Ujung dari sesuatu yang kita sebut pencapaian selalu dikisahkan karena adanya sebuah perjalanan. Dan perjalanan adalah proses yang dimulai dari titik awal sehingga menghasilkan akhir.
“Tuhan menyembunyikan kapan waktu kita meraih kemenangan, karena Tuhan ingin tahu seberapa besar kita berusaha dan bertahan demi terwujudkan keinginan itu.”
Tiada sesuatu hal di dunia ini yang instan, segalanya harus melewati serangkaian proses. Bahkan yang bernama –mie instan- saja juga membutuhkan waktu untuk membuatnya. Iya bukan?
Sama halnya dengan hidup kita. Tidak akan dikatakan lolos jika kita tidak diuji. Tuhan hanya ingin melihat seberapa kita pantas mendapatkan impian kita. Maka, Tuhan menghadirkan kegagalan dalam hidup kita agar kita belajar lebih banyak lagi.
Bila saja kau bisa mendengarkan dunia yang berteriak, ketahuilah bahwa ia berkata ke hatimu: ~Pantaskan usahamu dengan impian yang kau kehendaki itu~ Karena kita tak pernah tahu sampai di titik mana kegagalan itu menyerah menghampiri kita. Karena kita tidak pernah tahu bahwa mungkin hari ini adalah kegagalan kita telah berakhir dan esok kita akan menang.
Maka, sangat sayang bila kita hari ini menyerah dan berhenti karena keadaan.
<>2. Melalui kegagalan, ternyata kita ditujukan pada pengganti yang lebih baik>Orang bijak pernah bilang bahwa rasa kehilangan hanya akan dirasa bagi mereka yang merasa memiliki. Sedang ilmu fisika menyatakan bahwa segala yang ada di bumi tidak akan pernah hilang, hanya saja ia berpindah tempat.
Jadi menurutku, merasa kehilangan itu percuma. Karena sesungguhnya Tuhan kita telah menggariskan jalan seseorang, kemana ia harus tinggal (misalnya). Lalu mengapa kita tidak bersyukur saja? Bukankah setiap kali kita dilepaskan akan sesuatu, maka Tuhan akan ganti dengan suatu hal yang lebih baik untuk kita, yang lebih kita butuhkan?
Sebagian dari keinginan kita adalah nafsu. Kadang kita tidak benar-benar membutuhkannya, kita hanya ingin. Entah ingin dalam kadar motif apa, hati kita sendiri yang tahu kebenarannya. Tapi, Tuhan kita lebih tahu ukuran apa yang membuat kita jauh bahagia.
<>3. Kegagalan yang berulang kali, mengajarkan kita seninya berpikir>How many times you typed “I’m okay” while crying?
Hidup memang susah, tak jarang mengantarkan kita pada lebam dan luka-luka. Ketika kita ingin merasa baik. Bukanlah hidup kita yang kita ubah, tetapi tentang bagaimana cara pandang atas hidup kita. Layaknya mengendarai sebuah pesawat udara. Kita memang tak bisa mengubah arah angin yang terus menghantam tubuh kita, tetapi kita bisa mengubah arah sayap kita.
Di sinilah eksistensi berpikir manusia ada. Karena yang membedakan manusia adalah tentang seninya berpikir. Sampai sejauh mana kita memanfaatkan pikiran untuk memudahkan segala urusan kita sendiri.
Hidup mengajarkan kita banyak hal. Ketahuilah bahwa ketika Tuhan membiarkan kita gagal juga jatuh, tetapi Tuhan juga memberi pilihan kita untuk bangkit. Tak apa bila harus kembali memulai dari titik nol dari awal setelah kita pernah melewati perjalanan yang cukup panjang. Tak apa. Percayalah bahwa langkah yang kita ambil selanjutnya adalah pembelajaran yang telah cukup banyak bekal.
<>4. Ternyata gagal membuat kita paham bahwa tiada peluh yang percuma>Habiskan kesempatan gagalmu, hingga tiada lagi kesempatan selain menang.
Percayalah, saat kita telah sampai pada pencapaian nanti, kita seakan disadarkan. Seraya seluruh alam turut berbinar dengan kamu yang tak henti-hentinya bersyukur. Sesuatu yang didapatkan dengan mudah akan membuat kita lupa dan mungkin saja meremehkan pencapain itu. Tetapi apa-apa yang kita perjuangkan dengan keras, dengan segenap keyakinan, dengan serangkaian peluh. Maka nikmatnya akan abadi kita rasa.
Sesuatu yang kita dapatkan dengan cara yang tak mudah, akan membuat kita mengerti bahwa ke depan kita harus menjaganya dengan baik. Bukankah syukur dan doa adalah sebaik-baiknya penjagaan? Bukankah itu juga bentuk penghambaan kita sebagai makhluk yang taat pada Tuhan? Bukankah dengan begitu Tuhan akan melimpahkan banyak hal lagi dalam hidup kita?
Bahwa segalanya adalah titipan. Harta, ilmu, dan apa-apa hanyalah titipan. Bahkan diri kita saja bukan milik kita.
<>5. Pada akhirnya kita tahu bahwa hidup benar-benar pilihan>Dalam hidup ini kita banyak ditawarkan pilihan-pilihan. Tetapi terkadang kita lupa bahwa sejatinya diri kita adalah pilihan itu sendiri.
Sesesak apapun jalan hidup, yang entah aka nada di titik mana nanti memaksa kita mengambil pilihan yang cukup tragis, maka tetaplah terima. Bahwa sesungguhnya pilihan-pilihan itu yang mengajari kita arti sabar, kuta, mampu, mandiri dan keikhlasan hati.
Yakinlah bahwa Tuha sudah menggariskan takdir sedemikian rupa. Tuhan punya akhir yang indah atas semua perjalananmu. Tinggal bagaimana kita mempercantik proses itu.
*terinspirasi dari seorang sahabat pejuang Teknik UGM
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
inpiratif sekali memotivasi terimakasih untuk tulisannya