Dear yang Selalu Membohongi Perasaan, Ini 6 Alasan Kamu Harus Jujur Sama Diri Sendiri

Jujur pada diri sendiri

Cinta merupakan anugerah yang luar biasa dari sang Pencipta. Cinta dapat memberikan energi yang luar biasa bagi para penikmatnya. Cinta bisa membuat orang menjadi dilema akan keadaan, entah harus menerima ataukah menolak kehadirannya.

Tak jarang, orang juga bisa berbohong akan kondisi hati yang sebenarnya. Ketika hati dan mulut berbeda pandangan soal cinta, disitulah terkadang kita dilemma dibuatnya.

Namun, sebagian orang akan melawan kata hatinya, entah karena ego, takut, menunggu waktu yang tepat dan lain sebagainya. Padahal, tidak ada salahnya kita berdamai dengan perasaan sendiri dan mencoba untuk mengikuti kata hati kita sendiri. Untuk kamu yang masih mencoba untuk membohongi perasaanmu, jujurlah.

ADVERTISEMENTS

1. Jujurlah, agar kamu tidak menyesal

Jujur, biar kamu gak nyesel

Jujur, biar kamu gak nyesel via http://pexels.com

Banyak orang menyesal karena berbohong terhadap perasaannya. Membohongi perasaan sendiri bisa menjadi sesuatu yang bakal disesali selamanya. Tidak ada salahnya mengungkapkan apa yang ada di dalam hati, bukan karena merasa apa yang coba diutarakan hati akan menjadi kebenaran mutlak, tetapi bentuk kejujuran terhadap diri sendiri.

Bukan juga perkara bakal sesuai atau tidak dengan keinginan hati, tetapi tentang mengatakan apa yang sebenarnya, agar tidak ada penyesalan di kemudian hari. Gak mau kan kamu menyesal di akhir, jangan sampai ada timbul ungkapan nasi sudah menjadi bubur. Jadi, supaya itu gak terjadi, mending jujur deh sama diri sendiri.

ADVERTISEMENTS

2. Jujurlah, karena hatimu bukan milik orang lain

Karena hatimu adalah milikmu sendiri

Karena hatimu adalah milikmu sendiri via http://pexels.com

Terkadang orang membohongi perasaannya karena omongan orang lain. Orang takut mengambil sikap karena terlalu takut akan omongan dari orang lain. Selalu ingat bahwa yang berhak untuk mengambil sikap adalah dirimu sendiri. Orang lain tentu berhak untuk memberikan pandangan terhadap posisimu, tapi mereka tidak berhak untuk mengatur hidupmu.

Hidup itu ibarat juga seperti permainan sepak bola, dimana penonton ataupun komentatornya pasti lebih hebat dalam menilai permainan daripada sang pemain sendiri. Tapi, sehebat-hebatnya komentator ataupun penonton sepakbola, mereka cuma bisa berkomentar, belum tentu mereka hebat ataupun bisa dalam bermain sepak bola.

Begitupula hidup dan hatimu, biar sebanyak apapun komentar dari luar, yang tau dan mengerti kondisi hati mu yang sesungguhnya adalah diri kamu sendiri. Percayalah dan berani untuk mengambil sikap sesuai nuranimu, jangan pernah risau akan penilaian dari orang lain. Ingat, hatimu bukan milik orang lain.

ADVERTISEMENTS

3. Jujurlah, karena ada hati yang mungkin menunggu untuk disambut

Sedang menunggu

Sedang menunggu via http://pexels.com

Ketika kamu mencoba membohongi perasaanmu dengan dalih-dalih tertentu, kamu juga harus tahu bahwa bisa jadi si dia juga melakukan hal yang sama, yaitu membohongi perasaannya.

Kalian bisa jadi berada dalam situasi yang sama, namun tidak ada yang berani mengungkapkan apa yang ada di dalam hati masing-masing, dan kalau sudah seperti itu, tentu kalian akan saling menunggu satu sama lain.

Bakal nyesek banget kan kalau kamu tahu bahwa sebenarnya dia juga menyimpan perasaan yang sama dengan kamu. Jadi, kalau kamu gak mau itu terjadi, mending ungkapin aja deh. Yakinkan perasaanmu bahwa si dia telah menunggu hatinya untuk diambil olehmu. 

ADVERTISEMENTS

4. Jujurlah, sebagai bentuk rasa percaya diri

Jujur itu percaya diri

Jujur itu percaya diri via http://pexels.com

Orang yang berbohong terhadap hatinya merupakan orang yang ragu dan tidak percaya diri terhadap pilihan dan keputusannya. Jujur terhadap pilihan hati merupakan bentuk rasa percaya diri yang tinggi, entah apapun hasilnya.

Jujur berarti kita berani untuk menyatakan sikap dan pilihan hati secara terbuka. Orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi tentu tidak akan ragu untuk bersikap, dia yakin bahwa apapun pilihan yang diambil, merupakan keputusan yang terbaik bagi dirinya.

Rasa percaya diri juga menunjukkan bahwa kamu juga telah dewasa secara emosional. Kamu juga tentu telah paham akan segala konsekuensi dari sikap yang kamu ambil. So, just tell the truth.

ADVERTISEMENTS

5. Jujurlah, karena waktu tidak akan menunggumu

Waktu terus berjalan

Waktu terus berjalan via http://unsplash.com

Banyak orang yang tidak mau mengungkapkan perasaan hatinya karena menunggu waktu yang tepat. Orang akan mencoba mengulur-ulur waktu untuk berani melawan kebohongan perasaanya. Namun, harus diingat bahwa waktu tidak bisa diputar ulang, waktu tidak seperti alunan rekaman lagu yang bisa diputar ulang kapan pun kita mau. 

Waktu tidak akan menunggumu sampai kamu siap, ia akan terus berjalan tanpa bisa dihentikan oleh siapa pun. Berapa banyak orang yang menyesal karena alasan menunggu waktu yang tepat.

Berapa banyak pula mereka yang ditinggal nikah oleh pujaan hati karena alasan menunggu waktu yang tepat. Jadi, jangan terlalu banyak menunggu, karena bisa jadi penantianmu akan berakhir duka.

ADVERTISEMENTS

6. Jujurlah, agar kamu bisa berdamai dengan keadaan

Karena damai itu tenang

Karena damai itu tenang via http://unsplash.com

Kamu yang masih berbohong dengan perasaan tentu akan diliputi perasaan dilema, bingung antara harus mengatakan yang sejujurnya atau tidak. Kondisi hati yang seperti itu tentu juga tidak baik kalau didiamkan terlalu lama. Coba tanyakan ke diri sendiri, apa yang sebenarnya diinginkan oleh hatimu.

Berhenti mempermainkan perasaanmu sendiri, jadilah pribadi tangguh yang tidak takut untuk mengutarakan yang sebenarnya. Jangan pernah takut dan lari menghadapi kegalauanmu. Berdamailah dengan hatimu, maka kamu pasti akan berdamai dengan keadaan.

Tentu pada akhirnya, jika sudah berbicara perihal jodoh, itu merupakan ranah Tuhan Yang Maha Kuasa. Tapi, sebagai insan manusia, kita juga harus tetap berusaha dan berdoa, dan apapun hasilnya, dibawa happy aja, hehe.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Sang pemimpi dari Sumbawa, yang kalau makan, minumnya Tropical Tea, hobby baca dan travelling :-)

Editor

Not that millennial in digital era.