Ibarat api yang membara, kata toxic tengah bergejolak di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Mulai dari atasan di kantor, teman sepermainan, hingga orang tua sendiri juga kerap mendapatkan gelar ini. Bukan tanpa alasan, perilaku yang dianggap jahat diduga menjadi dalang utamanya. Namun, sebelum terbawa trend tak baik ini, lebih bijak jika kita mengetahui beberapa hal berikut.
ADVERTISEMENTS
1. Tak Hanya Hitam dan Putih, Karakter Orang Itu Berwarna-warni
Apakah kamu pernah mengikuti tes kepribadian MBTI? Diketahui bahwa ada 16 jenis karakter manusia di dunia ini. Padahal, tidak hanya MBTI, masih ada banyak lainnya jenis tes psikologi yang lebih gamblang mencoba menelaah sifat-sifat seseorang. Perlu dipahami bahwa manusia tidak selalu bersikap kejam ataupun hanya berhati malaikat. Kadar keburukan dan kebaikan manusia tidak hanya sebesar 50%:50% saja. Ingatlah kata pepatah,
Jika kamu menemui 100 orang, maka kamu akan menghadapi 100 karakter yang tak pernah sama
ADVERTISEMENTS
2. Ada Masanya Orang Kehilangan Kesabaran, dari Domba Menjadi Serigala
Apakah kamu mempunyai seorang teman yang dikenal sabar, tetapi tiba-tiba berubah menjadi sosok menyebalkan dan penuh amarah? Janganlah kamu terkejut, bukankah kamu sendiri bisa berubah sikap semudah mengembalikan telapak tangan? Ya, lagi-lagi tak setiap orang akan selalu menjadi si pemurah, ada waktunya ia bertindak ‘bebas’ dan bringas.
ADVERTISEMENTS
3. Kita Tak Tahu Masalah Apa yang Telah Dilalui dan Sedang Dihadapi Orang Lain
Masalah adalah bagian dari hidup manusia yang tidak bisa terelakkan. Bahkan saat pertama kalinya menghirup nafas di bumi, artinya kita harus siap dengan segala macam marabahaya yang akan menghantui. Taraf kesulitan, rintangan, dan hambatan yang dilewati setiap orang itu tak akan sama. Jadi, janganlah memintanya untuk selalu berbuat sesuatu sesuai kehendak atau standarmu.
ADVERTISEMENTS
4. Jangan Tarik Kesimpulan Sembarangan, Tingkat Kesehatan Mental Setiap Orang Itu Berbeda
Ah, lemah
Gitu aja nangis
Kamu masih mending, kalau aku
Ah, lemah
Gitu aja nangis
Kamu masih mending, kalau aku
Kalimat-kalimat di atas sangat mudah kita lontarkan ketika melihat orang lain dirundung kesedihan. Apa yang kita anggap mudah, belum tentu sama dengan orang lain. Mungkin saja masalahnya terlihat sepele, tetapi kita tak tahu bagaimana lingkungannya semakin memperkeruh. Dan ingatlah bahwa setiap orang tidak diberi kesempatan sama untuk dapat berkonsultasi kepada profesional seperti psikiater dan psikolog.
ADVERTISEMENTS
5. Masa Lalunya Mungkin Saja Menyakitkan dan Ia Sedang Berjuang Untuk Menerimanya
Apabila ada temanmu yang sedang menarik diri dari kehidupan bersosialisasi. Janganlah secepat kilat engkau menyebutnya sebagai si sombong. Berikan ia waktu untuk sendiri dan menikmati kesepiannya.
Tak akan selamanya ia menarik diri dari kerumunan, ia hanya butuh waktu. Siapa yang tahu jika ia masih terbelenggu dengan kesakitan di masa lalu, inner child yang terus menampakkan diri, dan masalah lainnya yang selalu mengikuti.
Nah, mulai dari sekarang, janganlah kita seolah menjadi Tuhan yang paling benar dan suci hingga dengan tega menghakimi seseorang. Cobalah melihat sesuatu dari akarnya, ketahui permasalahan dari dasarnya. Jangan merasa engkau yang paling benar atau bahkan mengira yang paling baik.
Berusahalah untuk tidak menyangkal bahwa perbedaan itu akan selalu ada. Orang yang selama ini kita pikir toxic, bisa saja sedang mendoakan kebaikanmu atau justru paling peduli terhadap sesama. Lihatlah segala sesuatu dari berbagai sisi, mengulik hal-hal positif yang mungkin tersembunyi. Tanpa disadari, bisa saja justru diri kita sendiri yang malah toxic?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”