Dilema Millenial, Perpaduan Quarter Life Crisis dan Corona Disease’s Era! Yuk, Kuat!

Selamat datang usia kepala dua, masa dimana dunia terasa amat melelahkan

Mungkin kebanyakan dari kita pernah mengalami yang namanya quarter life crisis, atau saat ini memang sedang mengalaminya? Ada yang terpaksa wisuda secara daring, tidak bisa melakukan selebrasi layaknya para wisudawan normal—melakukan foto-foto, menerima berbagai tangkai bunga, kado, bingkai foto, selempang gelar, dan sebagainya? Saya hanya ingin bilang, semangat! Dan selamat atas wisudamu! Atau, kamu salah satu yang menjadi korban pemberhentian kerja karena kondisi pandemi corona?

Kamu semakin lama menganggur, rajin apply lamaran tapi selalu bertepuk sebelah tangan? Teman-teman mulai berangsur menikah, sedangkan hatimu masih terpaku belum terjamah? Masalah karir, pendidikan, hingga hubungan dengan pasangan, seolah menjadi komposisi yang nikmat untuk dipadu dalam adonan bernama kehidupan. ‘Tertekan’ adalah salah satu kata paling cocok untuk mendeskripsikan diri atas narasi-narasi di atas. Namun, kamu harus berhenti menekan diri, dan mulailah berbisik dalam hati, ‘Tidak apa-apa, masing-masing ada waktunya’.

Selalu ada masa dimana kita merasa tidak tahu arah dan selalu kebingungan dengan berbagai pilihan. Untuk kamu yang sudah jelas arah dan kelihatan hilalnya, selamat ya! Namun, bagaimana dengan yang lainnya, yang masih tersesat di persimpangan jalan, atau bahkan masih terdiam belum dapat bergerak jalan? Tenang saja, kamu tidak sendirian. Kamu juga bukan satu-satunya orang yang merasakan dan mengalami momen tak mengenakkan ini. Tapi, kamu hanyalah salah satu dari miliyaran manusia di muka bumi.

ADVERTISEMENTS

1. Cari sirkel pertemanan yang sehat

Coba perhatikan lagi, apakah kamu berada di lingkar pertemanan yang sehat? Sebuah hubungan yang tidak membuat diri kamu semakin insecure atau merasa tertekan. Memiliki teman yang mengerti, selalu mendukung dan berada di sisimu adalah anugerah. Namun, dukungan dan semangat yang paling berarti adalah yang datang dari hatimu sendiri.

Lingkar pertemanan yang sehat bukan berarti kamu menjauhi teman-teman yang sudah bekerja, hanya karena kamu satu-satunya yang masih menganggur, ini justru terkesan kita tidak bahagia atas pencapaian orang lain. Tapi, cukup diminimalisir mengetahui hal-hal yang berpotensi hangat-hangat sensitif di hati.

Terlebih zaman digital ini menyuguhkan dunia yang diekspos secara gamblang. Yang kerja bahas gajian, yang punya pacar asyik romantis-romantisan. Mereka tidak salah karena memberitahu kebahagiaannya kepada dunia, namun kamu mempunyai hak untuk mengatur hal-hal apa yang ingin kamu tahu dari dunia. Kalau kamu belum bisa mengolah postingan ‘hidup enak orang lain’ menjadi motivasi hidup, ada baiknya kamu memberi sedikit jarak. Mental health itu penting!

ADVERTISEMENTS

2. Melakukan berbagai kegiatan yang produktif.

Tidak perlu memaksakan diri untuk terlihat sibuk, tapi pastikan setiap kegiatan yang kamu lakukan itu sebagai salah satu media stress healing. Misalnya, menyanyi, walaupun penulis sangat sadar dunia akhirat memiliki suara yang jauh dari kategori merdu, enak, sedang, cukup atau okelah dalam hal tarik suara, namun bernyanyi dapat penulis jadikan sebagai salah satu caranya. Kegiatan yang kamu lakukan akan lebih baik jika berupa kegiatan produktif yang bisa menjadi baby steps menuju target masa depan. Kamu hobi menulis?

Tulislah berbagai hal yang kamu suka. Hobi memasak dapat kamu lakukan misalnya dengan menciptakan resep-resep bombastis rumahan dengan harga terjangkau. Membaca, olahraga, atau belajar melalui platform belajar daring yang tersedia juga sangat produktif untuk mengisi waktu dengan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.

ADVERTISEMENTS

3. Ajak dirimu mengobrol.

Membaca buku-buku motivasi, atau sekadar membaca quotes penyemangat bisa dijadikan teman ketika refleksi diri. Membaca quotes adalah salah satu hal yang penulis sukai, karena kadang kala, hati kita menyangkal hal-hal yang menyakitkan hati, memaksa perasaan untuk dipendam dan setiap amuk untuk diredam. Padahal, akan terasa lebih lega apabila diakui dan dikeluarkan saja. Seringkali penulis secara random menemukan quotes yang pas dan menohok hati!

Saya hanya tertawa dalam hati sambil berkata ‘kurangajar’ atau ‘kok pas banget sih’—dan seketika itu juga diri saya menasehati sambil berkata ‘yaudahlah ya, gapapa’, ‘yuk, sabar yuk’ atau ‘kuat ya, nanti ada masanya’.

ADVERTISEMENTS

4. Menata semangat diri untuk bangkit dari kesulitan.

Yap, mirip seperti tips sirkel pertemanan, kita tidak boleh selamanya terpuruk dalam kesulitan. Sesulit apapun hidup yang diberikan kepadamu, tidak akan berubah secara simsalabim tanpa kamu mengupayakan apa-apa. Hidupmu akan berubah menjadi lebih baik, hanya apabila kamu berupaya untuk merubahnya.

Menata semangat dapat kamu mulai dengan menargetkan hal-hal kecil, seperti apa yang harus kamu capai dalam skala harian. Hal ini akan mendorong dirimu untuk merasa tetap berarti dan bermanfaat walaupun ditengah masa quarter life crisis yang sulit.

ADVERTISEMENTS

5. Tetap berdoa kepada sang Kuasa.

Terakhir, sudah pasti sebagai manusia ciptaan-Nya, kita tiada daya upaya lain selain mengharap kemudahan-Nya. Tuhan telah menjanjikan kita, tidak akan membebani diluar kemampuan umatnya. Maka, yang harus kita lakukan adalah beribadah, berdoa dan yakin atas yang dijanjikan Tuhan. Percayalah segala yang dihadapkan kepada kita merupakan ujian naik kelas menjadi manusia yang lebih baik dan lebih kuat lahir batin.

Apa-apa yang sudah ditakdirkan menjadi milik kita, tidak akan menjadi milik orang lain. Jadi, jangan terburu-buru, jangan terlelap meratapi kesulitan. Yuk, semangat! Banyak rejeki tersembunyi yang harus kita cari, masih banyak impian yang memanggil untuk digapai! Terakhir, coba dengarkan lagu Chloe Adams yang berjudul Pretty on the Inside dan India Arie berjudul This to shall Pass, semoga energi optimisnya tersalurkan, ya!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Sejak 2015 mempublikasikan beberapa tulisan di media cetak Sumatera Ekspress, Tribun Sumsel dan Sriwijaya Post. Hobi membaca, menulis dan mengamati hidup. Saat ini, sibuk belajar menghidupi hidup.