Menyandang gelar sarjana merupakan kebanggaan setiap individu mahasiswa. Gelar ini sebagai pembuktian dan persembahan atas usaha diri kita dalam membanggakan kedua orang tua. Namun kebanggaan tersebut hanyalah sesaat. Sebab, setelah lulus tidak semua impian dan rencana berjalan mulus. Kondisi tersebut menjadikan gelar sarjana yang diemban seakan menjadi beban jika dalam hidup tidak ada perubahan. Ditambah lagi, kondisi berbagai sektor ekonomi di Indonesia saat ini sedang carut marut akibat pandemi yang tak kunjung surut.
Selama kuliah, saya juga bekerja di sebuah perusahaan distributor bahan bangunan di Sidoarjo. Sebuah perusahaan perseorangan yang tidak terikat aturan dinas pemerintahan. Sehingga tidak ada jenjang karir terhadap karyawan dan gaji masih di bawah rata-rata. Namun bukan berarti saya tidak bersyukur, berkat bekerja di situ saya bisa membiayai sendiri dan menyelesaikan kuliah selama 4 tahun.
Meski telah bekerja, bukan berarti saya harus mengabdi di satu tempat yang sama karena aku butuh perbaikan karir dan pengembangan diri. Hal itu mengharuskan aku untuk mencari pekerjaan baru. Oleh sebab itu, aku harus mulai melakukan usaha mencari berbagai informasi dan menyiapkan berbagai berkas penunjang untuk melamar pekerjaan.
ADVERTISEMENTS
1. Sudah mendapat panggilan serta menjalani berbagai tes dan interview dari perusahaan, namun belum ada kelanjutan kabar
Perjalanan menuju perubahan itu aku mulai setelah melaksanakan yudisium pada bulan september 2019. Aku mulai mencoba melamar posisi Digital Promotion di perusahaan pengolahan Ayam ternama. Dengan bermodalkan Surat Keterangan Lulus dari kampus beserta berkas penunjang lainya, saya mendapat panggilan interview dengan HRD.
Dalam waktu singkat, selama seminggu saya menjalani tes psikologi, interview dengan user hingga tahap medical check up. Sungguh proses yang saya kira mulus, ternyata harapan itu berakhir pupus karena setalah itu tidak ada kabar yang kunjung tembus. Tak putus asa, setelah ijazah sarjana keluar, aku mulai merapikan dalam sebuah soft file. Kemudian membuat akun Linkedin dan memenuhi semua kolomnya. Dari linkedin aku memperoleh banyak informasi lowongan perkerjaan yang sesuai dengan bidang dan passion. Seketika itu aku mulai banyak apply ke berbagai perusahaan tersebut.
Selain linkedin, aku juga apply melalui email dan akhirnya ada panggilan dari beberapa perusahaan. Namun dari sekian panggilan interview tersebut belum ada satupun yang menerima aku untuk bekerja di perusahaan itu.
ADVERTISEMENTS
2. Quarter life crisis mulai datang mengganggu pikiran
Diusiaku ke 24 ini, tepat 5 tahun bekerja di perusahaan lama. Rasa jenuh sangat terasa dalam pekeraan saat ini. Belum adanya pekerjaan pengganti membuat ak terus sabar menahan tekanan mental dan konflik batin yang berkelanjutan. Ditambah adanya pandemi seperti ini membuat mental cukup ditempa keadaan sehingga muncul berbagai perasaan cemas yang berlebihan akan masa depan.
Perasaan minder dengan penghasilan teman seangkatan yang jauh di atas rata-rata, Kecewa dengan berbagai kesempatan kerja yang ada, merasa “insecure” akan masa depan. Aku sempat iri melihat teman dengan mudah mendapat pekerjaan sesuai bidang.
Beberapa teman dekat seangkatan sudah ada yang sukses menjadi pelayar, manajer area ruang guru, dan reporter media ternama. Dengan kondisiku yang masih gini-gini aja, memunculkan adanya perasaan bahwa semua usaha dan pendidikan yang telah aku tempuh tidak memeberikan dampak apa-apa.
Hingga akhirnya aku mulai mencari teman sharing dan memberbanyak membaca buku kehidupan. Salah satu buku yang pernah saya baca berjudul “Seni Berkompromi dengan Keterbatasan” karya tulisan Era Chori Christina, sangat membuka pikiran saya sebab hal mmustahil bisa kita wujudkan.
ADVERTISEMENTS
3. Membangun relasi baru akan membantu menemukan jalan keluar
Meskipun telah lulus kuliah, menjalin silahturami dengan teman sekolah maupun kuliah sangat penting. Dari berbagai profesi yang dijalani mereka pasti mempunyai beberapa kegelisahan yang sama. Meskipun mereka telah mendapatkan posisi pekerjaan sesuai apa yg diinginkan, tapi kegelisahan akan masa depan juga masih menjadi tantangan yang harus dihadapi.
Salah satu kegelisahan yang dialami mereka yang didominasi usia 24-25 tahun tak lain adalah menikah dan memiliki aset untuk tabungan masa depan. Dari situ kita bisa sejajar dalam mencari solusi bersama sebagai anak muda yang sedang transisi menjadi orang dewasa seutuhnya. Selain itu, dengan membangun relasi, kita dapat berbagi informasi terkait lowongan pekerjaan atau membangun bisnis bersama.
Mempunyai teman yang telah bekerja di perusahaan ternama, cukup menguntungkan kita untuk mendapatkan informasi terkait cara melamar bekerja yang baik, bagaimana menghadapi interview dengan perusahaan, hingga bagaimana sistem bekerja di perusahaan yang ditempatinya. Sehingga kita mempunyai acuan dalam memperbaiki usaha-usaha yang juga kita lakukan ke depan.
ADVERTISEMENTS
4. Maksimalkan kemampuan diri
Berbagai usaha yang telah dilakukan tidak selamanya berjalan sesuai harapan. Meskipun kita merasa kemampuan yang kita miliki dirasa cukup sebagai bekal, kita harus tetap meningkatkan skill dan memperbanyak portofolio diri. Faktanya, perusahaan tidak hanya memandang dari mana asal kampus kita.
Tingkat pendidikan pun hanya sebagai syarat kualifikasi calon karyawan saja. Saat ini, yang dibutuhkan mereka adalah skill, meskipun IPK kita tidak terlalu bagus, namun jika skill yang kita miliki memikat perusahaan, kemungkinan besar akan diterima.
ADVERTISEMENTS
5. Jika berbagai usaha telah dilakukan, perbanyak doa dan sedekah
Setelah berbagai macam usaha kita lakukan, harapan terakhir kita adalah dengan perbanyak doa dan ibadah. Sebab usaha tanpa do;a adalah pekerjaan yang sia-sia.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”