Dalam hidup terkadang waktu tak pernah memberi pilihan pada kita. Seringkali memberi rasa kehilangan tapi terkadang juga menghadirkan sosok-sosok baru yang membuat makna baru dalam setiap menitnya. Di belahan waktu yang lain ada banyak pasangan yang sudah menikah, namun belum juga Tuhan percayai untuk menjadi orang tua. Sementara saat ini ayah dan ibu sedang sibuk bersama anak-anak yang tak jarang membuat kita kehabisan energi dan suara setaip harinya.
Apalagi saat memiliki lebih dari satu balita. Tentu membutuhkan stok sabar yang melimpah. Salah satu hal yang paling sering dihadapi adalah pertengkaran anak-anak yang selalu membuat kita bingung bagaiman mengajarkan hubungan baik antara kakak dan adik. Kecemburuan antara kakak dan adik (sibling rivalry) kerap menjadi pemicunya. Berikut ini adalah 5 trik hadapi sibling rivalry yang perlu kamu tahu. Yuk simak dulu~
ADVERTISEMENTS
1. Anak-anak selalu butuh perhatian dan itu adalah sebuah kewajaran
Ketika adik hadir dalam keluarga, pada awalnya kakak biasanya menunjukkan rasa ketertarikan yang luar biasa. Namun seiring berjalannya waktu kakak akan mulai merasa terganggu akan kehadiran adiknya. Saat itu biasanya akan muncul rasa cemburu saat semua perhatian orang lain terutama kita orang tuanya tertuju pada si adik sepenuhnya.
Yang sering kita temui adalah saat kakak memeluk adik yang terlalu keras. Orang tua hanya menganggap perilaku itu sebagai kasih sayang yang berlebihan, lalu tanpa menangani kecemburuan secara bijaksana bukan hal yang tepat. Yang seharusnya terjadi kehadiran si adik tak banyak mengubah kehidupan sang kakak.
ADVERTISEMENTS
2. Mulailah menggunakan konflik sebagai ruang untuk belajar
Terkadang pertengkaran yang terjadi anatara kakak dan adik bisa begitu heboh, hingga mereka berdua terluka. Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi konflik anak-anak? Mulailah dengan menggunakan konflik sebagai media belajar anak-anak. Mengajari mereka cara-cara yang bisa diterima untuk mengungkapkan kekecewaanya. Mengajari cara mengelola perasaan tanpa mengganggu kewibawaan orang lain (mempermalukan dan melukai hati ).
Katakan “kalau kakak marah karena diganggu adik nggak papa kok, tapi tidak memukulnya, datang dulu ke ibu ceritakan apa masalahnya”. Mengajarkan anak bahwa setaiap dari mereka harus memiliki rasa sedikit mengalah dari satu dan lainnya.
ADVERTISEMENTS
3. Memandang anak sebagai individu masing-masing
Sering kali kita menganggap bahwa kakak harus dididik untuk bia lebih sabar, lebih dewasa dan lebih memahami kondisi yang ada. Tak jarang kita mengatakakan “ karena kakak yang lebih besar, jadi kakak harus lebih bisa mengalah sama adik”. Kalimat ini tanpa kita sadari akan semakin menimbulakan kecemburuan kakak pada adiknya.
Anak-anak memang tahu betul siapa sebaga kakak dan siapa sebagai adik, namun secara fungsional tentu mereka belum paham sepeti apa tugas sebagai kakak dan adik. Saat mereka berebut mainan usahakan ajarkan bergiliran, namun saat mereka ngotot berebut siapa yang lebih dahulu menggunakannya ada baiknya kita mengambil mainan tersebut dari keduanya.
ADVERTISEMENTS
4. Berhenti membandingkan perilaku anak dengan tepat
Terkadang kita berpikir perlu untuk membandingkan prilaku buruk kakak dengan adiknya atau sebaliknya, dengan harapan anak-anak terinpirasi dari perilaku baik yang dilakukan saudaranya. Padahal yang terjadi bisa saja sebaliknya, yang muncul justru kecemburuan diantaranya. Lalu apa kita tak boleh membandingkan?
Tentu saja boleh, tapi dengan cara yang tepat. Bandingkanlah anak-anak dengan dirinya sendiri saat melakukan prilaku baik. Sebagai contoh saat kita melihat mainan berserakan dikamar. “kak, mainannya kok berantakakan? Tidak serapi biasanya, kakak ingat nggak waktu kakak rapikan kamarnya kemarin?
Kamar kakak jadi lebih indah, terus pas ada teman yang bermain kekamar mereka senang dan bangga sekali melihat kamar kakak yang rapi, maian berantakan bisa terinjak kaki kita jadi sakit dan merusak mainannya”. Dengan membandingkannya dengan dirinya sendiri anak-anak akan menemukan motivasi yang kita harapkan tanpa menimbulkan kecemburuan pada siapa pun.
ADVERTISEMENTS
5. Perubahan perilaku tak bisa instan tak jarang dari para orang tua menjadi mudah melabeli tanpa benar-benar memberi perhatian pada perkembangan positif anak
Perilaku anak menjadi buruk karena saat perilaku mereka baik, mereka tidak mendapat perhatian dan kasih saying yang layak. Seringnya perilaku buruk yang ditampilkan mereka adalah bentuk agar mereka mendapat perhatian dari orang tuanya, karena mereka menganggap dengan perilaku baik, tiada gunanya.
Ada pepatah yang mengatakan “lebih baik mencegah dariapada mengobati” demikian juga dengan perilaku negative pada anak-anak, tak perlu menunggu mereka melakukan hal yang buruk untuk memberi perhatian lebih kepada mereka. Sibling Rivalry (kecemburuan antar saudara) bukan hal yang sederhana dan bisa membaik dan menghilang secepat mungkin, dengan respon yang baik dari orang tua, perlahan hubungan kakak dan adik akan semakin membaik.
Biasanya hal ini yang tak kita sadari. Anak-anak sudah mengalami perbaikan, tapi saat terjadi pertengkaran sedikit saja kita langsung melabeli mereka “susah diatur”, “tidak rukun, “nakal” dan label negative lainnya. Hal ini bisa membuat mereka semakin menyerah untuk memper baiki perilakunya.
Ada baiknya kita melakukan observasi perilaku setiap harinya, kita catat secara detil dalam sehari berapakali mereka bertengkar atau berebut mainan. Dengan respon kita yang baik atau penanganan yang sesuai biasanya akan ada perubahan berarti selama seminggu kemudain, dengan mecatatnya secara detail kita akan mengetahui bahwa anak-anak terlah mengalami perubahan yang positif, sambil terus memuji perilaku baik mereka.
Tanpa disadari anak-anak selalu memberi arti lebih dalam setiap waktu orang tuanya, mereka mendidik ayah dan bunda untuk terus berusaha belajar menjadi manusia dewasa yang lebih baik dari sebelumnya. Berhenti belajar sebagai orang tua berarti berhenti mendidik anak-anak kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”