Era globalisasi yang erat kaitanya dengan pesatnya perkembangan teknologi dimana internet hadir sebagai salah satu teknologi yang dianggap mampu memenuhi kebutuhan manusia. Hal ini sejalan dengan semakin bervariasinya media komunikasi yang dapat digunakan masyarakat untuk menjalin interaksi antara satu orang dengan yang lainya, bertukar informasi baik Pendidikan, pekerjaan maupun hiburan. Berdasarkan laporan We Are Social, per Januari 2022 terdapat 204,7 juta pengguna internet di Indonesia. Mengutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa pada tahun 2021 terdapat 88,99 % anak 5 tahun keatas yang menggunakan internet untuk mengakses media sosial dan ini menduduki urutan pertama tertinggi. Seiring dengan peningkatan tersebut juga semakin banyak kasus kejahatan digital yang dapat mengancam pengguna internet, sehingga diperlukan kehati-hatian dan memahami pentingnya mengelola jejak digital.
Saat ini media sosial adalah hal yang tidak bisa lepas dari keseharian masyarakat. Apa yang dilakukan dan dipikirkan seseorang terasa tidak lengkap jika belum dibagikan di media sosial. Dalam mencari pekerjaan tak jarang harus mencantumkan media sosial yang dimiliki seperti Instagram, twitter, facebook, dan tiktok. Selain curriculum vitae rekruter perusahaan juga akan melihat media sosial karena dinilai membantu untuk mengetahui kepribadian seseorang terutama ketika berada di dunia maya. Mengutip dari Glints.com cara seseorang berinteraksi dengan follower di media sosial juga akan dilihat misalnya komentar, konten yang disukai, retweet dan sebagainya. Melalui media sosial inilah kemudian rekruter dapat menilai kecocokan pribadi seseorang dengan kultur yang ada dalam perusahaan. Kebebasan dan kemudahan bermedia sosial ini seperti dua mata pisau bagi pengguna, dimana jika bisa memanajemen dengan baik akan menghasilkan manfaat bagi pengguna dan sebaliknya. Ada beberapa hal ini yang bisa dilakukan dalam mengelola jejak digital :
ADVERTISEMENTS
1. Pisahkan Akun Media Sosial Menjadi Akun Pribadi dan Akun Professional
Dalam bermedia sosial kita perlu menganggap diri sebagai merek, dimana nama pengguna akan mempengaruhi identitas professional sehingga diperlukan pemilihan nama pengguna untuk akun professional kamu. Tentu nama pengguna akun profesional harus berbeda dengan akun pribadi. Berikan Batasan akses media sosial pribadi kamu agar tidak semua orang bisa mengakses apa yang kamu unggah di media sosial. Pemisahan akun pribadi dan professional ini akan membuat jejak digital pada akun professional mu bersih, sehingga ketika rekruter perusahaan memeriksa media sosial mu maka citra positif lah yang tergambar melalui akun media sosial professional mu. Akantetapi kamu juga tetap bisa bebas berekspresi tanpa takut dilihat semua orang melalui akun pribadi mu.
ADVERTISEMENTS
2. Pahami Siapa Audiens Media Sosial mu
Terkadang sebagian orang merasa kurang nyaman dengan kegiatan sehari-hari yang dilihat oleh banyak orang, sehingga inilah mengapa media sosial perlu dipisahkan menjadi akun pribadi. Dengan akun pribadi maka kamu bisa mengatur siapa saja yang dapat melihat unggahanmu di sosial media. Selain itu perlu diperhatikan untuk tidak menautkan akun pribadi dengan akun professional seperti email yang digunakan untuk pekerjaan atau pendidikan. Pada akun professional kamu boleh menautkan media sosial lain yang berkaitan dengan pekerjaan, Pendidikan dan nama lengkap. Hal ini bertujuan untuk membranding diri kamu. Informasi yang tercantum pada akun professional mu akan membantu dalam membentuk citra positif, sehingga kamu tidak perlu cemas jika rekruter menelusuri media sosial yang kamu miliki.
ADVERTISEMENTS
3. Pilah Konten yang Akan Diunggah ke Media Sosial
Jejak digital merupakan sesuatu yang sifatnya permanen dan akan terus ada. Unggahan konten, komentar, like, dan sejenisnya harus berhati-hati. Ketika kamu mengunggah sebuah konten maka hal tersebut bisa dilihat oleh semua pengguna. Selain itu kamu juga harus berhati-hati dalam mengunggah konten ke media sosial untuk menghindari kejahatan. Sebelum mengunggah konten pilah terlebih dahulu, misalnya konten yang sifatnya pribadi jangan diunggah pada media sosial professional dan sebaliknya. Jejak digital negatif juga bisa disebabkan karena konten yang diunggah berbau isu yang sensitif atau kontroversional, dan ini akan membuat rekruter memberikan nilai buruk terhadap kepribadian kamu. Maka dari itu pahamilah etika dalam bermedia sosial untuk membangun citra positif dan saat kamu mengunggah sesuatu hindarilah konten yang berbau pandangan intoleran, rasis dan seksisme, kejahatan kriminal, gambar yang tidak pantas seperti gambar fulgar, kekerasan, bahasa yang kasar, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENTS
4. Perhatikan Pertemanan yang Terjalin di Media Sosial
Ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa teman mu adalah cerminan dirimu. Sehingga mengelola pertemanan di media sosial menjadi hal yang penting dalam membantu branding diri. Kamu harus tau dengan siapa kamu berteman di media sosial dan jangan ragu untuk memutus pertemanan dengan akun yang memposting hal negatif karena akan berdampak juga pada kamu. Rekruter perusahaan mungkin juga akan melihat siapa teman dan bagaimana lingkungan pergaulanmu untuk melihat apakah calon karyawannya berkepribadian baik dan tidak melakukan hal-hal buruk seperti mengonsumsi obat terlarang, melakukan kekerasan atau bullying dan sebagainya. Dengan demikian kamu perlu sesekali memeriksa pertemanan yang terjalin di media sosial.
ADVERTISEMENTS
5. Selalu Menjaga Batasan Antara Akun Pribadi dan Profesional
Setelah kamu memisahkan akun pribadi dan akun professional maka harus konsisten dalam mengelola akun tersebut agar terhindar dari jejak digital yang buruk sehingga akan berdampak pada saat kamu melamar pekerjaan. Berikan batasan kepada siapa saja yang bisa melihat konten pribadi, buat nama pengguna yang berbeda dan tidak berkaitan dengan akun professional atau identitas asli mu agar sulit untuk dicari. Agar terbranding dengan baik melalui unggahan positif, akun professional bisa kamu atur agar dilihat oleh semua pengguna media sosial. Dengan pemisahan akun pribadi dan professional ini menjadi strategi untuk mengelola jejak digital agar dapat bernilai positif dan tidak menghambat calon karywan dalam mencari pekerjaan, karena saat ini media sosial sering ditanya oleh rekruter perusahaan dan ditinjau terlebih dahulu ketika proses seleksi pegawai.
Mari menjadi masyarakat yang cerdas dan bijak dalam bersosial media. Manfaatkan dengan baik kemajuan teknologi sehingga menjadi alat yang meringankan pekerjaan manusia. Bijak dalam menggunakan internet dan sadar akan pentingnya jejak digital, karena jejak inilah yang akan terus ada dan tidak akan pernah hilang meskipun unggahan asli telah dihapus. Kelola jejak digital dengan pisahkan akun professional dan pribadi mu agar rekruter perusaahan melirikmu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”