Inilah yang Akan Terjadi Ketika Wanita Usia 25 Tahun ke Atas Masih ‘Betah’ Single

Setiap orang memiliki masanya untuk menikah

Siapa sih yang tidak jengah, kerapkali disuguhkan pertanyaan tentang kapan menikah? Terutama bagi perempuan yang usianya tidak lagi remaja alias berusia 25 tahun ke atas. Alih-alih perhatian dan merasa khawatir, pertanyaan menyoal pernikahan justru terkadang terdengar seperti sindiran.

Well, dulu dan sekarang, mimpi tiap perempuan masih sama. Mereka menginginkan adanya suatu pernikahan, membangun sebuah rumah tangga yang utuh, lengkap dengan anak-anak yang lucu. Tidak ada yang berubah. Lantas, jika di usia 25 tahun ke atas tetap belum menikah apakah itu kesalahan si perempuan? Tentu saja tidak. Sebab, tiap-tiap manusia memiliki masanya sendiri-sendiri.

Sayangnya, para perempuan tidak bisa lepas dari realita di mana ada saja orang-orang jahil yang acapkali berkomentar dengan anggapan-anggapan miring. Nah, kira-kira apa saja anggapan tersebut? Berikut 6 hal yang terjadi ketika seorang perempuan masih ‘betah’ single di usia 25 tahun ke atas.

ADVERTISEMENTS

1. Dianggap perawan tua

Foto oleh Designecologist dari Pexels

Foto oleh Designecologist dari Pexels via https://www.pexels.com

Pernah dengar istilah perawan tua? Ya, istilah yang disematkan bagi seorang perempuan yang tidak kunjung menikah di usia yang sudah ditetapkan bersama oleh sekelompok masyarakat.

Biasanya seorang perempuan dianggap perawan tua jika belum juga menikah hingga akhir usia 25 tahun. Padahal, usia tidak bisa dijadikan patokan bagi seseorang untuk siap atau tidak siap menikah, bukan?

Sebetulnya tidak ada angka pasti kapan seseorang siap menikah, terutama bagi perempuan. Boleh jadi, ada perempuan di bawah usia 20 tahun sudah siap menikah dan membina rumah tangga, ada pula yang percaya diri menjalankannya di atas usia 20 tahun atau mungkin lebih dari itu. Persisnya, sebuah pernikahan harus dibarengi dengan kesiapan mental yang baik.

ADVERTISEMENTS

2. Sering dianggap terlalu mementingkan karier

Foto oleh Moose Photos dari Pexels

Foto oleh Moose Photos dari Pexels via https://www.pexels.com

Apa salahnya jika seorang perempuan berkarier? Rasanya sah-sah saja mereka meniti karier sembari menunggu jodohnya datang.

Ada perempuan berkarier untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan ada pula yang berkarier karena tuntutan dan beban yang ditumpangi di pundaknya. Perempuan yang terbiasa bekerja keras, biasanya, mempunyai target tersendiri dalam hidup mereka. Bukan berarti melupakan kapan harus menikah, tetapi ada hal-hal yang harus mereka capai terlebih dahulu sebelum memasuki biduk rumah tangga.

Jadi, jangan kambing hitamkan karier dengan telat menikah, ya.

ADVERTISEMENTS

3. Dianggap terlalu pemilih dan banyak kriteria

Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels

Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels via https://www.pexels.com

Telat menikah bukan berarti banyak memilih atau kebanyakan kriteria yang diajukan. Bukan. Boleh jadi belum menikah disebabkan karena belum ada saja jodohnya. Belum bertemu sosok yang tepat, yang bisa dijadikan imam dan pemimpin rumah tangga.

Jadi, berhentilah menggadang-gadang perempuan belum menikah karena daftar panjang kriteria yang dimilikinya. Sebab, tiap perempuan punya alasannya masing-masing untuk menunda masa bahagia mereka.

ADVERTISEMENTS

4. Mulai dipertanyakan orientasi seksualnya

Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels

Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels via https://www.pexels.com

25 tahun ke atas memang menjadi angka rentan bagi seseorang. Salah satunya, rentan ditanya kapan menikah. Ketika disodorkan jawaban apa adanya, tetap saja ada dari orang-orang yang julid mempertanyakan orientasi seksual.

Tolong diingat, telat menikah bukan berarti punya kelainan orientasi seksual. Bisa saja memang belum memikirkan untuk menikah atau ada hal-hal yang menjadi pertimbangan menunda pernikahan.

So, hati-hati ya kalau mau bertanya menyoal orientasi seksual. Itu bukanlah pertanyaan yang nyaman ditanyakan. Jangan sampai orang yang menerima pertanyaan justru sakit hati padamu. Sebab,  menyoal hati dan perasaan, siapa yang tahu?

ADVERTISEMENTS

5. Dianggap beban keluarga

Foto oleh Yan Krukov dari Pexels

Foto oleh Yan Krukov dari Pexels via https://www.pexels.com

Tidak punya pekerjaan tetap dianggap beban keluarga, belum menikah di atas usia 25 juga dianggap beban keluarga. Wah, jadi serba salah ya.

Perlu diketahui dan diingat, perempuan yang belum menikah memang masih menjadi tanggung jawab keluarga. Tanggung jawab itu berupa nafkah yang berbentuk makan, minum, maupun kebutuhan kecantikan seperti make up. Namun, selagi perempuan itu bekerja dan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, boleh jadi ia tidak akan memberatkan orangtuanya.

Atau mungkin tepatnya beban pikiran keluarga? Maka harus diperbaiki lagi pola pikirnya, bahwa setiap perempuan punya masa sendiri-sendiri termasuk masa mereka untuk menikah. Mungkin ia memiliki target menikah tahun depan, namun, kalau kata Tuhan  waktunya belum tepat, sebagai seorang hamba kita bisa apa?

ADVERTISEMENTS

6. Ditakut-takuti menyoal momongan

Foto oleh Brett Sayles dari Pexels

Foto oleh Brett Sayles dari Pexels via https://www.pexels.com

Semua perempuan itu berhak bahagia. Termasuk apakah ia memutuskan menikah atau tidak, itu pilihannya. Apakah dengan menikah seseorang akan bahagia? Belum tentu. Nyatanya banyak di luar sana yang menikah tapi tidak sebahagia sewaktu ia menjadi single.

Nah, menyoal momongan memang menjadi permasalahan selanjutnya. Perlu diingat, momongan adalah titipan, hadiah dari Tuhan. Untuk mendapatkannya, kita harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Memang, katanya semakin tua usia perempuan semakin rentan untuk menjalani kehamilan.

Belum lagi ancaman menopause dini. Sungguh ribet ya jadi perempuan, Namun, perlu diingat, sumber kebahagiaan bukan hanya berasal dari punya atau tidak punya momongan ya. Jangan memaksakan menikah hanya karena ingin memiliki anak, selalu niatkan menikah untuk beribadah.

Berhentilah menyikapi seseorang yang belum menikah dengan anggapan-anggapan kosong. Belum menikah bukan berarti tidak laku, bukan pula terlalu banyak memilih atau memiliki kelainan tertentu.

Kita tidak tahu usaha apa saja yang sudah dilakukan mereka untuk menjemput jodohnya. Daripada terus-menerus beranggapan yang salah, lebih baik turut mendo’akan yang terbaik.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

selalu ingin belajar menulis