Maudy Ayunda yang sempat galau untuk memilih antara Stanford University dan Harvard University sempat bikin geger media sosial. Kenapa? Bukan karena yang galau artis tapi choosing a school itu kayak memilih pasangan hidup. Ok ok, gue nggak bermaksud untuk selebai itu tapi bagi loe yang baru saja lulus kuliah, sedang menjalani kuliah, atau kerja, hal ini bisa dijadikan motivasi untuk lanjut sekolah.
Menurut gue, melanjutkan sekolah lagi itu bukan hanya untuk investasi kepada diri sendiri tapi mengasah diri loe untuk berpikir lebih kritis, belajar memahami berbagai perspektif, meningkatkan self discipline, dan menantang diri untuk menjadi lebih baik.
ADVERTISEMENTS
1. Pendidikan itu adalah investasi untuk diri sendiri
Gimana kak? Sekolah lagi kok disama-samaiin kayak investasi? Gini gini, ilmu yang didapat dari S2 itu kayak equipment yang bisa digunakan untuk jangka panjang. Hal yang paling keren adalah equipment itu akan kadaluarsa kalau loe meninggalkan dunia ini 🙂
Iya, loe bakal di expose ke berbagai pemikiran, informasi, dan keahlian baru. Contoh yang bisa gue kasih mungkin limited bagi loe yang anak komunikasi. Jadi, siapa sangka kalau ilmu public relations itu bisa dikaitkan dengan konsep Frankfurt School of Thoughts dan pemikiran Neo-Liberalisme. Konsep besar? Bisa loe tanya Mbah Google untuk tahu lebih lanjut.
Hal-hal tersebut saat loe pelajari mungkin nggak make sense di awal karena susah dan abstrak. However, bagi kamu yang ingin mendalami ilmu yang loe passionate banget, ini akan memperkaya loe dan siapa tahu akan bisa di share ke orang lain kan karena loe akan menjadi ahlinya! (baca: siapa tahu loe mau jadi dosen)
ADVERTISEMENTS
2. Berpikir kritis adalah kunci
Studi S2 itu nggak melulu jawab LKS atau menjawab pertanyaan dari dosen yang bisa dilakukan dengan melihat presentasi slides. Menurut gue, setiap tugas yang diberikan oleh dosen itu adalah kesempatan untuk mengasah keahlian berpikir kritis.
Berpikir kritis itu kayak gimana sih? Please, kritis itu bukan berarti nyolot ya. Tolong dicatat baik-baik di kepala loe saat baca artikel ini. Menjadi seseorang yang kritis itu ialah bisa melihat suatu isu dari berbagai hal serta berani mempertanyakan kenapa hal itu terjadi. Nggak cuma stop di situ aja. Loe akan membuat sebuah argumen dengan informasi-informasi yang loe dapatkan untuk justify apakah hal tersebut sesuai atau tidak.
Ok, emang penting ya kak? Lawannya kritis itu adalah yes mam! Semua aja loe iyaiin. Nggak peduli apakah itu benar atau tidak. Dengan punya keahlian untuk menjadi seseorang yang kritis, loe mampu memberi suggestion yang strategis pada suatu masalah. Tanpa bertele-tele: ini membantu loe menjadi seorang problem solver yang baik. Kenapa? Loe terbiasa untuk berargumen dengan dasar yang kuat dan nggak cuma asbun (asal bunyi). So why not use this as an opportunity?
ADVERTISEMENTS
3. Belajar memahami berbagai perspektif
With the rise of hoaxes di luar sana, menjadi pribadi yang bisa filter informasi itu sangat penting. Nah, ini bisa dilakukan dengan menjadi seseorang yang mampu memahami berbagai perspektif.
Suatu perspektif itu bisa dipahami tidak cukup hanya menjadi seseorang yang kritis tapi tahu kenapa perspektif itu muncul dan efeknya seperti apa saat dipahami oleh masyarakat. Buat gue, ini menjadi hal yang loe develop saat S2. Banyaknya informasi yang loe bakal baca dan ketahui bakalan bikin kita mawas diri dan nggak gampang untuk menerima informasi apa adanya. Loe akan sibuk mencari validasi dengan membaca dari sumber yang terpercaya sambil mengetahui kelaziman-nya. Lazim di sini maksudnya, make sense nggak sih? Atau itu hal yang dilebai-lebai-in? If something itu too good to be true, most like hal itu sebenarnya nggak seperti itu.
Menjadi seseorang yang sibuk untuk memperkaya dirinya dengan informasi agar nggak gampang terhasut oleh lingkungan sekitarnya itu nggak pernah salah. Jadi jangan takut untuk menjadi seorang knowledge seeker.
ADVERTISEMENTS
4. Meningkatkan self-discipline
Self discipline atau disiplin terhadap diri sendiri itu seperti keahlian yang harus diasah terus menerus. Hal yang paling gampang? Kenapa banyak artikel yang loe baca di internet mengenai the great leaders of the world yang mengatakan kalau bangun pagi itu merupakan salah satu elemen yang membuat seseorang itu sukses? Gue nggak kaget loe akan berpikir: apaan sih bangun tidur aja sampai loe urusin? Atau, so what gue mau bangun siang?
Jadi begini wahai netijen, menggunakan contoh di atas gue ingin memberi ilustrasi kalau dengan bangun pagi loe bakal punya lebih banyak waktu to get things done. Make sense? Menurut gue ini logis kok dibanding mereka yang memilih untuk start their day agak telat. I know it's a personal choice kok tapi hal ini bukan hal yang nggak bisa loe asah.
Melakukan studi S2 itu bakal menjadi hal paling menantang dalam hidup loe. Trust me, it's not easy but it's going to be the most rewarding experience in your life! Menjadi disiplin itu segampang membuat jadwal hal yang harus dilakukan pada hari tersebut dan loe abide dengan itu. Hal ini yang bakal bikin studi S2 loe terbantu karena kita telah membiasakan diri untuk hidup secara terstruktur sehingga tugas-tugas dan kewajiban yang harus dilakukan pun akan selesai dengan baik.
ADVERTISEMENTS
5. Menantang diri sendiri
Memberi diri sendiri sebuah tantangan itu nggak pernah salah? You have no idea what pressure will make you a better person. Kenapa? Bukannya bakal bikin kita stres? Bukan gitu maksud gue. Ini menjadi motivasi untuk diri loe untuk bisa get into the finish line.
Dengan berbagai kesulitan dan informasi yang loe akan pelajari, studi S2 itu memang bikin galau. No wonder Maudy Ayunda waktu interview dengan Najwa Shihab cerita kalau dia bikin motivation letter dan CV-nya memakan waktu lebih dari sebulan. Pengalaman dan pendekatan yang akan dilakukan setiap sekolah akan berbeda sehingga loe juga pasti akan punya cerita masing-masing.So, nggak salah kan kalau gue bilang memilih sekolah S2 itu kayak memilih pasangan hidup?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”