Selalu saja ada hal yang menarik yang bisa kita ulas dari perilaku manusia. Dan juga hubungan di antara mereka.
Tema ini melintas sesaat setelah saya sendiri melakukannya secara tidak sadar juga mengucapkan salah satu di antaranya. Niatnya ingin mengingatkan rekan kerja yang menanyakan jam untuk salat Maghrib, padahal masih pukul 18:30, saya dengan lugas menjawab, “Cepetan, udah mau Isya!”.
Lucu yah. Ada kalimat-kalimat yang telah menjadi kebohongan publik. Kita semua tahu dan paham bahwa itu tidak benar, tapi tetap saja. Kita akan terus mengulanginya. Tanpa peduli kita telah berbohong dan dibohongi. Eh, apa iya masih dibilang sebagai sebuah kebohongan kalau kedua belah pihak tahu yang sesungguhnya?
Berikut ini ada beberapa kalimat yang biasa kita gunakan untuk berbohong dan dibohongi.
Frankly speaking, ini sih yang saya alami setiap pagi. Mungkin kalian juga? Saat Mama mendobrak pintu kamar dan sekonyong-konyong treak dengan lantang, “BANGUN! UDAH SIANG!”. Tanpa mengurangi rasa sayang hormat cinta kasih dan sebagainya kepada Mama di rumah, kalimat itu secara logika dan linguistik sangat keliru!
Coba kamu cek lagi di Kamus Besar Bahasa Indonesia versi J.S. Badudu, kata siang didefinisikan dengan: “waktu di antara pagi dan petang, sekitar pukul 11:00 dan 14:00″. Jelas toh? Kalau waktu masih menunjukkan pukul 10:50, kamu bisa dengan elegan melayangkan komplain ke Mama.
Kalau mau jadi durhaka sih, jawab aja:
<>2. OTW.>“Masih pagi keleeuss, Mom!”. *head knocking*
Kalau yang satu ini mah udah banyak banget meme yang bahas kali ya. saat kamu membalas pesan singkat teman yang sedang menunggu kamu, balasan “OTW” adalah nyang paling aman.
Merupakan singkatan dari on the way, secara etimologi, frasa ini memang seperti mengambang. Ada beberapa makna yang terkandung di dalamnnya. Bisa berarti sebenarnya, bisa juga tidak. Misal, yang kita maksud adalah on the way from bed to the bathroom, on the way to fuly wake up, on the way to collect my wilingness. Jadi yaaa, banyak sekali excuse yang mungkin dimunculkan.
Jadi, ini bohong yang sistematis dan disepakati secara umum. Sepakat?
<>3. Masa? Nggak nyampe ah SMS/WA/Line/BBM lo.>Banyak alasan mengapa kita melakukan dan meemercayai kebohongan yang satu ini. Jika kita berada di pihak yang membohongi. Bisa jadi kita tengah menyembunyikan sesuatu atau memilih untuk tidak memberitahukan yang sebenarnya alih-alih secara total berbohong.
Mengelak kalau pesan singkat yang dikirimkan tidak pernah sampai ke gawai kita memang bisa jadi cara yang ampuh untuk menghindari hal yang tidak membuat kita nyaman.
Namun, jika sebaliknya, kita yang berada di posisi yang mengirimkan pesan singkat, kita biasanya menerima dengan apa adanya. Di antara pasrah dan terserah ;)
<>4. Udah kok, Tan. Baru aja makan. Makasih ;)>Lazimnya kita mengcapkan kalimat ini saat tengah bertamu ke rumah seseorang. Pas memasuki jam makan, Si Empunya rumah akan menawarkan kita untuk turut menyantap hidangan (duh! kaku banget ya bahasa gue?).
Intinya, terlepas dari yang punya rumah benar-benar menawarkan untuk makan atau sekadar makan siang, kita — kebanyakan orang Timnur akan dengan sigap menyahut, “Terimakasih banyak, Tan/Om. Masih kenyang”.
Endingnya pun beragam. Kadang kita akan dipaksa untuk tetap makan (nggak peduli lo beneran udah makan atau udeh kenyang dan terpaksa ikut makan karena alasan hormat), kadang kita tetap keukeuh menolak tawaran itu (entah memang karena kita benar-benar sudah makan, merasa enggan, atau memang sudah tahu kalau mereka sekadar basa-basi, atau bahkan kita udeh duluan tahu kalau makanan di rumah itu nggak pernah enak).
Kadang juga berakhir dengan Si Empunya Rumah jadi malah kelihatan kerepotan saat kita akhirnya memilih untuk menerima basa-basi mereka.
<>5. Lagi bokek nih!>Saya yakin, manusia tidak pernah benar-benar bokek. KBBI sih membeirkan definisi Bokek dengan arti “tidak punya uang”. Dan berangkat dari situ, artinya asumsi saya benar. Bahwa tidak ada orang yag akan pernah benar-benar bokek.
Artinya sama sekali tidak punya uang. Baik di dompet, kantong, lemari, bawah bantal, selipan buku, rekening bank, di tangan orang lain, atau di manapun itu. Manusia yang sama sekali nggak punya uang tidak akan pernah ada di dunia ini.
Jadi, saat kita mendengar percakapan seperti ini:
“Bro, makan yo!”
“Nggak lah, bokek banget nih!”
(padahal mah di dompet atau kantongnya masih ada walau cuma seribu dua ribu)
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.