Lakukan 5 Hal Ini untuk Detoksifikasi Mental. Biar Hidup Tetap Waras di Masa Depan

Detoks mental agar hidup bahagia

Belakangan ini topik tentang kesehatan menjadi perbincangan yang cukup hangat. Ditambah dengan banyaknya kasus-kasus penemuan penyakit mental baru, dan orang-orang yang berjuang melawan depresi ataupun penyakit mental yang sedang dihadapi. Tidak dapat dipungkiri juga tantangan hidup, tekanan sosial, ataupun tuntutan sekeliling kita dapat menjadi pemicu stres. Bahkan terkadang hal-hal sepele pun tanpa disadari dapat menganggu kesehatan mental kita seperti komentar orang lain dan sebagainya.

Untuk itu yuk coba menerapkan 5 hal sederhana di bawah ini sebagai langkah detoksifikasi mental dan memperkuat imunitas kita dalam menangkal racun-racun. Sebelum racunnya menyebar ke seluruh tubuh dan kita terlambat untuk mengobatinya.

ADVERTISEMENTS

1. Jangan biasakan diri bergantung pada orang lain, agar terhindar dari racun kecewa

Jika kau lelah dan ingin bersandar, bersandarlah pada orang yang tepat

Jika kau lelah dan ingin bersandar, bersandarlah pada orang yang tepat via https://media.istockphoto.com

Memang benar bahwa manusia itu adalah makhluk sosial, jadi kita tidak bisa melakukan segala sesuatunya seorang diri. Tapi bukan berarti itu dijadikan alasan untuk terus bergantung pada orang lain. Jangan biarkan kita tidak terbiasa sendiri, dan seolah kalau mau apa-apa harus dibantu orang lain kalau nggak kita nggak bisa. Kenapa? Karena manusia itu bukan makhluk sempurna dan punya banyak keterbatasan.

Jadi kemungkinanya itu besar untuk kita bisa dikecewakan orang lain. Keseringan dikecewakan membuat akar pahit dalam diri kita, yang lama-kelamaan menjadi penyakit. Kita sulit percaya pada orang lain, kita mengeneralisasi bahwa semua orang sama dan sebagainya. Akhirnya itu berujung kita merasa sendirian, kehadiran orang-orang tidak berguna dan membuat kita lelah dengan kehidupan.

So, coba untuk menyelesaikan segala sesuatunya sendiri, kalau ada yang bisa menolong bersyukurlah, tapi kalau tidak pun kita tetap bisa survive 🙂

ADVERTISEMENTS

2. Tangkal racun sakit hati dengan berhenti mengharapkan kebaikan kita dibalas dengan setara

Karena tidak semua orang memiliki kebaikan hati yang sama

Karena tidak semua orang memiliki kebaikan hati yang sama via https://www.longevitylive.com

Racun yang kedua ini sering banget menyerang. Sebenarnya saat kita berbuat baik pada orang lain, kita tidak mengharapkan pamrih dalam bentuk apapun. Tapi ada kalanya kebaikan kita malah dibalas dengan perbuatan yang tidak menyenangkan. Seperti peribahasa yang pernah ada “air susu dibalas air tuba” atau “kacang lupa kulitnya”. Sebagai manusia tentunya wajar jika kita merasa sakit hati.

Namun, masalah yang lebih berat adalah ketika kita berharap orang lain juga memperlakukan kita dengan sama. Contoh sederhana ketika teman ulang tahun kita selalu mengucapkan atau memberikan kado, dan tanpa disadari timbul dalam hati kita pikiran bahwa “kalau gue ulang tahun dapat apa ya?” dan ternyata teman kita bahkan lupa hari ulang tahun kita, lalu berujung sakit hati. Padahal hal itu tidak seharusnya membuat kita sakit hati.

Ketika berbuat baik, coba landaskan dengan keihklasan, dengan begitu kita ga perlu membandingkan apa yang sudah kita lakukan untuk orang lain, dan apa balasan orang lain pada kita. Kalau perlu jangan ingat semua kebaikan yang sudah pernah kita lakukan dan biarkan Tuhan saja yang mencatatnya.

ADVERTISEMENTS

3. Minimalkan resiko racun kesombongan dengan tidak mudah puas diri dan melatih sikap empati pada orang lain

Arrogance is used by the weak ~

Arrogance is used by the weak ~ via https://media.bizj.us

Ini adalah tantangan bagi generasi milenial. Rasa percaya diri yang terlalu tinggi jika tidak di kontrol dengan baik, bisa membuat kita merasa sudah paling hebat lalu berpuas diri dan berujung pada kesombongan.

