Langkah menyenangkan bagi orang tua adalah ketika bayi sudah memasuki tahap MPASI, dimana bayi berusia enam bulan untuk pertama kalinya mengonsumsi makanan pendamping ASI. Tapi tahu kah Bunda?
Ternyata tidak semua makanan bisa dikasih ke si kecil, ada beberapa jenis makanan yang tidak disarankan untuk dikonsumsi bayi di bawah satu tahun, lho. Kira-kira apa saja ya?
ADVERTISEMENTS
1. Madu
Mungkin ada beberapa orang yang beranggapan kalau madu merupakan salah satu makanan yang sehat untuk diberikan kepada bayi. Toh, madu itu alami, enak, dan memiliki rasa manis yang alami. Tapi terkadang, madu bisa mengandung spora bakteri yang disebut clostridium botulinum.
Jika bayi menelannya, bayi bisa terkena botulisme, yang merupakan bentuk keracunan makanan dan bisa menyebabkan kelemahan otot, konstipasi dan kelesuan. Bayi belum bisa mencerna bakteri dengan baik dibandingkan orang dewasa. Jadi hindari apapun yang berkaitan dengan madu, seperti smoothie buah yang dimaniskan dengan madu dan yang lainnya. Untuk mengganti madu, Bunda bisa memberinya buah yang sudah dihaluskan. Buah lebih banyak mengandung vitamin dan mineral.
ADVERTISEMENTS
2. Susu sapi
Kebutuhan bayi selama beberapa bulan pertama kehidupan mereka adalah ASI atau susu formula yang memang direkomendasikan untuk bayi, tampaknya aneh jika susu sapi tidak boleh diberikan pada bayi. Itu karena perut bayi tidak mampu mencerna susu sapi dalam volume besar. Mereka yang diberi susu dari sapi bisa menderita iritasi pada lapisan usus, yang dapat menyebabkan kekurangan darah atau anemia. Untuk tahun pertama mereka, bayi hanya boleh minum ASI.
Namun ketika usia mereka menginjak balita atau di atas satu tahun, susu sapi bisa menjadi minuman yang bagus, karena susu mengandung nutrisi seperti protein, kalsium, dan kalium, serta vitamin A, B, dan D. Namun tetap perhatikan jumlah susu yang diberikan ya.
ADVERTISEMENTS
3. Putih telur
Mengapa putih telur? Karena putih telur bisa menjadi makanan yang memicu alergi, sebab bagian dari putih telur mengandung 4 protein berbeda yang masing-masing bisa menyebabkan reaksi alergi dari berbagai tingkat keparahan. Sebagian besar dokter anak merekomendasikan agar putih telur tidak diberikan kepada bayi sebelum ulang tahun pertama mereka.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, konsensus tentang masalah ini mulai berubah. Sebuah penelitian pada tahun 2008 menunjukkan bahwa bayi bisa diberi putih telur sejak awal MPASI-nya, asalkan mereka tidak rentan terhadap alergi. Namun, mengingat kalau putih telur merupakan pencetus alergi yang menyebabkan hidung berair, gatal, ruam kulit dan bahkan anafilaksis, membuat pernyataan ini menjadi simpang siur. Agar lebih pasti, Bunda bisa mendiskusikannya dengan dokter anak. Karena pada umumnya, setiap bayi berbeda-beda.
ADVERTISEMENTS
4. Makanan manis
Memang seharusnya kan makanan ini dihindari, apalagi pada bayi. Faktanya, American Heart Association merekomendasikan agar bayi dan balita tidak menerima makanan yang terlalu manis sampai mereka berusia minimal 2 tahun. Pada tahun 2018 Feeding Infants and Baldlers Study melalui ahli gizi Jill Castle, 27 persen anak-anak berusia antara 1 dan 3 tahun tidak mengkonsumsi sayuran setiap harinya, sementara 75 persen anak-anak antara 1 dan 2 tahun ternyata sudah mengkonsumsi permen setiap harinya. Angka itu naik menjadi 90 persen untuk anak usia 2 dan 3 tahun.
Efeknya buruk. Balita yang makan terlalu banyak gula akan mengalami kenaikan berat badan, menderita kekurangan nutrisi, menimbulkan gigi berlubang, dan menyebabkan masalah lebih lanjut
ADVERTISEMENTS
5. Makanan yang mengandung banyak garam
Sama seperti gula, makanan asin mengganggu kesehatan bayi. Jika bayi beralih ke makanan yang lebih padat, hindari menambahkan garam dan batasi makanan yang mengandung banyak garam seperti roti, keripik, dan sup kalengan. Makanan tinggi garam dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal bayi, karena mereka belum bisa memprosesnya. Menurut NHS, di tahun pertama bayi, mereka hanya boleh mengkonsumsi kurang dari 1 gram garam sehari, yang berarti kurang dari setengah sendok teh.
