Kami dipertemukan dalam satu kelas perkuliahan. Seringkali berada dalam satu kelompok tidak lantas membuat kami dekat karena perbincanganku dengannya hanya sebatas tugas yang harus diselesaikan. Tapi semua berubah saat kami dipertemukan dalam satu tema skripsi dengan dosen pembimbing yang sama. Perjuangan kami hanya dilakukan berdua. Sejak itu kami jadi tak terpisahkan dari pagi hingga malam menjelang
ADVERTISEMENTS
1. Kami Berjuang Sepenuh Hati demi Menggapai Mimpi
Jika skripsi adalah ujian, maka dia adalah keajaiban yang Tuhan kirimkan. Seorang mahasiswi yang tak pernah lelah berjuang. Tidak pernah sekalipun dia melontarkan keluhan bahkan di tengah keputusasaan. Selalu menyunggingkan senyuman penuh kedamaian. Setiap kali aku sampai di titik jenuh, dia selalu datang membawa semangat penuh keyakinan.
ADVERTISEMENTS
2. Caranya Menghormati Merupakan Penghargaan Tertinggi pada Kami yang Berpuasa
Selama Ramadhan kami masih berkutat dengan banyak kesibukan. Seharian kami terkurung di laboratorium untuk menyelesaikan pekerjaan. Tapi yang mengherankan tidak pernah sekalipun dia makan. Hanya sesekali meneguk minuman, itupun di tempat tersembunyi yang tidak terlihat orang. Setiap kali ku tanyakan, dia menjawab akan makan bersamaku ketika adzan maghrib berkumandang. Meskipun pernah sesekali dia ingin makan, dia akan pamit dengan sopan.
ADVERTISEMENTS
3. Menjelang Berbuka, Dia Siap Mengantar Berburu Makanan
Menjelang berbuka, dia siap mengantar kemana saja. Aku bisa meminta sesuai keinginan, dia tidak akan segan mengantarkan. Karenanya setiap hari aku bisa berbuka dengan menu berbeda. Hal yang sebelumnya jarang aku rasakan karena tidak membawa kendaraan. Biasanya aku harus puas dengan membeli makanan di sekitar kos dengan menu yang kurang beragam.
ADVERTISEMENTS
4. Saat Harus Bekerja Malam, Dia dengan Sabar Menunggu sampai Shalat Tarawih Selesai Dilaksanakan
Saat pagi hari laboratorium ramai digunakan oleh banyak orang. Bekerja di malam hari harus rela kami lakukan karena deadline skripsi yang kian mencekam. Berbagai cerita seram tidak kami hiraukan. Suara yang kemudian sayup-sayup terdengar atau angin yang tiba-tiba berhembus padahal tidak satupun jendela atau pintu terbuka. Kami memilih diam dan meyimpan cerita untuk keesokan harinya. Meski diburu waktu, dia tidak pernah sekalipun memaksaku untuk melewatkan shalat tarawih berjamaah. Tidak jarang dia mengingatkanku untuk tepat waktu dalam beribadah.
ADVERTISEMENTS
5. Menginap di Laboratorium Menjadi Agenda Harian
Pengalaman malam sebelumnya cukup menakutkan. Beruntung malam selanjutnya kami ditemani lebih banyak pasukan. Teman-teman yang sudah lebih dulu menyelesaikan skripsi datang memberi bantuan. Kami menginap di laboratorium dengan hanya berbekal mukena, sajadah, jaket, koran serta nyanyian sumbang. Ketika waktu semakin beranjak malam, rasa kantukpun menyerang. Kami sudah mulai lelah dan memutuskan tidur bergiliran. Tapi ada juga yang memilih untuk begadang. Ketika waktu sahur tiba, kami memutuskan keluar untuk mencari makanan. Ketika itu tersadar bahwa suasana kampus sangat mencekam. Hanya ada kami dan bapak Satpam. Setelah berputar-putar akhirnya kami memutuskan satu menu sahur meski tidak terlalu berselera makan.
