Kamu kok tambah keren, nih
Wuih, hebat udah punya buku
Segelintir kalimat yang sering dilontarkan teman-teman onlineku. Kehidupanku mungkin terlihat indah bak di negeri dongeng. Ketika apa yang diidam-idamkan sedari dulu telah terealisasi satu persatu. Semua orang menganggap diriku telah menapaki puncak tangga kesuksesan.
Jika bisa diibaratkan, kehidupanku layaknya seekor bebek yang berenang di atas air. Bebek terlihat tenang tetapi kakinya terus mengayuh di dalam air agar tubuhnya bisa mengapung dan bergerak. Istilah duck syndrome dapat mewakili seseorang yang terlihat sukses tetapi ada beragam rintangan yang dihadapi. Duck syndrome telah menyerangku, apakah kamu juga merasakan gejalanya?
ADVERTISEMENTS
1. Terlihat Baik-baik Saja Tetapi Ada Apa-apanya
Sesuatu yang terlihat sempurna di luar, belum tentu didalamnya begitu kuat. Seperti halnya emas yang berkilauan nan mewah juga telah melewati serangkaian proses yang begitu lama dan melelahkan. Tidak terkecuali dengan manusia yang terlihat keren di kehidupan nyata, ternyata menyimpan beragam kesedihan di balik senyumannya.
Dari beberapa prestasi yang pernah kuraih, banyak orang yang merasa bangga dan takjub melihatnya. Mereka tak segan mengucapkan kalimat, seperti:
Enak banget jadi kamu, bisa jalan-jalan terus
Kamu kok selalu juara, aku kan juga pengen.
Padahal dari satu keberhasilan yang kuraih, telah melalui ratusan kegagalan, deraian air mata, dan kucuran peluh.
ADVERTISEMENTS
2. Tekanan Mental dari Orang Terdekat
Kebiasanku yang selalu ‘bergerak’ untuk sukses ini telah kulakukan sejak kecil. Bukan tanpa alasan aku terus melakukannya. Sebab dipengaruhi oleh pola asuh orang tua yang suka membanding-bandingkan keberhasilan anak, tuntutan untuk selalu menjadi yang terbaik, dan hukuman atas kegagalan sekecil apapun. Alhasil, alih-alih menikmati kesuksesan, justru aku merasa kurang, kurang, dan kurang dengan apa yang telah kuraih.
ADVERTISEMENTS
3. Nampak Perfeksionis Padahal Pesimis
Seseorang yang berhasil meraih kesuksesan dianggap mampu mengelola sifat perfeksionisnya dengan baik. Bagi sebagian orang, sikap penuh kesempurnaan dirasa sebagai modal utama untuk memperoleh kemenangan. Padahal perfeksionisme yang berlebihan justru menjadi caraku untuk menutupi rasa cemas berlebihan dan takut akan kegagalan.
ADVERTISEMENTS
4. Energi Terkuras Karena Burnout
Kelelahan fisik dan emosional tinggi sudah menjadi bagian dari hidupku karena memaksakan diri untuk melakukan hal lebih. Kelelahan dan kewalahan menjalankan tanggung jawab harus disingkirkan jauh-jauh karena enggan untuk menuai rasa malu akibat kegagalan. Walau produktivitas menurun dan stress mulai menyerang, aku menolak untuk berhenti.
‘Sakit gapapa, asal sukses’, menjadi kalimat yang mungkin paling tepat untuk menggambarkannya. Ambisius, terlalu over hard work, kurang istirahat, fokus pada diri-sendiri, tidak sabaran, menarik diri dari pergaulan, dan beragam ciri-ciri burnout lainnya sudah menjadi bagian dari diriku.
ADVERTISEMENTS
5. Sekali Terjatuh, Akan Berlarut-larut Tenggelam dalam Kesedihan
Apabila satu kegagalan telah datang, menyalahkan diri-sendiri adalah cara yang bisa ku lakukan. Merasa hidup tak berdaya, tidak ada gunanya lagi, hingga yang terburuk ialah marah kepada Tuhan. Dunia seakan runtuh jika target dan impian tak segera tercapai.
Tetapi dari kegagalan tersebut, aku akan berusaha menutupi karena menganggapnya sebagai aib. Alhasil, walau berlarut-larut dalam kesedihan, orang lain akan melihatku sebagai sosok yang sama dari sebelumnya, yakni selalu tegar, kuat, dan hebat. Karena biasanya, pengidap duck syndrome enggan terlihat lemah di mata orang lain atau biasa disebut duck face.
Demikianlah 5 gejala duck syndrome yang kualami sendiri. Bukan berlebihan, nyatanya di balik sosok berprestasi dan ambisius, ada banyak hal yang disembunyikan untuk menutupi kekurangan. Sebab yang ingin ditunjukkan kepada dunia ialah keberhasilannya, bukanlah kegagalannya. Apakah kamu juga mengalami hal yang serupa?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”