Bahagia ketika kebersamaan itu akhirnya datang, getir ketika kita berusaha memperjuangkan kebersamaan, dan sakit ketika kita kehilangan kebersamaan itu.
Aku dan kau kini melangkah menuju arah yang berbeda. Kau mencari hati yang baru dan aku juga harus segera melupakan hatimu. Aku tak ingin berlama-lama dengan kegalauan yang kau ciptakan. Melupakanmu memang tak mudah, namun selalu mengingatmu membuat hidupku jauh lebih gundah. Aku tetap harus berterimakasih untuk kebahagiaan yang telah kita lewati bersama.
Dalam beberapa hal kita memang sering dikalahkan oleh ketidaksamaan. Tentu kau masih ingat ketika kita memutuskan untuk menjalin satu ikatan. Kau bilang kita memiliki banyak kesamaan yang membuat aku dan kamu akhirnya menjadi kita. Berjalan dan saling menggenggam satu sama lain. Tertawa lepas bersama dalam satu lingkar perasaan.
Namun hari ini kau memutuskan untuk mengakhiri perjuangan kita menuju masa depan hanya karena ketidaksepahaman.
Kau tak mengerti bahwa kita dibatasi oleh satu ruang bernama sudut pandang yang membuat kita kadang berada pada jalur yang berbeda.
Kali ini aku pun menyerah dan mengalah pada egoisme masing-masing. Karena kita telah dibenturkan pada situasi yang berlainan. Perbincangan yang dulu terasa begitu ringan, kini terasa sangat berat untuk diucapkan.
Tak ada lagi keramahan, bahkan untuk sekedar menanyakan apa kabar saja rasanya aku sudah tidak mampu. Tak ada obrolan apalagi pertemuan. Namun aku masih berharap kau menyisakan satu ruang dalam hatimu untukku tinggali walau hanya sebagai seorang teman.
<>2. Mengapa durasi untuk kita tak berlangsung lama?>Telah banyak mimpi yang kita rangkai bersama. Kita selalu ingin menggenggam masa depan berdua. Namun ternyata durasi kita memiliki masa tenggang juga. Kita tak berhasil menuai masa depan itu. Sulaman harapan itu telah terhenti. Kau mengakhiri episode-episode perjalanan yang amat aku nikmati.
Pantaskan jika hari ini aku bertanya, mengapa kau pergi? Saat ini air mataku beriring bersama dengan rasa sakit yang begitu mendalam. Segala upaya telah aku lakukan untuk terus bertahan. Namun mungkin kau telah memiliki harapan baru bersama yang lain. Atau waktu benar-benar telah membuat cinta dalam hatimu memudar?
<>3. Tak bisa ku pungkiri, kepergianmu rasanya telah menggoreskan luka yang tak terobati>Kini aku percaya bahwa cinta memang memiliki masanya.
Kau telah pergi dengan sebaris kalimat yang terhunus tepat di hatiku.
Langkah kita tak lagi sederap. Aku menangis bergeming menatapmu perlahan menjauhiku. Aku berteriak dalam kepiluan berharap kau kembali atau menoleh ke arahku sekali saja. Kesempatan tak membiarkanku untuk menikmati gurat wajahmu yang selalu membuatku jatuh pada kubangan cinta.
Aku berusaha untuk tetap mengangkat kepala dan menerima suratan bahwa kita tidak untuk disatukan
Pongah jika aku mengatakan tegar itu tidak menyakitkan. Aku hanya berusaha untuk tenang dan menyembunyikan perih yang aku tanggung karena kehilanganmu. Sekali lagi selamat tinggal.
<>4. Pada akhirnya aku harus menerima pahitnya kenyataan kehilangan kau yang telah lama aku harapkan>
Kau tak pernah paham bagaimana perjuanganku untuk sampai pada kebersamaan kita. Ribuan detak waktu telah aku lewati hanya untuk merangkai kalimat yang pas untuk menyatakan rasaku padamu.
Kau yang selalu aku istimewakan kali ini membuatku merasakan getirnya kehilangan, sakitnya perpisahan, dan pedihnya ditinggalkan. Tak mudah berjalan dalam kesendirian saat kau tak mengizinkanku untuk ditemani melangkah bersama dengan bayangmu saja. Aku telah banyak berjuang.
Berjuang untuk mendapatkanmu, berjuang untuk bisa bertahan denganmu, dan untuk kesekian kalinya aku pun harus berjuang untuk rela melepaskanmu.
Namamu telah aku sematkan sebagai sebuah kenangan yang tak akan mungkin untukku lupakan.
<>5. Kamu adalah perjalanan terindah dari Tuhan. Dan kita adalah pembelajaran termahal dari kehidupan>Kita memulainya dengan kebahagiaan, dan mari kita akhiri dengan senyuman. Kau dan aku berkenalan dengan cara yang baik-baik, dan disatukan dengan cara yang amat indah.
Menyakitkan memang, namun tak ada salahnya jika kita tutupi semuanya dengan senyuman. Kita tak bisa bertahan karena keterpaksaan. Aku membiarkanmu berlalu untuk kebahagiaanmu walau tak bersamaku. Semoga kita tetap menjadi teman berbagi dalam suka dan duka. Berbagi cerita tentang hati baru dalam kehidupan masing-masing.
Aku berharap kita masih saling mengasihi meski tak berada satu judul perasaan yang sama seperti yang dulu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
RG51
Hati dan otak menyingkapi berbeda hal spt itu mbak …kalo otak bisa saja menerima hal itu krn benar .. Tapi hati masih ngeyel utk ttp bertahan dengan hal yg kita “percaya” bhw itu benar.
Tetap berpikir positif saja Mbak Anita Kartika Sari .. Mungkin ‘percaya’ itu adalah tanda bahwa dia memang org yg tepat 🙂 Gak ada yg tau gimana hati kita dan gimana hati dia ke depannya..
Hay Andromeda Laevigata 😀
Untuk mendapatkan yg benar kita melewati beberapa hal yg salah dulu ..tapi sampai kapan?…btw top tulisannya,nyess di hati
sepiro gedhene sengsoro yen tinompo amung dadi cobo nanging cobo sing paling abot yoiku cobo jalaran krono tresno.
kata katanya pas banget, mirip ama perasaan q sekarang ini 🙁
tulisan y bagus bgt