Putus cinta itu sangat menyebalkan. Periodt. Bukan cuma putus dari hubungan yang udah punya kenangan selama bertahun-tahun, tapi putus kontak dari gebetan juga bikin galau. Hari-hari awal setelah putus cinta bisa jadi sangat sulit untuk dilewatin Bagian menyedihkannya adalah setiap rasa sedih, bersalah, dan marah hanya kamu yang bisa ngerasain.
Kenyataannya, meskipun menyakitkan, setiap proses yang dialami setelah putus cinta itu ternyata normal loh. Hampir semua orang juga merasakannya. Yuk kenali 7 fase yang pasti kamu lalui dalam proses move on! Kalian udah sampe yang mana nih?
ADVERTISEMENTS
1. Shock
Reaksi yang pertama kali muncul setelah putus adalah shock. Kamu mungkin merasa bingung, dan gak bisa menghadapi apapun saat itu.
Biasanya kamu punya pertanyaan dan masih membutuhkan banyak jawaban dari mantan. Hal itu menjadi alasan kamu untuk terus menerus menghubungi dia. Padahal semakin kamu mencari jawabannya, semakin jawaban yang diberikan jauh dari ekspektasi kamu.
Perasaan kaget ini lama-lama akan berubah menjadi rasa sakit setelah kamu memproses informasi yang tiba-tiba. Meskipun kamu merasa sakit dan sedih karena dulu biasa bersama seseorang dan sekarang mereka bukan lagi bagian dari hidup kamu, pahamilah bahwa ini hanyalah sebuah fase yang akan berlalu.
ADVERTISEMENTS
2. Denial
Denial adalah fase dimana kamu akan mulai mencari-cari pelampiasan. Menghabiskan waktu bareng temen, atau cari gebetan baru supaya bikin mantan cemburu.
Walaupun kalo malem tetep aja galauin mantan. Pada akhirnya kamu sadar bahwa cari pelampiasan cuma jadi alasan kamu buat menyangkal semua perasaan kamu.
Kamu akan mulai berpikir “Ini bukan putus kok cuma break doang” dan berujung menyalahkan diri sendiri. Menerima kebenaran bahwa kalian udah gak bisa bareng-bareng lagi emang hal yang paling sulit.
Intinya, berhenti menyangkal perasaan sepi yang timbul, berhenti memeriksa room chat dan menghubungi mantan kamu. Berikan waktu bagi pikiran dan hati untuk beradaptasi dengan keadaan baru.
ADVERTISEMENTS
3. Anger
Setelah memproses segala perasaan pada awal-awal putus, kamu akan mulai marah pada semua orang. Kamu akan marah pada mantan yang memilih pergi setelah banyaknya janji manis yang dia buat untukmu, dan kamu akan marah pada dunia.
Tidak ada yang salah dengan merasa marah pada dunia akibat kekecewaan yang kamu rasakan. Tapi pada fase ini kamu harus lebih berhati-hati dalam bertindak.
Kadang emosi dijadikan sebagai alat konfrontasi mantan dan gebetan barunya. Perasaan nekat ini membuat kamu kadang salah langkah. Bisa jadi hubungan kamu dan mantan malah memburuk, dan pada akhirnya kamu akan menyesal lagi. Kadang orang-orang jauh lebih lama pada fase ini, bahkan ada pula yang membuat mereka mengulang fase-fase sebelumnya.
ADVERTISEMENTS
4. Bergaining
Saat merasakan emosi yang intens dan mengalami masa sulit itu sendirian, gak jarang kamu mencari cara untuk mendapatkan mantanmu kembali.
Di fase ini kamu seakan mengalihkan rasa sakit dengan berusaha memperbaiki keadaan dengan mantan. Perasaan gak terima membuat kita berusaha gak putus kontak dan berujung minta balikan.
Kamu juga akan melakukan tawar menawar kepada tuhan agar kamu bisa move on dari kesedihan yang kamu rasakan. Tawar-menawar adalah garis pertahanan melawan emosi kesedihan. Ini membantu kamu menunda kesedihan, kebingungan, atau sakit hati.
But, ingat! jangan lama-lama ada di fase ini. Jika emang dia gak mau melanjutkannya, lebih baik menjauh dan cobalah membiasakan diri tanpa dia. Don’t lower your standard gurl!
ADVERTISEMENTS
5. Depression
Pada fase depresi ini mungkin terasa seperti kesedihan yang “tenang”. Kamu masih sedih dan kecewa, tapi kamu sudah bisa merangkul dirimu sendiri dan mencoba menerima kenyataan yang ada.
Kamu akan lebih memilih untuk mengisolasi diri dari orang lain untuk sepenuhnya mengatasi kehilangan. Bukan artinya fase depresi itu mudah ya.
Seperti tahap kesedihan lainnya, depresi bisa jadi sulit dan membuat kamu kacau. Perasaan campur aduk dan rasanya gak ada yang bisa mengerti kamu.
Jika kamu merasa terjebak pada fase ini dan gak bisa melewatinya, bicarakanlah dengan seseorang yang dapat kamu percaya atau kepada pakar kesehatan mental. Seorang terapis dapat membantu kamu mengatasi fase ini.
ADVERTISEMENTS
6. Apathy
Apatis adalah fase dimana kamu merasakan kekosongan. Kamu akan merasa terperangkap dalam tubuh sendiri tanpa memiliki perasaan, emosi atau kekhawatiran terhadap diri sendiri atau orang-orang disekitar.
Seperti semua energi sudah habis untuk melewati segala fase sebelumnya, dan kamu sudah merasa sudah terlalu lelah untuk memberikan sebuah reaksi.
Disaat ini kamu sedang sepenuhnya tenggelam dan memproses segala jawaban yang ada bahwa mungkin kamu memang bukan orangnya.
Seperti kata Dita Von Teese “Kamu bisa menjadi buah persik yang paling enak di dunia dan masih ada orang di luar sana yang tidak suka buah persik”.
7. Acceptance
Pada akhirnya, ketika kamu berhasil mencerna segala informasi dan meyakinkan diri sendiri bahwa kamu baik-baik saja tanpa dia, kamu akan mulai berdamai dengan kehilangan. dan sedikit demi sedikit kamu akan siap untuk melanjutkan kehidupanmu dengan jauh lebih baik dari sebelumnya.
Difase ini mungkin kamu belum sepenuhnya move on, tapi kamu sudah bisa menerima dan sadar bahwa ini waktunya untuk melangkah walaupun masih akan terasa sedikit berat. Namun hanya ada satu cara untuk melanjutkan kehidupan, yaitu pergi dari dia yang meninggalkan dan mengharapkan sesuatu yang jauh lebih baik akan datang sebentar lagi. “Rip to old bae”
Ke-7 fase ini memang sangatlah berat, hari-hari terasa jauh lebih lama. Ketika kita sibuk berkutat dengan perasaan kehilangan, kadang mantan pasangan sudah menemukan gebetan barunya. Rasanya ingin mencabik-cabik orangnya bukan?
Perasaan sedih, marah, kecewa, dan yang lainnya adalah hal yang normal dan pasti semua orang akan merasakannya.
Tenang saja, semua akan berlalu. Tapi kamu memiliki kesempatan untuk memilih berlama-lama pada fase itu atau membantu diri sendiri untuk tetap melangkah kedepan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”