ADVERTISEMENTS
6. Ketika Butuh Hiburan, Dia Menawarkan Diri untuk Memilihkan Baju Lebaran
Di tengah kejenuhan, dia mengajakku membeli baju lebaran. Aku kaget karena hal itu belum sempat terlintas di pikiran. Aku terlalu sibuk menghitung hari dimana skiripsi ini bisa terselesaikan. Mungkin kami memang butuh hiburan, jadilah kami berburu baju lebaran. Dia begitu semangat memilihkan baju yang sesuai. Beruntungnya kami memang memiliki banyak kesamaan dari soal makanan kesukaan hingga baju yang jadi pilihan. Kami bahkan pernah membeli baju yang persis sama, aku menggunakannya ketika shalat dan dia menggunakannya ketika beribadah di gereja.
7. Ketika waktu yang Tersisa Semakin Mengkhawatirkan, Dia Membuat Keputusan yang Mencengangkan
Kami hanya punya waktu tiga minggu sebelum sidang terakhir dilaksanakan. Tiga hari sebelum lebaran, dosen pembimbing meminta kami untuk mengulang salah satu penelitian. Laboratorium sudah ditutup dan aliran listrik sudah diputus. Rasanya aku sudah tidak sanggup untuk melanjutkan. Aku pupus harapan. Di tengah keputusasaan temanku mengatakan suatu hal yang mencengangkan
“Ayo kita selesaikan skripsimu dulu, kamu harus lulus semester ini. Aku bisa menunda kelulusanku toh ada beberapa mata kuliah yang masih perlu ku ulang.”
Aku terkejut mendengarnya sekaligus tidak percaya. Kami memulainya bersama, maka kami harus menyelesaikannya bersama di waktu yang tidak berbeda. Berkat semangatnya aku bisa kembali bangkit, harapan itu masih ada. Aku tidak boleh membiarkannnya berjuang sendiri. Sudah begitu banyak rintangan yang sanggup kami lalui. Kami sudah melangkah sejauh ini, karenanya kami tidak akan berhenti.
8. Perjuangan itu Terbayar Ketika Kami Berhasil Menggenggam Kelulusan
Kami sudah berjuang penuh selama enam bulan. Dua bulan pertama kami berkutat dengan jurnal dan perpustakaan. Dua bulan berikutnya kami berkutat dengan darah dan obat-obatan. Setiap hari membeli makanan untuk berpuluh-puluh kelinci dan membawanya ke lantai empat gedung fakultas. Setiap minggu membersihkan kandang mereka dan merawat kelinci-kelinci itu agar tidak terjangkit penyakit hingga mampu bertahan hingga akhir penelitian. Dua bulan terakhir berkutat di laboratorium yang menjenuhkan. Akhirnya perjuangan itu terbayar. Kami berhasil sidang dan dinyatakan lulus beberapa hari sebelum yudisium dilaksanakan.
9. Terima Kasih Tuhan, Aku Tidak Hanya Meraih Kelulusan tapi Juga Mendapat Saudara Seperjuangan
Kami mungkin berbeda, tapi kami berjuang untuk kebaikan yang sama. Kami saling menghormati perbedaan. Bagi kami, keyakinan bukan alasan untuk menyulut perdebatan yang bisa menyebabkan perpecahan. Meski dia bukan saudara dalam keimanan, dia adalah saudara dalam meraih impian. Dia salah satu anugerah terbaik yang pernah Tuhan hadirkan.
10. Darinya Aku Belajar Tentang Ketulusan dan Kesabaran.
Dia adalah orang paling sabar yang pernah aku temui. Tak pernah sekalipun dia mengatakan hal yang menyakitkan hati. Tutur katanya sangat halus. Gemar membantu orang lain dengan tulus. Juga kesederhaannya dalam menentukan kriteria idaman. Menjaga diri dan hati untuk calon pendamping halal. Dia tidak menginginkan seorang pria tampan yang tidak memalukan jika diajak jalan-jalan. Atau pria pandai dengan prestasi segudang. Atau pria mapan yang sanggup memenuhi kebutuhan. Jika dia mau tentu pria semacam itu tidak sulit dia dapatkan. Tapi dia lebih memilih seorang pria dengan pemahaman agama mendalam yang akan dengan sabar membimbingnya menuju kebaikan. Apalah arti harta, tahta, dan jabatan jika kamu punya seorang calon pendamping yang tidak akan membuatmu malu jika kelak berhadapan langsung dengan Tuhan. Selamat kawan, semoga jalanmu menuju gerbang pernikahan selalu diberi kemudahan. Di sini aku sudah tidak sabar menunggu undangan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.