Tugas lagi tugas lagi!
Revisi lagi revisi lagi!
Apa kalimat itu yang sedang menguasai pikiran kamu?
Banyak tugas atau revisi skripsi memang menyebalkan, rasanya ingin segera lepas dari beban seberat ini.
Bagaimana tidak?
Waktu malam hari yang seharusnya menjadi me time kita dirampas sama dosen-dosen yang seperti tak punya rasa iba pada kita.
Entah dosen nggak pernah tahu, nggak mau tahu, atau mungkin pura-pura nggak tahu dengan perjuangan kita membaca, mencari, dan mengetik tugas atau skripsi kita. Berapa banyak waktu yang sudah kita hamburkan hanya untuk menuruti apa maunya dosen? Berapa banyak lembar kertas yang terbuang sia-sia hanya karena satu coretan kejam dari dosen?
Parahnya, sudah berapa uang yang terbuang sia-sia, bukankah uang itu bisa kita gunakan untuk hangout bareng kawan-kawan?
Jalan-jalan ke spot yang hits, nongkrong di cafe yang instagramable atau nonton film dan pamer tiket di snapgram seperti teman-teman kita? Tapi kita bisa apa? Sudah terlanjur basah kuliah mau mundur juga nggak mungkin, mau sekedar protes sama dosen juga rasanya percuma, malah jadi bumerang yang siap membunuh balik kita.
Well, kamu yakin itu adalah masalah terberat kamu?
Setidaknya apakah kamu akan menghadapi sekedar masalah tugas atau skripsi di hidup kamu?
Pernahkah merenung jauh ke depan ketika kamu sudah nggak melewati masalah tugas atau skripsi kamu?
Kamu yakin akan lebih tenang? Kamu siap untuk menghadapinya?
Setidaknya coba pikirkan hal-hal yang akan kamu hadapi kelak selepas dari beban kuliahmu.
ADVERTISEMENTS
1. Mencari Pekerjaan
Ini masalah besar pertama yang akan kamu hadapi.
Ya, sudah berapa kali kita mendengar dan membaca data pengangguran di Indonesia. Data BPS pada awal 2018 diperkiran ada 6,87 juta saudara kita yang masih menganggur.
Jika sekarang kamu hanya mendengar katanya-katanya soal gimana sulitnya cari kerja, kelak kamu akan mengalami sendiri beratnya perjuangan melamar kesana-kemari. Percayalah, lelah dan tekanannya nggak seberapa dibanding lelahmu keliling mencari sumber data tugas dan skripsi kamu.
Nasib memang tidak ada yang tahu, banyak juga sarjana yang beruntung bisa langsung mendapat pekerjaan selepas wisuda. Tapi, perbandingannya sangat jauh dibandingkan yang tersisih dari persaingan.
Gue gak mau nyari kerja, gue mau jadi pengusaha.
It’s okay when you have passion in bussiness.
Tapi, jangan mudah termakan seminar-seminar motivasi wirausaha ya! Bangun sebuah usaha di tengah persaingan bisnis yang semakin kejam ini bukan hanya butuh tetesan keringat, tapi juga tetesan darah. Jangan salah kaprah, pengusaha juga merupakan pekerjaan, jadi di sini menjadi pengusaha sama artinya mencari sebuah pekerjaan.
Kalau kamu sekarang seorang mahasiswa semester 12 itu masih lebih lumayan ketika ditanya keluarga pas kumpul lebaran
"Sekarang masih sibuk apa?" kamu masih bisa jawab "masih skripsi tante."
dibanding yang sudah wisuda satu tahun lalu tapi masih menganggur.
"Lah bocah ngapa yak setahun nganggur."
Malunya itu sampai lebaran tahun depan masih kerasa sob!
ADVERTISEMENTS
2. Adaptasi Pada Pekerjaan
Katakanlah kamu sudah mempunyai pekerjaan, entah sesuai harapanmu dulu atau tidak. Apakah masalah selesai? Tentu saja masalah yang lebih besar siap menggandeng jiwamu. Masa-masa adaptasi pekerjaan memang berat, kamu berusaha masuk ke lingkungan yang baru, orang-orang yang karakternya jauh berbeda dengan sahabat-sahabat karibmu di kampus.
Dulu di kampus, kamu bisa memilih mau sekelas dan sekelompok tugas dengan siapa yang satu frekuensi dengan kita. Tapi di dunia kerja? Kan nggak mungkin pimpinan menempatkan atau menugaskan bawahannya hanya berdasarkan faktor like or dislike kamu dengan rekan kerja. Semua harus berdasarkan SOP perusahaan, dan mau nggak mau kamu harus bahu membahu dengan rekan yang bisa jadi enggak nyambung sama kamu. Biasanya sih ini sering terjadi pada pekerja wanita, ya tahu sendirilah wanita itu mudah terbawa perasaan. Sejak jaman sekolah, pasti ada banyak geng-geng wanita yang terpisah hanya karena pernah tersinggung satu dua kali.