Orang yang sombong, biasanya merasa orang lain tidak setara dengan dirinya. Sehingga menyebabkan ia sulit menemukan orang yang dianggap layak untuk dirinya. Dan juga orang-orang malas berteman dengan orang sombong.

Percaya diri itu baik, tapi kita juga harus melihat orang-orang yang “diatas” kita. Coba refleksi diri dan gali potensi apa lagi yang masih harus kita kembangkan agar tidak cepat puas diri. Dengan terus belajar tentunya juga akan menambahkan nilai diri kita. Coba juga menghargai perjuangan orang lain.

Mungkin ada orang-orang yang harus berjuang mati-matian untuk mendapatkan apa yang kita punya. Jadi tetaplah rendah hati dan membantu orang lain. 

ADVERTISEMENTS

4. Unlimit Yourself! Jangan batasi kemampuan dirimu karena terserang racun takut dan mudah menyerah

Your wings already exist, all you have to do is fly

Your wings already exist, all you have to do is fly via https://www.thepeoplesfriend.co.uk

Racun ini adalah kebalikan dari rasa percaya diri yang terlalu tinggi, yaitu rasa takut dan mudah menyerah. Sebenarnya ini berakar dari rasa rendah diri. Kita mampu melakukan banyak hal, namun kita membatasi diri dengan tidak mau mencoba terlebih dahulu, atau baru dicoba tapi sudah menyerah dan bilang tidak bisa.

Ini bisa di dinetralisir dengan cara terus memberikan tantangan pada diri kita sendiri. Sekecil apapun tantangan yang ada coba diambil dan dihadapi. Kalau kita merasa butuh mentor atau tutor, diskusikan dengan orang-orang yang lebih ahli dalam bidangnya. Bisa juga bergabung dengan komunitas atau berkumpul dengan orang-orang positif yang bisa mendukung kita untuk berkembang.  

ADVERTISEMENTS

5. Mencintai diri sendiri dan selalu bersyukur, dengan begitu kita akan terbebas dari racun iri hati

Be thankful for the blessings of the little things.

Be thankful for the blessings of the little things. via https://miro.medium.com

Bagian ini adalah yang terakhir sekaligus juga terberat. Mayoritas orang mengalami stress atau depresi diawali dengan ketidakmampuan untuk menerima dan mencintai diri sendiri. Mungkin saja karena  memiliki keterbatasan secara fisik, akademis, finansial atau hal lainya. Terkadang, terlalu fokus dengan keterbatasan yang ada membuat kita sulit merasa bersyukur atas apa yang kita miliki.

Pada kondisi tersebut kita akan menjadi sasaran empuk dari racun iri hati. Kita jadi susah melihat orang lain senang (karena merasa diri paling menderita), dan senang melihat orang lain susah (karena akhirnya orang bisa merasakan yang kita rasakan).

Akhirnya kita jadi mudah iri dengan kehidupan orang lain. Hal tersebut akan semakin memperburuk kesehatan mental kita. Iri hati juga membuat kita semakin memandang negatif diri sendiri dan kehidupan kita.

Untuk itu sebelum racun itu menyebar, coba kita sering-sering melihat sekeliling kita, ternyata banyak hal-hal baik dan berkat-berkat yang sudah kita terima. Jangan persempit hal baik tersebut sebatas uang, barang atau kecantikan. Tapi bisa jadi itu berupa kesehatan, teman-teman yang menerima kita apa adanya, keluarga yang selalu siap sedia. Rekan kerja yang koperatif dan tidak saling menjatuhkan, atasan yang perhatian, dan banyak lagi. 

Dengan fokus pada hal-hal baik tersebut, kita akan mudah bersyukur atas kehidupan kita. Setelah bersyukur tentunya kita punya banyak alasan untuk mencintai hidup yang kita jalani. Kalau hidup kita sudah begitu menyenangkan lalu apa yang harus bikin kita stress? Hati yang gembira adalah obat bukan?

Jangan biarkan tubuh kita dipenuhi racun-racun yang seharusnya bisa kita buang jauh-jauh. Yuk sama-sama belajar dan menjaga mental kita selalu sehat, agar kita juga bisa membantu orang lain berjuang menyehatkan mental.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Hanya manusia biasa yang merasa lewat menulis ada banyak hal yang dapat kita bagikan kepada banyak orang.

Editor

Not that millennial in digital era.