Saat berbicara tentang toxic relationship, kita sering mengaitkannya dengan perlakuan kasar seseorang terhadap pasangannya. Mulai dari kekerasan fisik hingga pelecehan seksual. Ternyata tanda toxic relationship bukan itu saja lho!
Suatu hubungan dikatakan toksik ketika kamu dan pasangan terlibat dalam konflik berkepanjangan yang sangat melelahkan mental. Kamu merasa tidak aman, hilang kepercayaan, merasa direndahkan, hingga kehilangan diri sendiri.
Idealnya, suatu hubungan harusnya saling menguatkan dan mendatangkan kebahagiaan. Tapi kalau dekat dengannya justru membuatmu sering stres, waspadai barangkali kamu terjebak toxic relationship. Berikut beberapa tanda toxic relationship yang perlu kamu tahu.
ADVERTISEMENTS
1. Dia Mengendalikan Segala Aspek dalam Hidupmu Atas Dalih Cinta
Apakah kamu sering kesulitan berkata ‘tidak’ pada pasangan? Misalnya saat dia mengatur cara berpakaianmu, pilihan karir, hingga dengan siapa saja kamu boleh berteman. Dia berdalih segala perilaku posesifnya itu atas nama cinta, tapi kenyataannya dia mengontrolmu.
Berada dalam dominasi pasangan seperti ini tentu sangat melelahkan dan menghambat hidupmu. Lama-kelamaan, segala keputusan penting dalam hubungan kalian hanya berada di tangannya. Padahal kamu juga berhak menyuarakan pendapatmu.
ADVERTISEMENTS
2. Perilakunya Membuatmu Tidak Berharga dan Selalu Disalahkan
Tanda pasangan toksik bukan hanya mereka yang hobi bentak atau main fisik. Mereka yang sering merendahkan atau membandingkanmu dengan orang lain juga termasuk racun berbahaya untuk kesehatan mentalmu. Pada akhirnya kamu sering cemas dan rendah diri di dekatnya.
Apalagi jika si dia hobi manipulasi. Ketika bersalah bukannya minta maaf, tapi malah playing victim. Dia memutarbalikkan fakta seolah-olah kamulah yang bersalah. Kamu pun kehilangan diri sendiri dan tak sadar telah terperangkap dalam kendalinya yang diam diam menjajah.
ADVERTISEMENTS
3. Komunikasi yang Buruk Hingga Konflik Berlarut Tanpa Penyelesaian
Hubungan toksik juga bisa terjadi karena komunikasi yang buruk. Ketika terjadi suatu masalah, beberapa orang meluapkan amarahnya secara berlebihan kepada pasangan. Atau sebaliknya, mereka justru mendiamkan pasangan berhari-hari dan berharap semua langsung normal kembali.
Pada akhirnya, polanya selalu berulang. Ketika ada masalah tidak dibicarakan baik-baik, tapi justru ditinggal lari, lalu baikan lagi, kemudian bermasalah lagi. Lari lagi, baikan lagi, dan seterusnya. Masalah tidak terselesaikan dan perlahan menjadi bumerang di lain hari.
ADVERTISEMENTS
4. Saling Berlomba Memenangkan Ego dan Enggan Berkompromi
Setiap hubungan memang tidak bisa seratus persen cocok. Tapi, yang menjadi masalah ketika kamu menutup telinga rapat-rapat dan enggan mendengarkan pendapat pasangan. Padahal, kita perlu saling diskusi dan kompromi untuk memahami satu sama lain.
Akhirnya kamu sering berseteru hanya untuk membuktikan siapa yang paling benar. Ketika berdebat bukannya fokus menemukan solusi, tapi sekadar mencari celah untuk saling menjatuhkan. Tanpa sadar, kamu telah membunuh hubungan demi memuaskan ego pribadi.
ADVERTISEMENTS
5. Diam-Diam Muncul Kebohongan Hingga Penghianatan
Hubungan toksik juga bisa ditandai dari adanya ketidakjujuran dari salah satu atau kedua belah pihak. Pasangan menyembunyikan sesuatu darimu dan ketika baunya tercium malah menciptakan kebohongan.
Hal ini terus berlanjut dan memunculkan kebohongan berikutnya. Lama kelamaan pasangan sering bersikap plin plan hingga membuatmu ragu dan hilang kepercayaan. Setiap berjanji tak pernah ditepati, tapi malah membuat janji baru lagi.
Dipermainkan seperti ini tentu sangat melelahkan. Kamu mulai merasa tak berdaya dan mempertanyakan kekurangan diri. Padahal, sumber masalah utamanya terletak pada perilaku pasangan yang toksik.
Mengenali tanda-tanda toxic relationship di atas ternyata bukan hal yang mudah. Apalagi jika kamu memendam rasa cinta dan harapan yang tinggi terhadap pasangan. Alih-alih segera melepaskan, kamu justru memberinya kesempatan berulang kali, berharap dia akan berubah.
Padahal, merawat hubungan toksik ibarat bergelantungan pada tali rapuh di tepi jurang. Kamu seolah menemukan teman terbaik yang menyelamatkan hidupmu, namun kenyataannya dia membuatmu lebih menderita. Akhirnya kamu sering tertekan dan kehilangan diri sendiri.
Jika kamu mengalami tanda-tanda di atas, coba refleksikan kembali hubunganmu bersama pasangan. Curhat ke orang terdekat dan pahami bahwa semua perasaanmu valid. Kamu juga bisa berkonsultasi ke psikolog untuk mendapatkan bantuan ahli dan memperluas pandangan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”