Jepang selalu menginspirasi, mulai dari gaya hidup, kebiasaan, dan bagaimana orang-orangnya berperilaku. Minimalist lifestyle menjadi salah satunya. Gaya hidup yang menekankan ajaran pada pentingnya kesederhanaan bagi masyarakat Jepang agar pikiran menjadi tenang. Sebenarnya apa dan bagaimana sih hidup minimalis ala orang-orang Jepang ini? Yuk simak penjelasan berikut ini!
Istilah minimalis sendiri sudah ada di Jepang sejak tahun 1950-an, berasal dari seniman barat sebagai feedback terkait kapitalisasi dunia seni yang berlebihan. Minimalist lifestyle sendiri berkaitan dengan konsep less is more, yang diartikan sebagai prinsip kesederhanaan di mana menjalani hidup dengan mengurangi hal-hal yang berlebihan.
ADVERTISEMENTS
1. Sosok Marie Kondo: Pelaku Gaya Hidup Minimalis Asal Jepang
Sosok Marie Kondo tidak asing lagi bagi pegiat gaya hidup minimalis ini, ia merupakan seorang penulis, konsultan tata ruang sekaligus pelaku gaya hidup minimalis asal Jepang, yang dikenal dikalangan pecinta seni beres-beres rumah. Melalui bukunya The Life-Changing Magic of Tidying Up pada tahun 2011 dan penerusnya Fumio Sasaki dengan Goodbye, Things pada tahun 2015, mereka menggaungkan kembali praktik hidup minimalis pada masa kini dan membuatnya semakin popular.
ADVERTISEMENTS
2. Apa itu Gaya Hidup Minimalis?
Menurut Fumio Sasaki, minimalis sendiri merupakan konsep dan praktik di mana seseorang mengurangi barang-barang yang ia miliki sampai mencapai batas yang ‘minimal’ dan selanjutnya melepaskan barang-barang yang tidak penting bagi dirinya serta hanya menyimpan barang-barang yang akan membawa pada kebahagiaan. Terkadang memiliki banyak barang justru membuat kamu kerepotan dan membuat ketidakbahagiaan.
Jadi, dalam konsep minimalis ini, kebahagiaan tidak dipandang sejalan dengan kepemilikan barang-barang, tapi kebahagiaan itu sendiri sebenarnya didapatkan ketika tidak memiliki beban kepemilikian akan banyak barang. Apabila ada sebuah barang memberikan kamu kebahagiaan sebagai pemiliknya, kamu bisa memilikinya. Namun sebaliknya, apabila barang tersebut tidak memberikan kebahagaiaan bagi kamu si pemiliknya, kamu harus merelakan barang tersebut untuk dipindahtangankan kepada orang lain. Dengan kata lain, hidup minimalis ini berarti kamu dapat memaksimalkan barang-barang yang dimiliki dan mengurangi barang yang sebenarnya tidak berarti.
Prinsip ini sama seperti prinsip Zen, salah satu aliran Buddha Mahayana Jepang yang bertujuan menggapai pencerahan dengan intuisi langsung lewat meditasi. Dilansir dari Oprah Daily pada 30/5/22, menyebutkan bahwa umat Buddha cenderung menghindari kepemilikan harta benda atau perilaku konsumerisme dan telah melakukannya selama ribuan tahun.
Dalam hal melepaskan kepemilikan, prinsip ini percaya bahwa tidak ada satupun sesuatu yang benar-benar milik kamu. Dimana semua apa yang kamu miliki adalah hanya sebuah titipan atau pinjaman yang dipinjamkan untuk dijaga, dirawat dan selanjutnya untuk dapat dilepaskan kapan saja.
Ajaran Zen ini juga mengajarkan tentang adanya harmonisasi dengan alam semesta, dan menyelaraskan diri dari lingkungan sekitar. Semua mengalir dan membawa pada kedamaian, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Barang yang dimiliki diri masing-masing harus dapat membawa kedamaian bagi pemiliknya.
Apabila barang tersebut tidak memberikan kebahagiaan atau justru membawa kerugian bagi pemiliknya, maka alangkah baiknya untuk dilepaskan saja. Biarkan dan relakan barang tersebut agar menjadi milik orang lain, dan melepaskannya dari status kepemilikan.
