Inilah hal yang kutakutkan selama kita menjalani hubungan, saat aku harus melepaskan demi kebaikanmu. Sungguh tak ada niat dalam diriku untuk mengekangmu, membuatmu tidak bebas dan merasa kegiatanmu di batasi. Sungguh aku tidak menyadari sikapku selama ini. Satu kata yang hanya bisa ku ucapkan saat ini hanyalah permintaan maaf.
Ingatkah kamu ketika pertama kali kita dekat? ketika bunga-bunga cinta itu tumbuh. Ketika aku mulai bisa mengubur semua luka yang pernah aku rasakan saat kehilangan seseorang. Kamulah yang telah menyembuhkannya. Dulu, aku sering berfikir, apakah hubungan kita akan berakhir seperti kisahku sebelumnya? Ataukah kita akan berakhir dengan rasa bahagia? Kamulah yang meyakinkanku, kamulah yang membuatku kembali percaya, jika kamulah yang terakhir dalam hidupku.
Aku selalu merindukan saat itu, rasa khawatirmu, cemburumu ketika aku dekat dengan laki-laki lain. Omelanmu ketika aku tidak ingin makan ataupun sedang sakit. Aku sangat merindukannya. Juga semua pesan yang pernah kamu kirimkan.
" Kamu dimana?, kok nggak ngabarin aku?."
Atau
" Aku kangen kamu."
Semua itu sudah cukup membuatku bahagia. Saat itu, aku ingin menghabiskan waktu bersamamu, bahkan rasanya 24 jampun tidak cukup.
Aku masih ingat semuanya, senyumanmu ketika kita membicarakan masa depan, meski hanya sekedar perbincangan biasa. Namun aku sangat bahagia. Semua kenangan yang pernah kita lewati, memang tidak mudah di hapus, begitu banyak hal indah yang kamu berikan, begitu banyak momen yang pernah kita lewati. Rasanya, air mata ini tak bisa menggantikan seluruhnya.
Dulu,
Kita punya impian yang sama.
Mengarungi hidup bersama hingga tuhan memanggil salah satu diantara kita.
Lucu rasanya jika aku masih tetap merindukanmu meski kamu ada di sampingku. Entah apa alasanya, namun sekarang, aku selalu canggung menatapmu, memegang tanganmu, apalagi memperhatikan wajahmu. Rasanya seperti kamu adalah orang asing di hadapanku, yang jauh kuraih.
Aku memang tidak pernah pandai memahamimu, memahami kesibukanmu dan mungkin aku memang seseorang yang egois di matamu. Sampai saat ini aku tetap bersyukur, karena kamu masih sempat memberikan kabar di sela-sela waktu sibukmu, meski aku tahu itu kamu lakukan dengan terpaksa agar diriku bisa tenang.
Aku merindukanmu, merindukan sikapmu yang dulu.
<>4. Aku tahu, aku bukan prioritas utamamu, namun kamulah prioritas utamaku>Apakah ini kesalahanku? Atau kebodohanku yang sudah menempatkanmu di posisi teratas dalam kehidupanku? Aku tidak pernah berpikir akan menempatkanmu di posisi ini, semua terjadi begitu saja. Kamu mungkin tidak membutuhkan kabar apapun dariku, apa aku baik-baik saja, namun percayalah, aku sangat membutuhkan kabarmu. Bahkan rasanya ketika tidak ada satu kabar apapun darimu, seluruh tubuhku terasa lemas, kekhawatiranku memuncak tak terbendung.
Rasanya baru kemarin aku melihatmu tertawa lebar saat bersamaku, candaanmu yang garing namun berhasil membuatku tertawa, bujuk rayumu saat aku merajuk, dan membuatku hampir kehilangan kesadaran saat kamu hilang secara tiba-tiba dan kembali muncul secara tiba-tiba.
Aku tidak ingin memintamu kembali seperti dulu, tidak sama sekali.
Aku percaya, Tuhan punya rencana indah di balik semua yang terjadi. Termasuk dengan hidupku dan kamu. Saat ini tak ada yang bisa ku percaya lagi selain Tuhan. Ketika kamu memutuskan semua harapan-harapan yang pernah ada dalam hidupku, ketika kamu membuat aku kecewa akan semua sikap dan perlakuanmu. Aku tidak menyalahkanmu, memang aku yang terlalu berharap lebih kepadamu, sikapku yang akhirnya membuatmu gerah dan memilih pergi.
Ibarat seorang penulis, dia akan memberikan akhir terbaik untuk tokoh utama dalam kisahnya. begitupun dengan Tuhan, dia adalah penulis terhebat yang akan memberikan akhir-akhir terbaik untuk setiap tokoh dalam skenarionya.
Walaupun sulit, walaupun berat, jika ini yang semesta inginkan, jika ini yang kamu inginkan, aku tidak akan menentangnya lagi. Aku relakan kamu pergi dengan setulus hatiku. Namun, izinkan aku untuk tetap mendoakanmu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.