Kemarin lusa saya mendapati beberapa cuitan menarik di linimasa Twitter. Dari kalimat yang tidak lebih dari 140 karakter itu, nyatanya bisa membuat saya tergugah. Manggut-manggut setuju dan sejenak tertegun. Merefkelksikan diri tentang isi dari cuitan-cuitan tersebut.
Isinya sederhana. Bukan tentang fenomena bnakrutnya yunani atau konflik Suriah yang berkepanjangan. Tapi, mungkin hal sederhana seperti inilah yang kita butuhkan. Sebagai sebuah relaksasi dan sarana introspeksi paling praktis dan menyenangkan.
... staying quiet doesn’t mean you've got nothing to say. It means you don’t think they're ready to hear your thoughts.
Itu adalah bunyi cuitan aslinya. Hidup adalah tentang menghadapi masalah dan berinteraksi satu sama lain. Menjadi makhluk sosial yang super kompleks membutuhkan kadar toleransi yang tidak main-main.
Manusia dalam keseharian mereka pasti menemukan banyak hal yang ingin diberi komentar. Entah dengan maksud ingin meluruskan atau hanya sebatas celoteh pikiran. Berkomentar adalah fitrah manusia.
Saat kamu memutuskan untuk tidak berkomentar. Diam dan membiarkan yang lain bersuara. Itu adalah pilihan personal yang kadangkala lebih bijak. Karena sekali lagi, mungkin mereka balum siap mendengar pendapat kamu. Bukan artinya kamu (merasa) lebih pintar bodoh, hanya saja dibutuhkan lebih dari sekadar komentar untuk menanggapi masalah.
<>2. Berpura-pura tidak merasa takut, marah, atau sedih akan membahayakan mental.>Pretending you don’t have feelings of anger, sadness, or loneliness can literally destroy you mentally.
Kalau saya diperkanankan untuk sotoy, saya rasa empat dari lima orang melakukan hal ini setiap harinya. Berpura-pura. Ya! Kegiatan yang nampak sederhana tapi ternayt punya pengaruh buruk.
Berpura-pura tidak ubahnya dengan berbohong. walau kalian mungkin menyangkalnya, pasti ada sedikti anggukan lemah tanda setuju bahwa itu benar. Berpura-pura = Berbohong.
Terlebih berpura-pura untuk diri sendiri. Seringkali, kita melakukannya untuk orang lain. Bersikap biasa saja dan menyembunyikan perasaan yang sebenarnya melanda hati. Perasaan marah, sedih, kecewa, sepi, dan sebagainya.
Apa kalian pikir hal ini akan selalu mendatangkan perngaruh baik? Tentu saja tidak. Mulai sekarang, kasihanilah diri kalian, suarakan perasaan kalian!
<>3. Dalam hidup, pertarungan paling besar terjadi antara apa yang kamu rasakan dan apa yang kamu tahu.>Your worst battle is between what you know and what you feel.
Galau itu sederhana. Hanya berasal dari pertarungan dua hal, yaitu apa yang kamu tahu dan apa yang kamu rasakan. Karena seringkali, apa yang kamu tahu bertolak belakang dengan apa yang kamu rasakan.
Hal ini bermuara dengan keinginan dan harapan. Serta keterbatasan manusia. Apa yang kamu tahu biasanya berlatar fakta dan data yang telah kamu dapat. Hal ini, bagi sebagian orang (khususnya yang menjunjung tinggi logika) akan lebih menarik. Saat sebagian yang lain, lebih cenderung mengutamakan perasaan dalam bertindak.
Siapa yang benar? Keduanya benar. Intinya adalah sedia berdiri tegap usai memutuskan mana yang kalian pilih.
<>4. Membandingkan diri dengan orang lain adalah sumber dari ketidakbahagiaan, menyalahkan diri sendiri, dan depresi.>... comparing yourself to others is the root cause for feelings of unhappiness, self blame and depression.
Apa yang kamu rasakan saat cemburu? Lelah? Tidak nyaman? Dan menjadi kontra-produktif? Ya! Itu semua benar! Perasaan cemburu berasal dari hal yang juga terlihat sederhana. Yakni membandingkan.
Tentu saja membandingkan diri sendiri dengan orang lain tidak akan bisa dihindari sepenuhnya. Saya ingatkan lagi, manusia adlaah makhluk sosial, dan interaksi yang terjadi di dalamnya akan otomatis melahirkan perbandingan satu sama lain. Itu sehat.
Yang tidak sehat adalah saat kemudian kamu memikirkannya berlarut-larut. Menjadikan perbedaan satu sama lain sebagai momok yang merasuk dan menggangu pikiran. Apa untungnya?
Jadi, saya sepenuhnya setuju dengan isi cuitan di atas. Bahwa sumber dari ketidakbahagiaan adalah saat kita membandingkan diri dengan orang lain. Bersyukurlah!
<>5. Kebanyakan orang akan memilih untuk diam saat ingin mengatakan sesuatu kepada pasangannya.>80% of people remain quiet even when they really want to say something in order to avoid an argument with someone they care about.
Begitu isi cuitan aslinya. Jika diterjemahkan, artinya: 80 persen orang memilih untuk tetap diam bahkan saat mereka ingin mengungkapkan sesuatu untuk menghindari debat dengan orang yang mereka sayangi.
Ini mah bener banget! walau sama sekali bukan solusi. Tapi ini terjadi. Banyak ornag yang justru memilih untuk memendam perasaan atau unek-unek mereka saat berhadapan dengan mereka yang disayangi. Alasannya? Utuk menghindari berantem.
Padahal, toh saat akhirnya mereka tahu, kemungkinan berantem yang lebih dahsyat bukannya malah lebih besar ya? Entahlah.
<>6. Kamu tidak akan bisa meraih apa yang ada di depanmu sampai kamu melepaskan apa yang ada di belakangmu.>... you can't reach what's in front of you until you let go of what's behind you.
Saya percaya bahwa ada alasan mengapa Tuhan hanya memberikan kita -- manusia dua tangan. Untuk mengingatkan kita akan adanya masa depan dan masa lalu.
Coba bayangkan, apa yang terjadi saat kamu enggan melepaskan apa yang ada di belakangmu dengan satu tangan, sementara tangan yang lain menggapai-gapai apa yang ada di depanmu. tubuhmu akan meregang. Pada akhirnya kamu diharapkan untuk memilih satu di antaranya.
Maka analogi "melepaskan untuk mendapatkan" adalah benar adanya. Selain sebagai salah satu representasi dari perasaan syukur, merelakan sesuatu untuk pergi (atau membiarkannya menjadi bagian dari hidup selamanya dan merelakan apa yang mungkin bisa diraih) adalah bentuk rasa syukur.
<>7. Bertindak tanpa berpikir VS Berpikir tanpa bertindak.>Most of the problems in your life are due to two reasons: you act without thinking, or think without acting.
Kebanyakan masalah yang ada dalam hidup berasal dari dua sumber: Entah kamu bertindak tanpa berpikir, atau sebaliknya.
Cuitan ini berhasil menyentil saya lebih dalam. Ternyata benar, hidup itu sederhana. Hampir semua masalah yang kita semua hadapi sehari-hari punya alasan yang seragam. Semuanya bermuara pada dua premis di atas.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Gua seneng bacanya:D
enlighment….
I like it