Kita adalah kumpulan waktu, terus mengalir dan bergerak, tidak berhenti, terlebih lagi kembali. Puzzle-puzzle takdir yang tersibak perlahan membentuk kepribadian. Batas waktu sudah ditentukan, jika kita berhenti bergerak merugilah. Sebab yang pergi tak bisa ditarik lagi, sedang waktu terus menuntut maju.
Menengok kebelakang boleh saja sesekali, namu jangan sampai membuat langkah kita terhenti, meratapi nasib lalu menunggu dan berharap keajaiban datang.
Keajaiban bukan hal tak nyata, tapi kita tak perlu hanya menunggu jika saja bisa menciptakannya satu.
Sudah saatnya bagi kita untuk membuka mata, meneliti diri, bahwa tak semua yang membuat kita nyaman adalah hal yang patut untuk dipertahankan, entah itu bisa saja berdampak buruk bagi diri atau orang orang di sekitar kita. Tentu saja pandangan baik buruk yang kita sandarkan adalah pola yang sudah ditentukan oleh Allah pada mahluknya. Tidak bisa dielak lagi karena kita hanyalah kerdil yang tak memiliki kuasa apa pun dibawah naungan rahmat Nya yang besar.
Acap kali terperbudak oleh imaji tentang hasrat duniawi membuat Tuhan terlupakan dari daftar prioritas kehidupan. Terlalu lama dinina bobokan oleh alunan menentramkan menjadikan kita semakin lupa diri, tak pernah lagi membuka mata dan menyaksikan bahwa ada yang salah dengan tatanan hidup yang tengah dijalani.
<>2. Mengapa Bersikeras>Tanyakan pada hatimu tidakkah ia gelisah? “Mintalah nasehat pada hatimu” Karena ia tahu, Selembut apapun itu, sehalus apa pun keburukan dibungkuss tetaplah sebuah goncangan yang berdampak pada kejiwaan, karena jiwa dan hati murni sejatinya sadar dan tahu kemana tubuh ini akan diperintah. Apa yang membuatmu begitu membatu, atau malah hatimu telah kau bunuh perlahan saait ia terlelap?
Hati yang murni adalah tempat paling jujur untuk bertanya, kegeliahan kecil saja bias jadi pertanda ada kesalahan tatacara menjalani kehidupan. Terlebih lagi jika mata manusia yang bersih hatinya mengetahui keburukan yang bercokol kuat pada diri ini, kebencian akan semakin dalam tertanam da sesak menyempitkan ruas hati kita yang sudah terlalu kecil.
<>3. Bukan Soal Pujian, Tapi Tanggung Jawab.>Memanglah benar, mengikuti hasrat pandagan orang bukanlah hal yang baik, karena bias saja pandangan manusia jauh dari apa yang dimaksudkan Tuhan pada kita. Karena ada tanggung jawab atas kehidupan yang sedang dijalani, itu janji, yang telah terpatri sebelum kaki lemah ini menjejakkan ke bumi, sebelum udara dapat kita hirup dengan mudahnya. Menjadi manusia artinya menjadi hamba yang patuh atas segala perintah Tuhan. Tugas ini sudah kita emban semenjak terpilih sebagai manusia sekaligus hambanya.
Karena setiap gerak langkah ini tercatat, dan semua tentang hembusan nafas akan dipertanyakan, lalu sudahkah kita siap menghadap jika diri ini selalunya mengelak dari tugas dan memilih itu terjebak dalam imaji duniawi?
<>4. Tuhan Menyerahkannya Padamu>Apa lagi yang kita tunggu? Hanya menunggu tidak memberikan kita sesuatu melainkan hanya membuang buang waktu. Karena ajal tidak dapat ditebak waktunya, namun pasti kedatangannya maka kitalah yang harus bergerak dan mengarahkan hati ini untuk melangkah dan berhijrah. Membuka mata lebar lebar memperbaiki apa yang mungkin saja tidak sesuai dengan perintah tuhan. Bahkan Tuhan pun tidak akan berbuat apa apa jika kita hanya diam saja. Diri kitalah yang bertanggung jawab atas badan sendiri, karena menunggu sudah bukan lagi hal yang patut dipertahankan, dan sejatinya apa yang kita tunggu tidak akan benar benar datang jika kaki tidak bergerak untuk mengejar. Tuhan memang punya rencana tapi kita tak bisa hanya menunggu tanpa berencana.
Untukmu yang mendambaka perubahan, mengawali dari hal terkecil dalam hidup dan kebiasaan kecil akan membawa pada perubahan besar. Karena semua berawal dari hal yang sering diaggap remeh, bukankah sedikit demi sedikit lama lama menjadi bukit. Membiasakan diri mengahargai waktu meski hanya satu menit. Menjaga mulut agar tidak mengumpat meski sudah dianggap biasa. Menjaga tangan tidak usil meski adalah keaskian tersendiri. Bukankah bila kita memulai dan membiasakan diri perubahan akan terasa mudah dan menyenangkan?
<>5. Tak Perlu Tergesa>Ini bukan tentang kompetisi, meski bersegera adalah bagian dari kebaikan, tapi tergesa adalah bujukan setan. Ini soal proses, bergerak sedikit demi sedikit, Berhijrah bukan hanya butuh keberanian melainkan perlu pula ritme yang teratur. Perubahan tergesa bias jadi memberikan effect shock dan ketidaknyamanan yang dipaksakan. Karena kita hanya memikirkan target yang ternyata ada pada mata manusia bukan kepada tuhan yang mahaesa. Alon alon waton kelakon, perlahan namun pasti. Karena ini tentang proses maka nikmatilah perubahan mu setahap setahap. Setiap jengkalnya akan memiliki hikmah luar biasa yang mungkin tidak dapat kita rasakan jika hanya terburu dan tergesa.
<>6. Apa Kabar, Apa Kau Sudah Lelah?>Bersemangatlah meskipun kebosanan akan tetap ada di sela langkah, rasa malas akan muncul saat akan memulai pertarungan, apa tenagamu terasa sudah habis. Bagaimana berat dan sakitnya ujian hijrah, semua membuat perjuangan kita semakin berat dan mendorong kita untuk berhenti saja. Sebab konsisten tidak seperti membalik telapak tangan, mungkin saja perlu lebih banyak peluh untuk diperas, airmata untuk dikuras atau bahkan darah harus tertumpah.
Adalah hal wajar jika rasa lelah itu datang, karena kita adalah manusia dan punya batas. Namun keyakinan akan masa depan lebih cerah entah di dunia ataupun di akhirat akan memberikan kita sedikit tenagan untuk bertahan. Karena tak hanya kita yang merasakan sakit atas perjuangan.
Kepadamu yang mendambakan perubahan, yakinlah kebaikan yang kita kerjakan akan tetap membuahkan hasil meski harus terseok dan berdarah darah. Mari berhijrah.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
sangat menginspirasi sekali