ADVERTISEMENTS
3. Bagaimana Cara Menerapkan Gaya Hidup Minimalis?
Dalam menjalani hidup sering kali kamu merasa cemas atau khawatir, salah satu cara untuk mengurangi itu adalah dengan menyederhanakan hidup itu sendiri. Bagaimana caranya? Dengan mempraktikan keikhlasan baik secara materi maupun non-materi seperti secara sukarela mengurangi jumlah dan jenis harta yang kamu miliki.
Hidup minimalis berarti menekankan pada apa yang hanya kamu ‘butuhkan’ bukan yang kamu ‘inginkan’. Dalam menerapkan gaya hidup minimalis ini, akan ada kepuasan dalam diri saat menjalankan hidup yang sederhana.
Dengan menerapkan gaya hidup minimalis, bukan berarti kamu hidup serba kekurangan atau pas-pasan. Namun, kamu hanya perlu mengontrol hal-hal yang menjadi kebutuhan kamu dengan memanfaatkan fungsional suatu barang, tidak lagi hanya karena keinginan semata. Seperti membeli baju, sepatu atau jam baru yang sebenarnya tidak dibutuhkan, hanya ingin membuat diri kamu bahagia karena ingin menunjukannya pada orang lain atau hanya ingin sebagai pemilik pertamanya.
Menerapkan hidup yang minimalis bukan berarti kamu tidak dapat memiliki banyak barang. Hanya saja kamu perlu memperhatikan bahwa keberadaan barang tersebut tidak dimaknai dengan suatu yang berlebihan sampai kamu takut untuk kehilangannya sampai kamu abai atas kepemilikan barang-barang tersebut.
Menurut Francine Jay dalam buknya berjudul Seni Hidup Minimalis, terdapat 3 tagline yang penting untuk diterapkan terlebih dahulu yakni : buang, simpan dan berikan. Buang, apabila kamu memiliki barang-barang yang dalam kurun waktu 90 hari tidak pernah digunakan maka cobalah untuk disingkirkan.
Untuk simpan, apabila barang kamu dalam kurun waktu 90 hari tidak digunakan namun berguna nanti (untuk peralatan yang pada umumnya tidak terlalu sering digunakan) maka simpanlah barang tersebut. Untuk berikan, aktivitas ini adalah dimana kamu memiliki barang yang menumpuk dan masih layak digunakan, daripada dibuang lebih baik untuk diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan.
ADVERTISEMENTS
4. Praktik Gaya Hidup Minimalis
Untuk mempraktikkan gaya hidup minimalis ini, dapat dimulai dengan menumbuhkan disiplin diri dan rasa syukur terhadap benda yang kamu miliki dengan berupaya untuk meningkatkan nilai kebendaan dari benda tersebut. Seperti, dapat memanfaatkan barang-barang tersebut sesuai dengan fungsinya. Berikut hal-hal yang dapat dilukan untuk mempraktikkan gaya hidup minimalis:
1. Melakukan Decluttering
Decluttering adalah memilah-milah barang yang masih digunakan, yang jarang dan mana yang sudah tidak bisa digunakan. Apabila masih layak namun kamu sudah tidak membutuhkannya lagi, dapat dijual atau memberikannya kepada orang lain agar barang tersebut masih dapat memberikan manfaat.
2. Belanja Sesuai Kebutuhan
Ingat, mempraktikkan hidup minimalis berarti kamu harus fokus kepada apa yang kamu ‘butuhkan’ bukan yang kamu ‘inginkan’. Maka belilah barang dengan tetap memperhatikan fungsionalnya juga.
3. Merapikan Rumah Secara Rutin
Rapihkankan rumahmu secara rutin agar menjaga barang-barang tetap bersih, rapih dan terawat. Taruh barang-barang tersebut sesuai tempatnya. Dengan melakukan ini, akan menghindari penumpukan barang-barang yang tidak perlu.
