Sebutan Kota Pelajar sudah jadi ikonnya Jogja. Di kota ini, ratusan perguruan tinggi berdiri dengan jumlah mahasiswa lebih dari 300.000 orang. Berbeda dengan kota-kota lain, kota Jogja memiliki keunikan tersendiri yang memberikan kesan berbeda bagi mahasiswa yang menuntut ilmu di kota ini.
Yogya terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan.
– Joko Pinurbo
Kalau kata Joko Pinurbo sih, gitu. Tapi mahasiswa Jogja bakal ngerasain yang lebih dari itu. Beberapa hal di bawah ini bakal membuatmu merasa benar-benar menjadi mahasiswa Jogja sejati! Coba cek mana yang paling sering kamu lakukan?
ADVERTISEMENTS
1. Jajan di Sunday Morning UGM
Sepanjang jalan dari depan Masjid UGM, Lembah UGM, hingga Jalan Selokan Mataram setiap Minggu pagi selalu penuh sesak oleh pasar dadakan yang akrab disebut ‘SunMor’. ‘SunMor’ atau Sunday Morning merupakan event mingguan di mana banyak penjual dadakan yang menggelar lapak di situ. Tadinya, area Lembah UGM ini digunakan untuk jogging mahasiswa di akhir pecan. Namun, lama kelamaan area ini berubah jadi pasar dadakan dikarenakan banyaknya orang yang datang ke area tersebut setiap Minggu pagi. Barang yang diperjualbelikan tidak hanya jajanan beraneka rupa, tapi ada juga pakaian, buku, hingga jasa foto dengan ular.
Kalau kamu mahasiswa Jogja dan belum pernah mampir ke SunMor, kamu belum pantas disebut mahasiswa Jogja sejati! Apalagi kalau kamu belum mencicipi jajanannya, rugi banget! Bisa saja sih kamu menemui jajanan serupa di tempat lain, namun kamu akan merasakan perbedaannya ketika jajan langsung di SunMor!
ADVERTISEMENTS
2. Jualan bunga mawar di simpang Tugu Jogja
Bagi mahasiswa yang aktif tergabung di organisasi kampus, cari dana adalah hal yang wajib dilakukan demi terselenggaranya suatu event. Adalah suatu keajaiban ketika kampusmu memberikan subsidi besar bagi acaramu. Oleh karena itu divisi usaha dana dalam organisasi harus bekerja maksimal dalam mencari dana.
Satu hal yang kerap dilakukan mahasiswa Jogja dalam menggalang dana bagi event mereka yaitu menjual bunga mawar. Nggak tanggung-tanggung, mahasiswa-mahasiswi ini rela berpanas-panasan dan terpapar polusi ketika menjual bunga di sekitaran traffic light. Yang paling sering, mahasiswa Jogja akan menjual bunga mawar di simpang empat Tugu Jogja dan Toko Buku Gramedia.
ADVERTISEMENTS
3. Makan di Burjo, padahal nggak beli burjo
Di kalangan mahasiswa Jogja, Burjo adalah penyelamat kantong mahasiswa. Meskipun akronim dari burjo adalah ‘bubur kacang ijo’, namun tidak semua warung Burjo menjual bubur kacang ijo. Dalam hal ini, Burjo hanya menjadi nama saja dan seluruh mahasiswa telah paham maksudnya.
Seringnya, mahasiswa Jogja bukannya membeli bubur kacang ijo ketika jajan di Burjo. Namun, mereka lebih memilih menu-menu yang mengenyangkan dan ramah di kantong, seperti nasi-telur, nasi-rames, mi dokdok, dan sebagainya. Jadi, jangan heran ketika kamu ke Jogja dan masuk ke warung Burjo namun mayoritas pembelinya tidak membeli bubur kacang ijo, ya.
ADVERTISEMENTS
4. Aksi demonstrasi di Titik Nol Kilometer
Bukan mahasiswa namanya jika belum bersikap kritis dan berani menyatakan pendapatnya. Hal ini juga yang dilakukan mahasiswa Jogja ketika kebijakan pemerintah tidak sesuai dengan harapan mereka. Mahasiswa Jogja akan menggelar aksi demonstrasi untuk menyuarakan pendapatnya. Eits, jangan menganggap demo itu salah, ya. Demonstrasi itu diperbolehkan kok, asal tidak anarkis.
Mahasiswa Jogja kerap melakukan demo di kawasan Titik Nol Kilometer Jogja. Apalagi jika momennya bertepatan dengan peringatan tertentu, aksi demo ini bakal diikuti oleh berbagai aliansi mahasiswa dari berbagai kampus di Jogja.
ADVERTISEMENTS
5. Hafal setiap tongkrongan yang menyediakan Wifi, stopkontak banyak, dan harga makanan terjangkau
Mahasiswa Jogja yang tinggal indekos pasti kerap melakukan hal ini: menghafal setiap tempat makan yang harga menunya terjangkau. Apalagi ditambah dengan adanya akses Wifi gratis dan tersedia banyak stopkontak. Nggak akan kamu sia-siakan kesempatan itu untuk mengerjakan tugas yang menumpuk dari dosenmu. Ya kali, tempat makan murah, akses free Wifi, serta banyak colokan dianggurin? Rugi!
ADVERTISEMENTS
6. Begadang sampai pagi di tongkrongan 24 jam
Setelah kamu menemukan tempat nongkrong murah meriah dengan fasilitas surga itu, pasti kamu berharap mereka akan buka selama 24 jam penuh. Dengan begini, kamu bisa mengerjakan tugas-tugasmu dengan nyaman tanpa khawatir diusir karena sudah waktunya pulang. Mahasiswa Jogja yang tinggal indekos terkadang merasa kesepian jika harus selalu di kos-kosan sendirian. Oleh karena itu, tongkrongan 24 jam adalah pelarian mereka supaya nggak kesepian-kesepian amat!
7. Banyak festival kesenian yang pasti didatangi
Jogja adalah kota budaya. Sering sekali kota ini menyediakan festival-festival kesenian setiap bulannya. Seperti Pesta Rakyat Jogja, Festival Kesenian Yogyakarta, ArtJog, dan sebagainya. Event kesenian ini biasanya menyediakan HTM yang murah di kantong mahasiswa.
Mahasiswa Jogja tentu bosan jika terus menerus dipaksa belajar dan mengerjakan tugas dari dosen. Asupan hiburan sangat dibutuhkan, terutama di akhir pecan. Sehingga, biasanya mereka menghafal agenda event-event kesenian untuk mereka datangi bersama teman-teman, pacar, gebetan, bahkan mantan.
8. Rela antre berjam-jam di warnet untuk cari film
Bukan rahasia lagi jika di Jogja bertebar warung internet yang menyediakan koleksi film yang lengkap. Mahasiswa Jogja tidak lagi datang ke warnet hanya untuk internetan, mengerjakan tugas, tapi berkembang ke arah cari film bagus untuk stok tontonan akhir pekan. Berbekal harddisk dan uang Rp 10.000,- saja, mereka bisa mendapatkan banyak film bagus. Bahkan, mereka rela antre berjam-jam demi cari film ini! Semua dilakukan hanya untuk akhir pekan yang bahagia jika tidak ada agenda.
Jadi, mana yang sering kamu lakukan demi predikat mahasiswa Jogja sejati?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.