Di zaman serba modern ini, di saat ketenaran bisa diraih dengan berbagai cara, termasuk rajin-rajin meng-upload riasan mata di Instagram, banyak orang yang memiliki jalan sendiri untuk menjadi terkenal. Nah, untuk orang-orang seperti ini, terkadang mereka sering menerbitkan buku sendiri. Pembelinya? Ya, para fans mereka. Hal ini juga sekaligus membuktikan bahwa kesetiaan fans kadang-kadang jauh lebih luar biasa ketimbang kualitas di dalam buku yang ditulis. Ya, tapi kan tapi kan, tidak ada salahnya toh. Yap, buat yang mau memiliki buku sendiri, meskipun untuk dibaca sendiri, atau untuk dibaca anak kalian kelak, atau buat mencatat kenangan manis bersama si Cinta, berikut tips dan triknya.
Tulis dulu bukunya. Siapkan rencana alur buku. Kerjakan dengan disiplin seperti orang kerja di kantor, 8 jam sehari. Mau mood atau tidak, suka atau tidak, maju terus. Terus. Ya, terus.
<>2. Konsultasikan dengan Editor>Jika ingin karya terlihat lebih indah, berkonsultasilah dengan editor demi menjaga martabat dan kualitas. Tidak perlu repot mencari editor, kalian dapat menghubungi mahasiswa lulusan Sastra Indonesia, atau menghubungi editor di sebuah penerbitan. Biasannya mereka juga bekerja sebagai editor freelance.
Hal ini tidak berlaku jika Anda hanya ingin sekadar bekarya saja, hanya untuk mengaktualisasikan diri.
<>3. Pilih Desainer Grafis>
Selidiki teman-teman yang suka mendesain. Komunikasikan konsep yang kalian inginkan. Apakah ingin cover “lucu” lengkap dengan stiker yang bisa muncul ketika buku dibaca atau serius. Konsultasikan mengenai ukuran yang diinginkan. Jika ingin ada gambar-gambar tertentu, pastikan desain grafisnya juga pintar menggambar. Jika tidak, mau tidak mau, selidiki lagi siapakah orang-orang di luar sana yang piawai menjadi ilustrator. Jika ingin menggambar sendiri tidak masalah, nanti minta tolong desain grafis untuk mendigitalkan. Nah, nah.
<>4. Pilih Percetakan>Untuk yang tinggal di kota besar, atau wilayah rural, percetakan sepertinya tidak terlalu masalah. Di pinggir jalan ada banyak. Tidak perlu percetakan yang besar, yang penting bisa mencetak. Jika sudah bertemu, tinggal dibom, eh didatangi maksudnya. Konsultasikan masalah jenis kertas dengan baik. Periksa kertas yang Anda inginkan, termasuk kualitas kertas dan beratnya.
<>5. Pilih Nama “Penerbit” yang Unik>
Meskipun dicetak sendiri bukan berarti tidak ada nama penerbit lho. Banyak penulis yang menerbitkan bukunya sendiri tetap mencantumkan nama penerbit. Misalnya Artiseni (Baca: Art is seni) atau bisa juga nama-nama unik yang kalian miliki. Minta bantuan desainer grafis untuk membentuk logo-nya.
<>6. Daftarkan ISBN>
Nah, supaya buku kalian diakui, jangan lupa mengontak Perpustakaan Nasional untuk meminta ISBN. Langkah ini sering tidak dilakukan oleh penulis yang menerbitkan karyanya sendiri, entah karena tidak tahu atau tidak mau. ISBN penting untuk menjaga ke-sah-an karya kalian walau cuma dicetak sebiji dan dibaca oleh kekasih hati. Biayanya juga murah. Rah. Rah.Pendaftaran pun bisa dilakukan secara online.
Bukan hanya buku, majalah pun bisa mendapat pengakuan sejenis ISBN, hanya namanya saja yang berbeda.
<>7. Review>
Buka laman-laman seperti Goodreads. Puji-puji karya kalian, tapi ini terlalu ekstrem he he. Tenang, minta bantuan Si Cinta buat me-review boleh, minta bantuan ponakan boleh, apa minta penulis freelance gitu boleh.
<>8. Promosi dan Manfaatkan "Fans">
Buka channel youtube kalian, jika punya, buka Instagram, Path, FB, pasang pengumuman di radio bahwa telah lahir sebuah karya fenomenal dengan label “Insyaalloh Bestseller” --Kalau gak juga gak pa pa--atau “Dikit lagi Bestseller” --Kalau gak juga gak pa pa--atau “Gak butuh Bestseller”--kalau Bestseller juga gak pa pa. Atau gunakan label,” 120% dari penjualan akan disumbangkan untuk kegiatan unik.” Cara yang paling signifikan ya, dengan power, misalnya, Anda ketua Organisasi Penting yang menginspirasi dan berpotensi untuk digilai. Dipastikan jalan Anda akan lumayan lancar dan jaya. Adakan diskusi dan bedah buku dan makan bersama dan sumbangan buku dan segala kegiatan kurang penting lainnya. Kecuali, Anda hanya ingin mencetak buku saja, tidak butuh ketenaran. Ya tidak perlu heboh. Kalem saja.
Kenyataan telah membuktikan bahwa “ketenaran” yang dibangun sendiri pun kadang-kadang mampu mengalahkan tenaga pemasaran penerbit formal. Selain itu, ada beberapa penulis yang belakangan justru lebih suka menerbitkan buku sendiri dan menjual secara online daripada mengandalkan penerbit.
<>9. Bekerja Sama dengan Toko Buku Online atau Komunitas>Jika memungkinkan, milikilah koneksi yang memiliki toko buku online. Di toko buku online promosi bisa lebih mudah karena hanya membutuhkan gambar dan informasi buku. Semoga dengan terselipnya buku Anda di sela-sela buku penerbit resmi, membuat orang menjadi sulit membedakan. Atau, bergabunglang dengan komunitas penulis. Lalu usulkan bisnis membuka toko buku online sebagai salah satu sumber pendanaan. Nah, pelan-pelan, sisipi koleksi buku di toko komunitas Anda dengan karya anggota komunitas yang dianggap layak. Atau, cari lapak online yang ramai pengunjung, misalnya Tokopedia. Anda buka lapak sendiri jualan sendiri. Pokoknya, apapun yang terjadi, dunia harus tahu kalau Anda adalah penulis. Titik. Nah, kalau sudah begini tidak perlu menunggu jadi Pramoedya Ananta Toer dulu kan buat menerbitkan buku?
2 Minggu lagi, pastikan bukumu terbit ya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Good (y)