamu sendiri. Padahal sebenarnya mengatakan hal apa adanya bukankah itu lebih baik ya? Apalagi mengatakan hal yang sesuai dengan fakta tanpa direndah-rendahkan. Tentunya kamu jadi bingung untuk memperlakukan dirimu sendiri karena kamu membohongi diri sendiri. Pastinya tidak baik kalau diteruskan terus-terusan.
ADVERTISEMENTS
5. Akibat Merendah Jadi Kehilangan Rasa Optimis
Mencela diri sendiri secara terus-menerus dan berkelanjutan dapat menurunkan rasa optimis kamu. Hal tersebut tentunya bisa mempengaruhi cara berpikir seseorang dalam mengambil keputusan dan bertindak. Akibatnya, keputusan yang diambil akan sering tidak tepat dan merugikan.
Dengan merendahkan diri sendiri, bisa jadi kebahagiaan diri akan sulit didapatkan, tapi bagi orang lain mungkin bisa jadi tidak merasakannya. Setiap kesempatan yang datang menghampiri dirinya seakan dilewatkan begitu saja. Tapi, bisa jadi ketika kamu melontarkan kalimat yang seakan merendahkan dirimu, lawan bicara kamu akan merasa tidak nyaman untuk berbicara kepadamu.
Kalian pasti pernah mendengar kutipan bahwa ucapan adalah doa. Nah, jadi hati-hati dengan apa yang kamu ucapkan. Karena akan berbalik ucapannya pada dirimu sendiri.
ADVERTISEMENTS
6. Self Deprecation Menimbulkan Krisis Kepercayaan Diri
Kok aku enggak sepintar dan seberuntung dia ya?
Kok aku enggak sepintar dan seberuntung dia ya?
Krisis kepercayaan diri muncul ketika kita memandang diri kita lebih rendah daripada orang lain. Kita merasa tidak mampu untuk melewati setiap liku-liku kehdupan ini. Atas dasar manusia yang tidak pernah puas, mereka selalu ingin lebih lebih dan lebih dari manusia lainnya. Kalau kita berada di dalam situasi yang seperti ini, bisa dibilang kita tidak pernah cukup baik dan kehilangan jati diri siapa kita yang sebenarnya.
Membandingkan proses dan pencapaian orang lain seakan sudah menjadi kebiasaan. Sehingga kita lupa dengan tujuan awal, untuk apa kita hidup, untuk apa kita memperjuangkan sesuatu yang sedang kamu usahakan. Terlena akan keinginan diri sendiri sehingga tidak fokus karena orang lain.
Padahal kalau dipikir-pikir setiap dari diri kita memiliki keistimewaan, memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Coba deh untuk sama-sama belajar menerima dan berpikir positif. Dengan merendahkan diri sendiri, justru tidak akan baik sehingga kamu jadi tidak percaya diri dan kehilangan semangat.
Mulai sekarang, jadikan pencapaian orang lain itu sebagai motivasi untuk kita bertumbuh dan berkembang menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat. Kita boleh kok merayakan dan menghargai atas setiap pencapaian diri kita walaupun kecil tapi prosesnya tidak mudah. Percaya deh kita ini unik, spesial dan istimewa. Jangan kamu samakan antara mengevaluasi diri sendiri dengan merendahkan diri sendiri. Jelas berbeda.
Melihat dampak buruk yang bisa ditimbulkan, kebiasaan merendahkan diri sendiri harus segera dihilangkan. Beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk membantu menghilangkannya adalah banyak-banyak berpikir secara positif, sering sering berkata positif. Jika kamu menerima pujian yang diberikan oleh orang lain, ucapkan terima kasih. Jika kamu menerima kritikan kamu anggap sebagai dorongan untuk berbuat lebih baik lagi kedepannya.
Dipuji tidak terbang, dicaci tidak tumbang
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”