Seseorang yang ingin bertahan akan tetap bertahan, sesulit apapun keadaan kita, namun seseorang yang ingin pergi akan tetap pergi walau kita memberi seluruh hidup kita.
ADVERTISEMENTS
1. Senja-senja pemisah Sumatera
Kau titipkan sapu tangan biru, katamu itu penghapus rindu, temaram lampu persimpangan jalan, mengiringi langkahmu ke ujung barat Sumatera ini, aku terpaku di Utara, “engkau senja ku dek, aku akan kembali untukmu tutur mu kala itu linangan air mata ku bendung dengan doaku semoga berhasilmu, segera bersamamu. “
Tataplah senja saat kau merinduku, aku disana dek, dengan doa untuk jiwamu” lirih pesan mu untuk ku. ah… 9 tahun berlalu namun hadir mu tak kunjung untuk ku.
ADVERTISEMENTS
2. Angin barat pembawa aroma penghianatanmu
jarak ini menguji ketegaran, kesibukan mu, mulai memecah pertengkaran, aku selalu merasa tidak ada yang terlalu sibuk, ini hanya masalah prioritas, baiklah aku mengalah, ku tulis jadwal kuliah, mentoring, liqa, tarbiru, seminar, outbond mu di langit hijau kamarku. tak sampai disitu, kegiatan mu membuatku cemburu, aroma busuk penghianatan ini telah terasa, mulai dari inbok beberapa orang di sosial media mu yang tak seperti teman biasa, namun semerbak bunga dari janji-janji mu mampu menepis semuanya. ” Bulan itu indah dek namun lebih indah dirimu, bagaimana bisa aku tanpamu, percalah aku setia padamu”.
baiklah aku percaya.
aku berusaha selalu ada, saat kau sakit, obat akan sampai di Wismamu tepat pada waktunya, aku ingat roti Maryam kesukaan mu, yang dijual toko di tepi pantai itu, saat kau penat dengan tugas mu, email ku akan mengirim tugas yang telah selesai untukmu, kontak hp ku berisi nomor kurir mulai toko kue, apotek, rumah makan, hingga toko buku bagian barat sumatera ini, menjadi penolongku, agar senantiasa ada untukmu. dua telingaku tak pernah bosan mendengar keluh kesah mu, marahmu, juga kesal mu, senja selalu disana, di pemisah barat dan utara ini
ADVERTISEMENTS
3. Apa salahku?
Kicauan nuri pagi ini, menyemangatiku, segelas susu hangat disana, tak biasanya pesan mu datang sepagi ini “Dek, ibu tak merestuiku menikah denganmu” tanganku dingin, gelas itu pecah, ah pelupuk ini basah seketika, apa salahku? mengapa setelah 9 tahun baru mereka tak setuju bukankah aku telah bisa membuat, lemang Labu kesukaan keluargamu, Aku telah mampu membuat jamuan makan seorang diri, Apa kurang ku,? aku mampu akuntansi yang tak berhubungan dengan Filsafat, walau tinggi ku 148 cm, aku akan tahan sakit nya memakai Hills agar semampai, ,APA? ujarku menjerit lemah, “Tenanglah dek, aku akan berjuang untuk mu, bagaimanapun, aku akan berusaha, jika tidak sekali, dua kali, 3 kali, berkali-kali sampai mereka setuju, jangan menangis dek, tangisanmu menyakiti hatiku” ucapmu menguatkan ku
ADVERTISEMENTS
4. Sirih telah diantar, undangan segera disebar
kata-kata ini hampa untuk mengartikan perihnya hatiku, membaca pesanmu kali ini “Mereka tetap tak setuju dek, aku harap kamu sabar dan ikhlas menerima ini, aku tidak memilih, antara kamu atau siapapun aku sekarang memilih berkah tau tidaknya hubungan ini. aku tidak ingin apa yang kita lalui ini menjadi mudharat suatu hari nanti, aku akan menikah, aku dan keluargaku telah mengantar sirih ke rumah seseorang 20 Zhulqaedah 1440 H lalu, seperti yang kau lihat di status wa ku, maafkan aku, cukup sampai disini saja ya”!
Astagfirullah, aku seperti di hempas ke dasar bumi, di angkat ke awan di hempaskan lagi, aku kehilangan aksara untuk menggambarkan rasa sakitnya. setidak berharga itu waktu 9 tahun ku dimata mu. serendah itu kasih sayang ku, untuk apa penguatan janji mu jika akhirnya kau menuntut keikhlasan perpisahan, menuntut maaf dari kesalahan,
harus nya di awal kau katakan kau tak punya hati, agar hati ku ini ku pinjamkan untukmu.
harusnya dulu aku tau bulan itu tidak indah, ternyata ia adalah tempat tandus, hampa oksigen, kering dan tajam, melukai.
harusnya kau katakan, yang akan kau nikahi adalah orang yang di pilih Murabbi mu, agar jauh hari sebelumnya aku mengajukan proposalku padanya.
harusnya kau katakan, yang ibu mu inginkan adalah gadis kota bagian Barat pulau Sumatera ini, agar aku bisa mengurus pindah ku kesana.
mengapa kau tega, memberiku fatamorgana 9 tahun lamanya.
jika yang kau pilih adalah berkah, harusnya tak kau anggap diriku ini sebagai murka.
ADVERTISEMENTS
5. Masa depan aku yang bahagia
Aku punya satu hati, namun aku karena tidak hati-hati, hingga akhirnya aku harus memeluk ber keping-keping hati. bohong,, jika aku tak hancur karena ini, namun aku harus kembali, jika dia bisa mengantar sirih ke rumah orang lain, maka orang yang lebih baik darinya akan datang mengantar sirih ke rumah ku, jika bendungan doa yang ia peroleh sudah lebih besar dari yang ku beri, baiklah ku bawa kembali semua doa itu untuk kepingan hati ku. kau tetap di sana, di masa lalu, semua sama hanya saja, aliran doaku untukmu sudah tak ada, seiring cinta dan kasih sayang yang berangsur sirna. aku tidak berharap kau merasakan sakit sepertiku, namun aku juga tidak menyemogakan bahagia mu. seperti ruang hanpa tanpa udara, seperti dinding tanpa warna, begitulah aku mengenangmu.
ku yakin Tuhan menguatkan ku
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”