Seringkali kita sebagai makhluk Tuhan terlena akan sebuah pertemuan, dan lupa menyadari bahwa ujung dari pertemuan adalah perpisahan. Hal itu akan terjadi pada siapa saja, kapan saja, dimana saja dengan atau tanpa mempersiapkan diri. Selayaknya hukum alam yang pasti terjadi, pepatah itu kini menerpa kita.
Kita berasal dari almamater yang sama, tapi rentang waktu dan kesibukan sesudah lulus sekolah membuat kita tak pernah bertatap, jangankan via nyata di dunia mayapun kita seolah berada di belahan dunia yang berbeda, hingga suatu hari entah apa yang menggerakkan hatimu, kau mencariku, menambahkanku dalam list friend akun facebookmu dan meng-add bbmku.
Sejujurnya aku heran, semasa kita di almamater yang sama, kau hanya pernah sekali menyapaku saat aku masih berpacaran dengan sahabatmu, setelah itu kita seperti 2 pribadi yang tak saling mengenal
Aku sempat sedikit acuh padamu, wajar saja karena track record sebagai pria yang suka memainkan wanita sudah kudengar sejak duduk dibangku sekolah. Tapi rupanya hal itu tak menyurutkan usahamu untuk mendekatiku, dan kau bisa menebak akhirnya akupun luluh.
Pertemuan pertama kita di sebuah cafe dalam pusat perbelanjaan, kau tidak datang sendiri melainkan dengan 2 temanmu dengan dalih reuni kecil2an. Aku masih ingat saat pertama kalinya kita kembali bertatap mata dan kau ulurkan tangan menjabatku, lirih kau ucapkan
" Istimewa "
<>2. Perlahan, aku dan kamu yang bertransformasi menjadi kita..>
Semua terjadi tanpa pernah kurencanakan, meski berkali-kali sudah kuperingatkan hati ini untuk tidak masuk dalam putaran roda permainanmu.
Sapaan hangatmu yang membersamaiku kala kuseduh teh dipagi hari, perhatian-perhatian kecilmu di tengah lelahnya rutinitas kerja dan pelukan manis di ujung waktu sebelum lelapku mutlak membuatku terbuai tanpa pernah menyadari bahwa kau sudah menyiapkan belati tajam yang kelak akan menggores hatiku
Pernah suatu kali kau berkata, aku berada di jantungmu dan akan berhenti berdetak jika tanpaku. Lagi-lagi aku terbuai dan mempercayai semua rayuanmu yang harusnya aku sadar, bukan hanya padaku kau lakukan itu, kan ? Jam tangan putih yang begitu indah kau hadiahkan padaku menjadi saksi bahwa aku dan kamu pernah menjadi kita
<>3. Waktu berlalu, pertengkaran demi pertengkaran mulai terjadi pada apa yang disebut, kita..>Waktu berlalu, romansa indah jatuh cinta perlahan menghilang dari hatimu. Kau mulai menampakkan sebagian sifat aslimu, bahkan beberapa hal sepele menjadi besar dimatamu.
Lupa mengabari, bersikap menghindar, mulai berbohong hingga kau yang dengan mudah membatalkan janji tanpa tahu aku sudah berdandan habis-habisan untukmu. Semula kukira itu semua karena ketidakbecusanku memahamimu tapi akhirnya aku tahu, ada wanita baru di penghujung jalan di antara kita
Aku marah, meradang bak semeru yang siap memuntahkan lahar panasnya, tapi rayuan-rayuanmu yang aku sadar betul itu pemanis buatan kembali membuatku mengalahkan logika dan memaafkanmu.
<>4. Kuberi kau hatiku, tapi kau malah melemparnya.>Inikah balasan atas kebesaran hatiku yang memaafkanmu waktu itu, ternyata di balik punggungku kau masih berhubungan dengan wanita itu, bahkan sekarang kau dengan terang-terangan bicara padaku
" Bahagiaku bukan bersamamu, aku memilih dia "
Terbuat dari tanah manakah hatimu ? tak sadarkah kau aku juga manusia yang memiliki hati dan tak ingin disakiti ? apakah dari awal aku adalah bidak dari permainan caturmu?
Aku menangis dan berteriak memintamu untuk tetap disisiku, jika memang bahagiamu bukan bersamaku, setidaknya tolong jangan merenggut bahagiaku dengan cara sesakit ini, lupakah kau bahwa binatang saja tak ingin dicampakkan. Tapi keputusanmu sudah bulat, kau tetap melenggang, kau tetap melangkahkan kaki pergi dan menuju wanita itu..
<>5. Mengikhlaskan tak semudah membalikkan telapak tangan, tapi aku harus bangkit karena langkahku masih panjang meski tanpamu..>Menangisimu tak akan membuatmu kembali. Mengenang, sebanyak apapun kenangan tetaplah kenangan yang tak akan pernah jadi kenyataan. Aku bukan tipikal orang yang mudah jatuh cinta sepertimu, semua memang butuh waktu untuk mengikhlaskan dan mengobati perih yang sering kubasuh dengan airmata ini tapi bukan berarti aku tak bisa baik-baik saja.
akan ada masa dimana aku tak lagi menangis mengingatmu, hingga saat itu tiba biarlah kunikmati perjalanan ini seorang diri dan memaknai arti sebuah luka sebagai proses pendewasaan, teruntuk kau yang telah menaburkan luka, dengarlah ini
" Hatiku mungkin berhenti di kamu, tapi tidak dengan langkah kakiku "
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
tulisannya keren…. 😀
gilaaa keren banget kak (y)
kereeeenn….
Kerennn..like it.
Kalimat terakhirnya mantap sangat
” Hatiku mungkin berhenti di kamu, tapi tidak dengan langkah kakiku “
Mantap neh Author nya.
i like, keren
saya suka “Kuberi kau hatiku, tapi kau malah melemparnya.” :’)
makasih ya udah meluangkan waktu membaca postinganku 🙂
hehehe… setidaknya, harus berani mengambil sikap 🙂
makasih ya udah meluangkan waktu membaca postinganku