Sadar atau tidak sadar, kita seringkali memberikan label pada seseorang berdasarkan kesan pertama yang kita lihat. Ketika kita melihat seseorang sedang marah, kita cenderung berpikir bahwa dia adalah si pemarah. Lalu kita mengenalnya sebagai orang yang suka marah-marah.
Tanpa kita sadari, hal itu merupakan tindakan labeling atau memberikan label/julukan. Kesannya sepele, namun tahukah kamu bahwa ada beberapa bahaya atau dampak negatif yang bisa terjadi pada penerima label, akibat julukan yang kamu berikan.
Apa saja itu? Yuk simak bahaya memberikan label pada seseorang. Sehingga kamu bisa lebih berhati-hati sebelum memberikan label padanya.
1. Labeling bisa membuat seseorang tidak percaya diri
Sadar nggak? Label yang kamu berikan pada seseorang bisa membuatnya tidak percaya diri lho. Misalnya, kamu mengenal teman bernama A memiliki kecerdasan intelektual kurang, lalu kamu memberikan label padanya “si bodoh”. Hal ini bisa membuat A merasa rendah diri dan tidak percaya diri dengan kemampuannya.
2. Labeling bisa jadi bagian body shamming
Labeling juga bisa termasuk body Shamming jika kamu memberikan label berdasarkan fisiknya. Misalnya mengatakan “gendut, kurus, hitam, dan sebagainya”. Karena fisiknya yang besar, lalu kamu memanggilnya “si gendut” atau “oh yang gendut itu ya”.
Mulai sekarang, usahakan tidak lagi memanggil seseorang berdasarkan kondisi fisiknya. Hal itu bisa membuatnya sakit hati dan bahkan merasa insecure.
3. Labeling membuat seseorang bersikap sesuai label yang melekat padanya
Jika kamu memberikan label yang tidak sesuai padanya, hal tersebut bisa merubah sikapnya. Misalnya, kamu melihat seseorang ketika dia marah, lalu kamu mengenalnya sebagai “pemarah”. Padahal sebenarnya, dia bukanlah orang yang pemarah.
Namun, suatu ketika ada kondisi yang membuatnya marah dan akhirnya orang-orang yang melihatnya memanggilnya “si pemarah”. Label yang melekat pada dirinya bisa membuat dia benar-benar menjadi orang yang pemarah lho.
4. Labeling bisa membuatnya merasa terbebani
Berhati-hatilah memberikan label atau julukan pada orang lain. Hal itu bisa membuatnya terbebani jika label yang kamu berikan tidak sesuai. Kamu memberikan label kepada temanmu “si pintar” ketika ia mendapatkan peringkat 1 di kelasnya. Lalu kamu berpikir bahwa dengan kepintarannya tersebut dia bisa melakukan semua hal. Kamu cenderung mengandalkannya.
Sadarkah kamu, hal tersebut bisa membuatnya tertekan lho. Dia harus memenuhi ekspektasi orang lain berkaitan dengan kepintarannya. Ketika dia melakukan hal salah, akan ada komentar “padahal dia pintar, kok gitu aja nggak bisa”. Inilah yang akhirnya membuatnya merasa terbebani dengan label tersebut.
5. Labeling membuat seseorang tidak bisa menjadi dirinya sendiri
Jangan terlalu terburu-buru memberikan label pada seseorang. Kalau label yang kamu berikan salah, hal ini bisa membuatnya tidak berkembang. Misalnya, si A dijuluki sebagai “pendiam”. Julukan tersebut seakan memberikan batasan gerak pada si A. Dia cenderung menjadi orang yang pendiam karena banyak orang yang mengenalnya sebagai pendiam.
Padahal, mungkin saja di dalam dirinya, dia bukanlah sosok yang sepenuhnya pendiam. Hanya saja, dia merasa canggung ketika keluar dari label yang sudah melekat padanya. Akibatnya, ia tidak bisa mengeksplor dirinya lebih banyak.
Jadi, berhati-hatilah memberikan label atau julukan pada seseorang. Boleh memberikan penilaian berdasarkan kesan pertama yang kamu lihat dari seseorang. Namun, cukup kamu saja dulu yang tahu.
Kenali seseorang lebih dalam lagi, agar label yang kamu berikan tidak salah. Ingat ya “Jangan menilai isi buku dari covernya saja. Kamu perlu membaca keseluruhannya, agar kamu tahu isi dan kesimpulannya”.
Begitu pula dengan menilai seseorang. Kenali dulu sebelum memberikan penilaian.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”