Berbagai aksi digelar agar kita semakin sadar betapa pentingnya kesehatan jiwa. Beberapa orang yang memiliki permasalahan terkait kejiwaan memberanikan bersuara, agar kita tahu apa yang mereka rasakan. Ada hal yang selalu digaungkan jelas: agar kita lebih peduli.
Ah, ada apa dengan kesehatan jiwa? Apakah hanya merupakan suatu hal yang nihil belaka? Sudah banyak upaya, kok kita tetap dituntut untuk peduli?
ADVERTISEMENTS
1. Mens sana in corpore sano!
“Dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat”
Yep, agaknya kalimat bijak dari zaman Romawi kuno ini benar adanya. Tubuh yang sehat tidak cukup jika hanya dilihat dari kesehatan fisik saja. Kesehatan pun harus dilihat dari aspek psikologis juga alias kesehatan jiwa. Keduanya saling mempengaruhi lho, Dear.
Upaya menjaga kesehatan jiwa sama halnya dengan fisik, yakni sama-sama menjaga seseorang agar ia menjadi sejahtera. Banyak orang yang melarikan diri dari permasalahan psikologis dengan berbagai jalan yang mengerikan. That’s why, when we respect mental health, it also means we respect life.
ADVERTISEMENTS
2. Siapapun berisiko memiliki permasalahan psikologis
Permasalahan psikologis dapat menyerang siapa saja, tanpa pandang bulu. Pria, wanita, pekerja, wirausahawan, pelajar, ibu rumah tangga, bahkan anak-anak dapat mengalami masalah terkait dengan psikologisnya. Bahkan, hal ini dapat terjadi pada orang-orang di sekitarmu!
Dear, coba posisikan dirimu memiliki suatu masalah, kamu pasti ingin ada yang mengerti dan membantumu. Sama halnya ketika berurusan dengan permasalahan psikologis, kepedulian dapat memberikan kekuatan untuk meringankan beban yang dirasakan.
ADVERTISEMENTS
3. Bagai kamuflase, kondisi kesehatan jiwa seseorang bisa berbeda dari apa yang terlihat
Walau berada dalam kondisi yang dari luar terlihat baik-baik saja, seseorang dapat terjebak dalam masalah psikologis. Apa yang terlihat dari luar bisa saja menipu.
Tidak semua orang dapat mengekspresikan apa yang ia rasakan. Peduli akan kesehatan jiwa akan membuat kita peka terhadap kondisi orang-orang di sekitar kita. Kita pun dapat memberikan pertolongan lebih awal pada seseorang, sebelum masalah psikologis menenggelamkannya lebih dalam.
ADVERTISEMENTS
4. Stigma pada masyarakat adalah momok terbesar
Stigma adalah salah satu alasan, mengapa kita perlu bekerja keras demi kesehatan jiwa. Bagai hantu, stigma membuat hal-hal terkait kesehatan jiwa menjadi hal yang mengerikan dan memperdaya banyak orang. Akibatnya, masih banyak yang salah memberikan tindakan kepada teman-teman yang sedang memiliki masalah kejiwaan.
Dear, kita bisa menjadi penyihir baik untuk mengusir jauh hantu stigma, lho. Orang-orang selama ini boleh saja terbiasa bersikap yang kurang pantas—karena mereka nggak tahu yang seharusnya dilakukan. Tunjukkan kepedulian pada diri, buatlah mereka mengerti!
ADVERTISEMENTS
5. Tidak hanya penyakit saja yang bisa menular, begitu juga dengan kebaikan!
Kebaikan bisa saja menjadi rantai. Ketika seseorang melakukan kebaikan, maka akan diteruskan oleh orang lainnya, hingga menyebar dan menyebar. Apa yang kita lakukan untuk kesehatan jiwa, bisa jadi sesuatu yang besar karena tersebar dalam rantai kebaikan.
Mulailah peduli dan berbuat baik, karena kita bisa membuat orang lain untuk melakukan hal yang sama! Riliv sendiri tidak akan berdiri sampai saat ini, jika tidak ada orang-orang yang peduli.
Di luar sana, ada 300 juta orang seantero dunia yang depresi. ‘Hanya’ depresi dan belum termasuk permasalahan psikologis lainnya. Bayangkan, 300 juta lebih orang di dunia merasa tersiksa, ketika mereka punya kesempatan untuk bahagia.
Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, atau pekerja di bidang kesehatan, atau bahkan Riliv saja. Dunia butuh lebih banyak orang baik, dunia butuh lebih banyak orang yang peduli.
So Dear, maukah kamu untuk mulai peduli?
Referensi:
- http://www.who.int/features/factfiles/mental_health/en/
- http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/depression
Ditulis oleh Annisa’i S. N Amalina dari Riliv.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”