Kalau dihitung-hitung, kamu termasuk rajin mengunjungi rumah sakit apa nggak, nih? Bukannya apa sih, tapi pernahkah kamu memperhatikan para petugas kesehatan lain di rumah sakit, selain dokter dan perawat?
Kalau kebetulan pernah memasuki ruang rontgen, kamu akan bertemu dengan seorang petugas yang mengoperasikan peralatan di dalam ruang periksa. Nah, para petugas kesehatan yang bekerja di Instalasi Radiologi ini dulunya kuliah di Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (TRR).
ADVERTISEMENTS
1. Jurusan yang masih tenggelam dalam hiruk pikuknya pendidikan tinggi
Pernah mendengar tentang jurusan atau prodi ini? Kalau masih terhitung asing, boleh jadi salah satu penyebabnya karena Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi bukan termasuk jurusan yang populer dikalangan pelajar. Selain itu, memang tak banyak kampus yang memiliki dan menjagokan jurusan ini.
Eh, tapi masih ada kok, kampus yang punya Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi. Setidaknya, kalau kamu ingin bekerja di ruang rontgen rumah sakit, beberapa kampus seperti Universitas Aisyiyah Yogyakarta, Stikes Guna Bangsa Yogyakarta, atau Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Bali pernah mampir dalam list-mu.
Saat ini sudah ada aplikasi yang dapat membantumu menemukan kampus yang pas – entah pertimbanganmu lebih kearah lokasi, akreditasi, keketatan persaingan masuk, atau yang lain. Dan pastinya, aplikasi yang baik dapat membantumu membuat keputusan yang tepat dalam memilih jurusan kuliah.
ADVERTISEMENTS
2. Namanya memang teknik, tapi jurusan ini nggak kamu temukan di fakultas teknik
Meskipun ada radio-radionya, jurusan ini enggak ada hubungannya sama sekali dengan radio, ya! Jangan berimajinasi Radiodiagnostik berarti mendiagnosa radio. Kejauhan! Apalagi, Radioterapi berarti melakukan terapi pada radio. Duh, apaan, sih!
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi memang lebih sering dikenal sebagai Radiologi, sebuah jurusan yang berbeda dari jurusan pada Fakultas Teknik pada umumnya. Beda bagaimana?
TRR merupakan pendidikan tinggi pada jenjang D3 dan D4. Lulusan Diploma 3 bergelar Ahli Madya Radiodiagnostik dan Radioterapi (Amd.Rad), sedangkan lulusan D4 bergelar Sarjana Sains Terapan (S.ST).
Tergolong sebagai program vokasi, mahasiswa Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi mendapat porsi praktek yang lebih banyak ketimbang teori.
Wah, bukan S1, nih? Eitts, tunggu dulu. Kuliah nggak cuma buat ngedapetin gelar, kan? Tapi jika bagimu gelar Sarjana itu cukup penting, masih ada pilihan program D4-nya, kok.
Bahkan bila masuk sebagai mahasiswa D3, nantinya kamu bisa alih jenjang pada D4 dan memilih spesifikasi ke CT Scan, USG, MRI, Kedokteran Nuklir, Radioterapi, atau yang lain.
Tapi jika lebih tertarik pada jenjang S1, kamu bisa melanjutkan ke Fakultas Kesehatan Masyarakat. Kebanyakan jurusan yang dipilih oleh, atau direkomendasikan untuk, alumni D4 TRR antara lain Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Kesehatan Masyarakat, atau Fisika Medis. Pada jurusan-jurusan tersebut, kamu mendapat porsi teori yang lebih banyak.
ADVERTISEMENTS
3. Menjadi seorang radiografer, profesi yang memerlukan kesiapan matang
Setelah menyelesaikan pendidikan Radiodiagnostik dan Radioterapi, kamu memiliki kecakapan dan keahlian untuk menjadi seorang Radiografer.
Perlu kamu tahu, profesi ini sangat dibutuhkan seiring dengan bertambahnya jumlah rumah sakit dan klinik kesehatan. Jangan dikira cuma dokter dan perawat yang dibutuhkan dibidang medis, ya!
