Saat dihadapkan dengan sebuah masalah, tentu akan selalu ada pilihan, antara mau berkorban atau berjuang. Ingin terus maju dan melangkah atau memilih mundur dan menyerah. Dua pilihan tersebut bukan pilihan yang mudah ditentukan.
Apalagi kalau hasilnya menjadi penentu masa depan. Kadang dilema yang dirasakan bisa mengantar kita ke rasa jenuh dan lelah, sehingga membuat kita ingin menyerah pada keadaan.
Akan tetapi, seperti banyak pepatah mengatakan bahwa menyerah itu bukanlah pilihan. Lantas, apa yang seharusnya kita lakukan disaat diri kita lelah dan buntu dengan keadaan ?
ADVERTISEMENTS
1. Terimalah bahwa hidup ini dikelilingi oleh sesuatu hal yang tidak pasti dan yang pasti hanyalah ketidakpastian itu sendiri
Segala hal mungkin saja terjadi. Dan itulah realita yang tidak bisa kita tolak. Hidup ini akan terasa lebih berat ketika kita tidak bisa menerima kenyataan.
ADVERTISEMENTS
2. Sedih, susah, senang, hanya temporal, tidak selamanya
Semua sepakat bahwa dibalik kesusahan ada kemudahan, dibalik kesedihan ada kebahagiaan. Itu juga kita berusaha untuk tetap melangkah dan bangkit, maka realita akan berubah.
Semua masalah yang terjadi itu sifatnya hanya temporal saja, sekarang kita sedih, mungkin besok akan bahagia, begitu seterusnya. Jadi, jangan berlarut-larut semuanya akan terus berjalan dan berubah.
ADVERTISEMENTS
3. Berjuanglah untuk nyaman dalam ketidaknyamanan
Terkadang, ada situasi yang membuat hidup kita terasa tidak nyaman. Namun bukan berarti itu akhir dari segalanya. Ingatlah, selama bumi masih berputar, maka waktu terus berjalan.
Persoalan hidup kita juga pasti akan berlalu. Situasi terkadang membawa kita dalam zona yang tidak nyaman, bukan untuk menyiksa diri, tapi agar diri kita lebih berkembang.
ADVERTISEMENTS
4. Tetapkan kembali menjadi tujuan
Tidak masalah sejenak berhenti dan berpikir, kembali merenungkan apa yang menjadi tujuan, kenapa kita memulainya dan mau apa kedepannya. Mungkin saja kita sudah terlalu jauh berjalan, sampai lupa arah yang selama ini menjadi tujuan.
ADVERTISEMENTS
5. Jangan awali hari dengan penyesalan yang kemarin, karena akan menganggu hebatnya hari ini, dan indahnya esok hari
Penyesalan itu pasti selalu ada. Melewatkan kesempatan, waktu terbuang percuma, dan merasa sia-sia. Tapi terlalu menekuri kesalahan dan penyesalan terlalu dalam, itu jauh membuat diri kita tidak bahagia.
Jadikan yang lalu sebagai pengalaman dan pelajaran. Hiduplah dimasa saat ini. Karena masa lalu tidak dapat diulangi sedangkan masa depan selalu menanti.
ADVERTISEMENTS
6. Jika salah perbaiki, jika gagal ya coba lagi
Banyak sekali orang yang takut sekali salah. Mungkin sudah jadi budaya, ketika ia melakukan kesalahan langsung dianggap lemah, tidak berdaya, bahkan mungkin tidak beretika, dan tidak bisa diterima.
Padahal tidak apa-apa jika sesekali berbuat salah, hal yang wajar karena kita manusia. Hal yang harus kita lakukan selanjutnya adalah perbaiki dan belajar kembali.
Begitupun dengan kegagalan. Seringkali orang dianggap sebagai pecundang ketika ia gagal. Padahal peluang gagal itu selalu ada, justru dengan kegagalan itu kita bisa banyak sekali belajar untuk lebih baik lagi.
Tidak perlu pedulikan orang yang menganggap orang gagal sebagai pecundang, tugas kita adalah jika gagal, belajar lagi, dan coba lagi.
7. Ketidakberanian menghadapi perubahan seringkali mengakibatkan tidak adanya kemajuan
Perubahan itu adalah suatu hal yang pasti. Kehidupan itu dinamis, tidak ada yang tetap. Sebagai manusia, jelas mengalami perubahan. Dari anak-anak menjadi dewasa, kemudian tua.
Zaman juga pasti berubah. Kita harus punya sikap yang berani, tidak nanti-nanti. Dunia berubah di depan mata, bukan saatnya kita masih takut dan diri kita terpenjara. Berani dan taklukan semua tantangan yang ada, demi kemajuan diri.
8. Hapus ragu-ragu, tetapkan tujuan, kuatkan keyakinan, dan taklukan tantangan
Ingat! Keraguan akan menghasilkan kekalahan, sedangkan keyakinan akan menghasilkan kemenangan!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”