Saat berada jauh dari keluarga, tepatnya ditanah perantauan. Kita memang dituntut untuk hidup mandiri. Menyelesaikan masalah dengan sendiri, menangis sesenggukan dan sebisa mungkin menyelesaikaan masalah secepat mungkin. Tanpa harus memberi kabar keluarga yang hanya akan menambah kecemasan.
Untuk Ramadan kali ini, kita hidup di tanah rantau dan jauh dari keluarga karena ada corona. Pun selama ini, ada banyak hal yang ingin diceritakan tentang keadaan selama Ramadan di perantauan.
ADVERTISEMENTS
1. Harapan gagal mudik kali ini, membuat sadar tak setiap keinginan harus diwujudkan
Ramadan kali ini mengajarkan banyak arti untuk lebih memahami tak setiap keinginan harus diwujudkan. Kadang semua itu perlu ditunda bukan karena tak rindu hanya untuk kebaikan bersama, termasuk harapan gagal mudik kali ini. Walaupun sudah dirancang beberapa bulan yang lalu, nyatanya keadaan tak mengizinkan untuk mampu bercengkerama bersama.
ADVERTISEMENTS
2. Pengalaman memang guru berharga dalam hidup ini, termasuk pengalaman ditengah perantauan
Perjuangan itulah yang patut digambarkan dari apa yang telah dilakukan ditengah perantauan. Lelah iya, pernah jatuh iya lalu bangkit lagi. Hanya dengan tujuan apa yang diinginkan menjadi kenyataan. Saat kegagalan menghampiri, untuk mewujudkan ambisi di tengah perantauan memang membuat kecewa. Seperti kali ini tiba-tiba ada PHK saat sedang butuh-butuhnya menyambung hidup di tengah perantauan.
Kecewa iya, tapi bisa apa selain harus berjuang untuk tetap hidup ditengah kondisi yang membuat kecewa. Semoga pengalaman untuk tetap bertahan hidup di tanah rantau, menjadi pelajaran yang sangat berharga.
ADVERTISEMENTS
3. Kenangan salama Ramadan ini menjadi cerita spesial yang tak akan mudah terlupakan
Jika dulu Ramadan tentang hingar bingar yang penuh dengan keramaian, suka cinta. Namun, untuk Ramadan kali ini semua harus berbeda. Kali ini tak ada keramaian seperti dulu, tampak lebih sepi. Untuk itu selain mengeluh tiada henti akan lebih baik mencari sebuah hikmah dibalik ini semua. Lebih tepatnya hal paling tepat adalah tentang perenungan diri. Menjadi lebih baik dari dalam sendiri. Sungguh untuk kenangan Ramadan kali ini menjadi sejarah dalam catatan hidup
ADVERTISEMENTS
4. Tak akan pernah lengkap, jika selama diperantauan tak ada penderitaan
Hidup ini tak akan pernah jauh-jauh dari yang namanya penderitaan. Derita akan selalu ada tergantung bagaimana cara menyikapinya. Termasuk selama ada di perantauan ini jauh dari orang-orang tersayang ditambah beban selama ada corona harus dicoba untuk sabar dan ikhlas.
Dua kata yang patut digambarkan ketika penderitaan selama diperantauan datang menghampiri, bukan hanya soal tak bisa mudik di kampung halaman, bukan hanya tentang pekerjaan yang seret. Tapi sebuah upaya untuk tetap bangkit dalam keterperukan tetap bahagia bagaimanapun caranya.
Sabar dan ikhlas akan menjadi teman setia selama Ramadan di perantauan ini.
ADVERTISEMENTS
5. Dengan segala cerita rumit yang penuh air mata, Ramadan di perantauan ini memang penuh hikmah
Selama ramadhan di perantauan ini tiba-tiba menjadi sosok paling taat atau rajin dalam ibadah. Ada ketakutan tersendiri andai corona datang menghampiri dan umur tak panjang lagi. Ketika itu pula amal ibadah belum ada apa-apanya. Untuk itu ketakutan semacam ini bisa menjadikan diri untuk lebih dekat pada Sang Illahi. Tiba-tiba menjadi sosok yang dermawan dengan sesama. Hati ini mudah tersentuh ketika melihat penderitaan orang lain yang diakibatkan corona benar-benar sengsara. Bukan hanya air mata penuh derita, tetapi pelajaran baik yang bisa diambil yang menjadikan Ramadan kali tak bisa untuk dilupakan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”