Meskipun kebutuhan akan tenaga Radiografer cukup tinggi, orang masih enggan terlibat dibidang ini karena kekhawatiran pada risiko paparan radiasi. Tak bisa dipungkiri risiko radiasi memang ada, tapi kamu akan diajari untuk bekerja dengan aman. Misalnya, pencegahan radiasi saat bekerja dapat diperoleh dari matakuliah K3.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 sendiri merupakan satu jurusan atau program studi di kampus. Nggak percaya? Universitas Indonesia punya jurusan ini, lho!
Keren kan, keilmuan pada satu jurusan di kampus dapat dipelajari sebagai satu matakuliah oleh mahasiswa Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi. Selain K3, mahasiswa jurusan ini juga dipersiapkan untuk menjadi radiografer profesional melalui matakuliah-matakuliah yang lain.
Tentang matakuliah, jika nantinya menjadi mahasiswa TRR, kamu akan ketemu sama Matematika, Fisika Radiasi, Anatomi Rontgen, Patologi Anatomi, Fisika Imaging, dan masih banyak lagi. Jangan kaget kalau nanti kamu bertemu dengan buku-buku teks berbahasa Inggris dan Latin, ya!
ADVERTISEMENTS
4. Dipersiapkan untuk menjadi radiografer, tapi alumninya bisa berprofesi lain
Lulus dari TRR, kamu nggak bisa langsung kerja di ruang rontgen rumah sakit. Barangkali karena bidang pekerjaannya yang cukup riskan, peraturan seperti ini diberlakukan. Jadi bagaimana agar kamu bisa bekerja setelah lulus kuliah?
Untuk menjadi seorang Radiografer, kamu harus memiliki Surat Izin Radiografer dan Surat Izin Kerja Radiografer dari Persatuan Ahli Radiografi Indonesia (PARI). Nah, berbekal surat sakti inilah, kamu dapat memulai profesimu sebagai seorang Radiografer.
Alumni TRR harus jadi Radiografer, ya? Enggak, kok. Alumni Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi bisa menjadi Terapis Radiologi, Ahli Teknologi Pengobatan Nuklir, maupun menjalani profesi lain yang sesuai.
ADVERTISEMENTS
5. Radiologi, bidang yang masih senyap namun menyimpan banyak peluang
Jadi, kuliah Teknik Akademi Teknik Radiodiagnostik Dan Radioterapi tak membuatmu harus bekerja di ruang rontgen rumah sakit. Pilihan untuk profesi-profesi lain masih tetap terbuka. Nah, apakah kamu tertarik kuliah pada jurusan ini?
Selain pada ketiga perguruan tinggi swasta yang telah disebutkan diawal, ada juga perguruan tinggi negeri yang memiliki jurusan atau program studi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi. Karena berada pada ranah vokasi, PTN yang memiliki jurusan ini sebagian besar merupakan akademi dan politeknik.
Kampus dengan TRR terakreditasi A saat ini ialah Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang. Baik pada kampus yang ada di Semarang maupun Purwokerto, TRR-nya sama-sama memiliki akreditasi A dari BAN-PT. Bedanya, TRR di kampus Semarang merupakan program D3 dan D4, sedangkan TRR di kampus Purwokerto adalah program D3.
Bagaimana dengan TRR dengan akreditasi B? TRR dengan akreditasi B berada di Akademi Teknik Radiodiagnostik Dan Radioterapi Nusantara Jakarta, Universitas Aisyiyah Yogyakarta, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Cipta Husada Malang, Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II, dan Akademi Teknik Radiodiagnostik Dan Radioterapi Bali.
Pada kampus-kampus tersebut, seluruh Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi merupakan program D3. Hanya ada satu Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi pada program D4 dengan akreditasi B, yaitu di Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II.
Itulah Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (TRR), sebuah jurusan kuliah yang masih jarang diminati kebanyakan pelajar saat ini. Logika sederhananya, semakin jarang peminat berarti peluang lolos seleksi masuknya semestinya semakin besar, ya?
Ya… tergantung kesiapanmu dalam menghadapi seleksi masuknya juga, sih. Semakin baik proses seleksi masuk itu dilalui, semakin besar pula peluangmu lolos. Jadi, persiapan yang baik punya peran penting dalam menentukan peluangmu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”