'Perempuan yang bisa jadi istri ideal itu ya yang mau ngurus rumah dan mengelola keuangan dengan baik'
'Perempuan yang ideal buat dijadikan istri itu ya yang bisa cari duit sendiri buat bantu memenuhi kebutuhan keluarga'.
Sering banget kan menemui tulisan seperti di atas? Tulisan mengenai kriteria atau bagaimana perempuan itu seharusnya, kemudian membuat adanya kotak tak kasat mata yang membuat perempuan satu dan lainnya kemudian saling membandingkan.
Padahal, jadi istri ideal itu relatif dengan sudut pandang orang lain tentang bagaimana menjadi istri itu. Alih-alih bekerja sangat keras sampai nggak bisa bahagia, sebagai perempuan dan istri, yang perlu dilakukan hanya lah jadi diri sendiri. Nggak percaya? 5Â hal ini yang jadi alasannya.Â
ADVERTISEMENTS
1. Menjadi diri sendiri akan membuat kita jadi lebih tulus
Coba bayangkan bagaimana rasanya menjadi seseorang yang berbeda. Kita terus berusaha bersikap seperti apa kata orang hanya demi menjadi ideal, kita bersikap yang sebenarnya itu adalah bukan keinginan, singkatnya, kita berubah menjadi yang bukan kita.Â
Bahagia nggak? Ya nggak dong. Kita berubah hanya demi tuntutan sosial sehingga dalam melakukan hal-hal tersebut, kita tidak tulus. Semua itu hanya demi dapat pengakuan, bukan karena keinginan pribadi. Berbeda jika memperbaiki diri secara sadar. Sebab, kita melakukannya secara sadar. Â
ADVERTISEMENTS
2. Setiap perempuan istimewa, kita juga
Ketika kita menuruti standar kecantikan, normal, atau ideal yang ditetapkan oleh orang lain, secara tidak langsung itu adalah tanda bahwa adanya perasaan tidak percaya diri sampai akhirnya perlu menjadi orang lain.Â
Hei, kita ini istimewa, lho! Sama seperti orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dan harusnya kita bangga dengan itu. Jika nantinya kita hamil dan bisa melahirkan secara normal, itu tidak jadi tanda bahwa kita lebih istimewa dibandingkan dengan ibu-ibu lain yang melahirkan secara cesar.
ADVERTISEMENTS
3. Kewajiban kita bukan lah membahagiakan orang lain, tapi diri sendiri
Kita sering kali membebani diri dengan kewajiban untuk memuaskan dan menyenangkan orang lain. Padahal, yang terpenting dan utama justru membuat diri sendiri nyaman dan bahagia. Semakin sering membual menjadi orang lain demi membahagiakan seseorang, kebahagiaan kita lah yang akan berkurang. Pun tidak akan pernah ada habisnya jika kita terus berupaya menjadi seperti keinginan orang lain.Â
Sekalipun sudah jadi istri dengan segala kesibukan sumur, kasur, dapur, ditambah dengan pekerjaan lain, tetap lah ingat untuk membahagiakan diri sendiri. Sesederhana dengan punya waktu merawat diri, makan makanan kesukaan, atau sekadar tidur siang saat anak dan suami pergi.Â
ADVERTISEMENTS
4. Menyebabkan adanya perasaan tidak nyaman pada orang lain
Jangan dikira bahwa yang merasa aneh, nggak nyaman, dan nggak bahagia itu diri sendiri saja. Orang lain, terutama yang dekat dengan kita, juga bisa jadi tidak nyaman dengan segala perubahan sikap itu. Selain nggak nyaman, perasaan merasa dibohongi juga bisa timbul lama-kelamaan. Lebih baik apa adanya, kan?Â
Apalagi anak-anak, mereka pasti bisa merasakan bahwa ibu mereka nggak bersikap sebenarnya di hadapan mereka. Duh, anak-anak bisa jadi terpengaruh tuh!Â
ADVERTISEMENTS
5. Percaya deh, menjadi diri sendiri akan membuat disukai lebih banyak orang
Selama ini kita ingin membuat suami, mertua, anak, dan orang lain terkesan hingga menuruti segala hal yang mereka ingini, menjadi seperti apa yang dituliskan di buku. Namun, sudah kah mencoba bersikap menjadi diri sendiri di hadapan orang yang disayang? Bisa jadi, jika kita mau bersikap apa adanya, akan lebih ada banyak orang yang menyukai dan menghormati kita. Karena apa? Karena kita pun melakukannya dengan baik dan tulus.Â
Â
Coba lihat wajah diri di kaca, sedih pasti jika semakin lama, yang kita lihat di sana bukan lah wajah diri sendiri, melainkan sosok asing yang sedang cemberut. Yuk, mulai menjadi diri sendiri dan tidak ambil pusing dengan bagaimana cara menjadi istri ideal itu.
Bagaimana pun kamu, pasti akan menjadi sosok sempurna di hadapan orang-orang yang benar mencintai tanpa tapi.