ADVERTISEMENTS
6. Ikan yang mengandung merkuri
Ikan memberikan berbagai nutrisi seperti asam lemak omega-3, protein dan vitamin D. Tapi Bunda harus berhati-hati memilih ikan yang akan diberikan kepada bayi, karena beberapa dari ikan mengandung merkuri. Tubuh bisa menyerap merkuri yang terkandung dalam ikan dengan sangat mudah, dan bahkan dalam dosis rendah sekalipun bisa mempengaruhi otak dan sistem saraf.
Spesies ikan yang bisa Bunda berikan pada si kecil meliputi salmon, trout, ikan teri, herring, sarden dan shad. FDA merekomendasikan bahwa ikan todak, king mackerel dan tilefish harus dihindari bayi dan anak kecil. Beberapa kelompok dan ahli juga menyarankan agar bayi juga tidak diberikan ikan tuna, bluefish, kakap merah dan marlin, terutama ikan-ikan kalengan.
7. Makanan yang tidak diipasteurisasi
Jauhi makanan apa pun yang tidak dipasteurisasi. Pasteurisasi adalah proses pemanasan untuk menghilangkan bakteri berbahaya dari makanan tanpa menghilangkan nutrisi makanan itu sendiri. Bakteri yang tidak dipasteurisasi bisa sangat berbahaya bagi bayi, yang termasuk bakteri Salmonella dan Listeria, yang semuanya dapat menyebabkan penyakit serius karena sistem kekebalan tubuh bayi yang masih lemah. Makanan yang biasanya tidak dipasteurisasi bisa meliputi susu, keju (terutama keju lunak), jus, sari buah apel, dan madu. Selalu pastikan jika makanan tersebut telah dipasteurisasi.
8. Air beras
Air beras mengandung arsenik. Bahkan, sangking banyaknya mengandung arsenik, para ilmuwan dari Consumer Reports menyarankan pada 2012 bahwa anak-anak di bawah usia 5 tahun tidak disarankan minum air beras. Di Inggris, para ahli medis bahkan merekomendasikan bahwa anak-anak yang masih sangat kecil tidak boleh minum air beras sama sekali.
9. Kacang-kacangan
Mengingat kacang sangat terkenal karena sifat alergi, seharusnya sudah jelas kalau bayi tidak boleh dikasih kacang. Bahaya kacang sebenarnya terletak pada bentuk kacang itu sendiri, yang memungkinkan bayi bisa tersedak. Karena sebagian besar kacang tak bisa dicerna sampai geraham bayi benar-benar terbentuk sempurna. Jauhi makanan ini pada bayi selama beberapa bulan mengonsumsi makanan padat.
10. Sayuran mentah
Ada baiknya jika bayi di bawah satu tahun tidak mengkonsumsi sayuran mentah, selain bisa menimbulkan bahaya tersedak, sayuran mentah juga sangat sulit dicerna bayi, dan dalam kasus-kasus ekstrem bisa menyebabkan diare. Pastikan Bunda memasak semua sayuran sampai matang untuk menghindari kontaminasi atau bakteri dari sayuran mentah. Namun perlu diketahui, proses memasak juga bisa mempengaruhi protein dalam buah dan sayuran dan membuatnya menyebabkan reaksi alergi.
11. Kafein
Kafein bisa ditemukan dalam soda, minuman berenergi, kopi, teh, cokelat, dan masih banyak lagi. Para ahli setuju bahwa kafein sebaiknya dihindari oleh anak-anak dari segala usia, apalagi bayi. Pada anak-anak bisa menyebabkan kegugupan, sakit kepala, sakit perut, kurang konsentrasi, sulit tidur, peningkatan denyut jantung, dan tekanan darah tinggi. Bayi dan balita memiliki semua risiko itu dan masih banyak bahaya yang mengintai, termasuk kejang dan aritmia jantung jika diberikan dalam jumlah banyak.
12. Daging yang diawetkan (makanan yang mengandung banyak nitrat)
Nitrat adalah bahan kimia yang cukup banyak ditemukan dalam makanan. Nitrat sering ditambahkan oleh produsen makanan ke dalam daging, termasuk bacon, salami dan sosis, untuk memperpanjang umur pengawetan dan menambah warna. Nitrat bisa membentuk nitrosamin dalam tubuh, yang mengarah pada risiko kanker lebih tinggi. Untuk meminimalkan asupan nitrat pada anak, hindari produk makanan yang mencantumkan natrium atau kalium nitrat dan nitrit sebagai bahannya. Mengkonsumsi makanan tinggi antioksidan dan vitamin juga bisa menghentikan nitrat dan nitrit menjadi nitrosamin.
Nitrat bisa ditemukan secara alami dalam bayam, wortel, bit, kacang hijau dan labu, tidak akan membahayakan orang dewasa, namun bisa menjadi masalah bagi bayi, karena menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai methemoglobinemia. Ini adalah salah satu alasan utama mengapa bayi tidak boleh makan makanan padat sebelum usia 6 bulan, Bunda lebih baik menghindari nitrat tinggi pada bayi usia 6 bulan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”