4. Miliki Barang yang Hanya Membuatmu Bahagia
Mulai dari lemari bajumu. Kamu bisa memilah-milah baju mana saja yang akan memberikanmu kebahagiaan dan melepaskan baju yang sudah tidak memberikan kebahagiaan agar bisa diberikan ke orang lain yang lebih membutuhkan. Kemudian, dilanjutkan ke buku-buku dan kertas, pilihlah yang masih memberikan nilai kebahagiaan dan buang atau berikan kepada orang lain sisanya.
Dilanjutkan lagi dengan memilih barang-barang di dapur, kamar mandi, garasi dan ruang-ruang lain, komono dalam istilah Jepangnya. Terakhir adalah memilah barang-barang yang sentimental yang mungkin akan sulit kita lepaskan.
ADVERTISEMENTS
5. Manfaat Menerapkan Gaya Hidup Minimalis
Menerapkan gaya hidup minimalis ini bukan hal mudah, namun apabila kamu bisa melakukannya akan memberikan manfaat yang besar bagi hidupmu. Apa sajakah itu?
1. Pikiran akan menjadi lebih tenang
Dengan melepaskan barang-barang yang tidak memberikan kebahagiaan lagi dalam hidupmu, atau barang-barang yang bahkan kamu lupa keberadaannya bahwa kamu pernah memilikinya akan membuat pikiran menjadi lebih tenang dan bahagia. Kamu juga akan lebih mudah untuk fokus pada hal-hal lain dihidupmu dibanding tumpukan barang-barang yang sudah tidak memberikan manfaat atau kebahagiaan dihidupmu.
2. Lebih sehat secara finansial
Gaya hidup minimalis membantu kamu untuk menentukan mana yang benar-benar dibutuhkan mana yang hanya diinginkan saja. Dengan paham akan hal ini, kamu akan bisa lebih mengontrol pengeluaranmu atas hal-hal yang tidak kamu butuhkan. Kamu hanya akan mengeluarkan biaya untuk membeli apa yang dibutuhkan dan mengurangi sifat konsumtif yang dapat menghemat pengeluaran pastinya.
3. Menambah space untuk hal yang lebih penting
Apabila tempat tinggalmu sudah tertata rapih dan tidak ada tumpukan-tumpukan barang yang tidak bermanfaat bagimu lagi, akan ada ruang-ruang atau space yang bisa digunakan untuk hal yang lebih penting. Sehingga kamu bisa merasa lebih nyaman dan tidak terdistraksi dengan adanya tumpukan-tumpukan barang.
4. Memberikan manfaat untuk orang yang lebih membutuhkan
Barang-barang yang tidak lagi memberikan manfaat atau kebahagaiaan bagimu bisa jadi masih memiliki nilai manfaat dan kebahagiaan bagi orang lain. Maka dari itu dibanding menumpuk barang lebih baik diberikan kepada yang lebih membutuhkan dan mendatangkan manfaat untuk orang lain. Kebaikanpun akan mengalir dalam hal ini.
5. Menjadi lebih bahagia
Dengan menerapkan gaya hidup minimalis, kamu akan belajar bahwa kebahagiaan itu diciptakan dari dalam diri sendiri, bukan dari barang-barang yang kamu beli atau miliki. Semua lahir dari dalam dirimu sendiri dan yang dapat mengendalikan kebahagiaanmu yaitu dirimu sendiri. Jadi, kepemilikan barangmu bukanlah sumber kebahagiaanmu. Kamu juga akan mendapatkan ketenangan, kenyamanan dan kebahagaiaan ketika rumahmu hanya berisi barang-barang yang sesuai dengan kebutuhanmu saja, bukan tumpukan barang-barang yang bahkan kamu tidak ingat kalau memilikinya.
Itulah sedikit penjelasan mengenai gaya hidup minimalis ala orang-orang Jepang. Perlu diingat bahwa hidup minimalis bukan berarti pelit. Hanya saja hidup minimalis ini lebih memfokuskan pada barang-barang yang dibutuhkan, yang masih memberikan kebahagiaan untuk diri. Dengan menerapkan hidup yang minimalis, kamu akan hidup dalam kesadaran akan hal-hal yang membuat kamu lebih bahagia. Ada yang mau menerapkannya setelah ini?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”