Aku Memang Bukan yang Pertama Hadir, Tapi Dapatkah Aku Menjadi Penghuni Terakhir?

Tentang sebatas angan yang dipaksakan

Tak jarang aku membayangkan menjalani hari dengan senyuman lebar bersama orang yang kucinta. Segala kesukaran hidup tampaknya akan sirna, tergantikan oleh raut muka ceria yang ternginang di kepala. Namun aku menyadari, bahwa aku masih perlu melangkah begitu jauh sebelum dapat meraihnya, itu pun jika ada masih ada untukku jalan yang terbuka.

ADVERTISEMENTS

1. Mengenalmu berarti menggaungkan namamu tanpa henti

Photo by Alex Green from Pexels

Photo by Alex Green from Pexels via http://https

Segala sesuatu rasanya dapat berjalan begitu normal sebelumnya, tepatnya ketika aku belum pernah mengenalmu. Namamu selalu muncul secara otomatis di setiap waktu di dalam pikiran, bahkan ketika aku sedang tidak ingin memikirkannya sekalipun.

Itu sungguh menggangguku beraktivitas setiap hari. Namun di sisi lain, itu juga membuatku semangat untuk memperbaiki kualitas diri.

ADVERTISEMENTS

2. Kamu hanyalah manusia biasa, tapi kamu terlihat berbeda bagiku entah mengapa

Photo by Dương Nhân from Pexels

Photo by Dương Nhân from Pexels via http://https

Ini bukan pertama kalinya aku memendam perasaan romantis untuk seseorang, jadi seharusnya aku sudah terbiasa untuk menghadapi perasaan semacam ini.

Namun nyatanya, semakin aku berusaha untuk memandangmu dengan biasa, semakin banyak pula hal mengagumkan lainnya yang aku temukan di dalam dirimu.

Aku akui, aku kalah dalam permainan mengelola perasaan, dan angan tentang memilikimu adalah pemenangnya.

ADVERTISEMENTS

3. Angan untuk memiliki, tampaknya hanyalah ambisi untuk menyakiti diri sendiri

Photo by JESSICA TICOZZELLI from Pexels

Photo by JESSICA TICOZZELLI from Pexels via https://www.pexels.com

Sudah berminggu-minggu kita bertukar cerita. Sudah berkali-kali pula kita bertatap muka. Namun aku merasa bahwa aku hanya sedang berlari di tempat; telah menghabiskan banyak tenaga, namun tak kunjung melihat titik cerahnya.

Suatu ketika, kuberanikan bertanya padamu tentang apa yang sebenarnya kamu inginkan. Secara tersirat, kamu menegaskan padaku bahwa kamu tidak ingin menjalin hubungan yang mendalam dengan siapa pun. Aku berusaha mencerna kalimat itu sebaik mungkin.

Apakah kamu sedang berusaha mengatakan padaku bahwa kamu tidak tertarik denganku? Atau mungkin, sudah lebih dulu ada seorang lainnya yang beruntung yang kamu persilakan hadir? Ataukah kamu pernah mengalami hubungan yang berakhir dengan begitu buruknya sehingga membuatmu trauma? Entahlah, hanya kamu seorang yang tahu faktanya.

Meskipun sudah jelas kamu berkata seperti itu, angan untuk memilikimu masih saja bersikukuh untuk dipenuhi. Betapa bodohnya aku.

ADVERTISEMENTS

4. Jika trauma masa lalu adalah faktor penyebabnya, maka akan aku buktikan bahwa aku berbeda

Photo by Tim Samuel from Pexels

Photo by Tim Samuel from Pexels via http://https

Tak perlu khawatir untuk membuka hati lagi, aku akan berusaha membuatmu percaya bahwa aku adalah seorang yang layak untuk dinanti. Perlahan tapi pasti. Maka ijinkanlah aku untuk masuk, memenuhi lini yang belum terisi.

Namun aku perlu mengingat bahwa trauma hanyalah satu dari tiga kemungkinan. Tak apa, tak ada salahnya mencoba. Lagi-lagi, aku kalah dalam permainan mengelola perasaan, dan angan untuk memilikimu adalah pemenangnya.

ADVERTISEMENTS

5. Tetap setia menaruh hati, sekalipun nanti ribuan kali tersakiti

Photo by Masha Raymers from Pexels

Photo by Masha Raymers from Pexels via http://https

Layaknya sebuah film romansa yang kamu rekomendasikan padaku untuk ditonton, aku akan mencintaimu dalam diam sekalipun itu menyakitkan. Aku tetap akan mampu bersikap baik padamu sekalipun itu tak dilihat oleh kedua matamu.

Berulang kali aku mengatakan padamu bahwa aku menyukai film itu karena jalan ceritanya sangat sesuai dengan apa yang aku alami. Tapi tampaknya kamu tidak menangkap pesan yang aku maksudkan.

Atau mungkin, sebetulnya kamu sadar tapi memilih untuk tidak peduli? Sekali lagi, hanya kamu seorang yang tahu faktanya. Namun yang jelas, aku akan tetap berusaha hingga nanti, ketika aku sudah merasa tak sanggup lagi, entah kapan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang mahasiswa tingkat akhir yang lagi skripsian. Suka berbagi informasi seputar kesehatan mental dan komunikasi interpersonal, serta hal-hal lain yang masih relevan. Lebih suka menuangkan isi kepala ke dalam tulisan karena lebih enak aja gitu.