Coba lihat sekelilingmu sendiri, sudah berapa teman atau saudara yang resign dari kantornya hanya selang berapa bulan sejak mereka mendapat kerja? Ada yang beralasan bosnya galak, ada yang gak kuat sama beban dan intensitas kerja, ada yang gak nyaman sama lingkungan kerjanya.
Tapi kan aku mau jadi pengusaha?
Sekali lagi pengusaha juga sebuah pekerjaan, dan sudah banyak kita dengar kisah pengusaha yang bangkrut dari awal karena berbagai macam sebab.
Pengusaha yang sukses adalah yang bisa bangkit dari kebangkrutannya. Kamu yakin mental kamu mampu menghadapi kebangkrutan daripada ditolaknya skripsi kamu?
Oh ya, beda halnya kalau kamu sudah jadi pengusaha yang mapan dan lebih memilih meninggalkan skripsi yang belum selesai, itu tidak termasuk dalam topik ini, ya!
ADVERTISEMENTS
3. Bertahan Pada Pekerjaan
Sekarang anggap kamu sudah bisa beradaptasi dan menemukan rekan-rekan kerja yang bisa menjadi sahabatmu. Tantangan selanjutnya akan datang pada karirmu, layaknya orang pacaran, bekerja dimananapun pasti akan menghadapi serangkaian ujian.
Mulai dari beban kerja yang berat, pimpinan yang gemar marah-marah, dimarah-marahi klien atau konsumen. Pernah dimarahi dosen? Kalau pernah, kamu harus tahu, dimarahi pimpinan atau konsumen itu lebih menantang adrenalin lho. Rasanya mau balas marah atau ribut sekalian, tapi kalau itu yang kamu lakukan, tamat karirmu di situ.
Balik ke masalah pertama deh, mencari pekerjaan lagi, mulai dari nol lagi. Kalau kamu mengabaikan atau menyepelekan skripsi yang rugi ya diri kamu sendiri. Dosen, rektor, dekan, teman-teman nggak ada urusannya.
Tapi, di dunia kerja kalau kamu berbuat kesalahan apalagi sampai fatal dan mencoreng nama perusahaan, yang rugi bisa ratusan bahkan ribuan orang yang menggantungkan hidup dari perusahaanmu! Jangan tanya bagaimana rasanya mereka yang di-PHK oleh perusahaan. Surat dari HRD jauh lebih berat dibaca daripada corat-coret revisi dari dosen.
ADVERTISEMENTS
4. Menikah & Membangun Keluarga
Kamu pasti pernah atau bahkan sering mendengar kalimat
"kalau lagi stress skripsi, jadi pengen nikah aja"
Atau malah itu kamu sendiri yang bilang?
Biasanya dan mungkin cuma mahasiswi yang bilang gini. Kalau mahasiswa sih pikir-pikir juga ninggalin skripsi terus lari ke nikah, itu sama aja keluar kandang biawak masuk kandang aligator, pikir mereka.
Nggak tahu deh apa yang dipikiran mereka yang menjadikan nikah sebagai pelarian skripsi, apa cuma gak sabar enak-enaknya aja ya. Coba deh kalau mau tahu gimana nikah in the real life itu gimana, tanya ke orang terdekat yang sudah menikah, lihat keseharian mereka secara keseluruhan.
Jangan hanya lihat selebgram-selebgram yang nikah muda dan getol ngajak nikah muda juga dengan untaian-untaian cerita indah layaknya MLM yang nawarin penghasilan 30 juta sebulan. Mereka hanya menampilkan apa yang punya nilai jual dan laris di mata follower. Bukan berarti kita mengatakan mereka semua berbohong, bukan.
Hanya saja tak mungkin semua kesedihan, ujian, tangisan dalam keluarga akan mereka bagi ke timeline. Belum lagi kalau bicara soal mengurus anak, wah bisa jadi buku artikel ini. Di sini bukan mau menakut-nakuti kamu yang mau menikah. Menikah itu mulia.
Maka menikahlah ketika kamu siap dan pantas untuk menikah, bukannya sebagai pelarian atas suatu masalah, karena menikah juga akan ada masalah, bahkan lebih besar.
ADVERTISEMENTS
5. Nikmati saja setiap episode kehidupan
Poin yang ingin disampaikan adalah jika saat ini kamu sedang frustasi akan banyak dan sulitnya tugas atau skripsimu, Just enjoy it. Nikmati saja. Semua ada masanya masing-masing, bumi itu berevolusi pada matahari yang menyebabkan kadang kita mengalami musim panas, dan kadang musim hujan. Tapi kitanya sewaktu panas ngeluh pengen hujan, pas hujan, malah kangen panas matahari.
Momenmu saat ini, adalah siklus roda kehidupan yang harus kamu lalui, lakukan saja yang terbaik dan nikmati setiap detik demi detik. Masalah dan kebahagiaan itu dua hal yang pasti ada dalam kehidupan. Bisa jadi, sekarang kamu frustasi skripsi, tapi sepuluh tahun kedepan kamu akan sangat merindukan masa-masa sekarang dan bergumam
"enakan dulu jaman kuliah."
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”