Ada luka dalam kebersamaan, ada tangis dalam senyum yang manis dan ada tawa dalam setiap perjuangan. Begitupun antara aku dan ibu terbit puing-puing cahaya kenangan yang terbungkus dalam memori dan kini aku ingin memecahkannya untuk mengingatnya kembali. Ibu yang tetap menjadi pendoa untukku izinkan aku membuka lembaran kenangan kita dulu hingga kini.
ADVERTISEMENTS
1. Inginku berlari mengejar mimpi, namun aku juga ingin selalu bersamamu, ibu
Aku mempunyai mimpi yang teramat besar bahkan begitu banyak yang harus aku tuntaskan demi mewujudkan mimpiku ini. Pernah ku ingin menyatakan kepada ibuku bahwa aku ingin berhenti bekerja demi fokus mewujudkan mimpiku. Namun, harus ku pendam dalam-dalam mimpiku ketika melihat ibuku menangis dalam doanya. Sepertinya bukan saatnya untuk mengungkapkan keinginanku, aku tidak ingin membuat air mata ibu semakin deras hanya karena ke egoisanku. Karena aku tahu hanyalah aku kini satu-satunya harapan ibu untuk bisa membantu perekonomian keluarga.
Mungkin nanti ada waktu yang tepat untuk mengungkapkan keinginanku ini pada ibu meski semangat mewujudkan mimpiku ini sekarang lagi menggebu-gebunya. Karena aku sadar, ada saatnya kamu harus memilih antara diam, melanjutkan perjalananmu, demi kebahagiaan orang lain siapapun itu atau kamu keluar, mengawali perjalananmu, demi tercapainya mimpimu yang sesungguhnya itu.
ADVERTISEMENTS
2. Ada kalanya aku hanya ingin menangis di depanmu ibu tanpa kau tahu penyebabnya
Ibu adalah energi terbesar buatku, bersamanya aku laksana mentari yang tersenyum dari malu-malu, laksana embun menetes menyejukan meski telah melewati malam yang kelam, bahkan laksana senja meski akan tenggelam bersama malam. Karena didekatmu ibu, semangatku menjadi membara, menularkan senyum yang terbiaskan ketulusan dan hanya bersamamu luka menjadi tawa.
Pernah aku menangis sejadi-jadinya kepada ibu melalui telepon. Semakin ibu bertanya air mataku semakin deras menetes, semakin ibu khawatir dan menyuruhku untuk jangan menangis aku semakin terisak dalam bungkam menahan jerit. Dan aku hanya memberitahu ke ibu bahwa ku baik-baik saja. Akhirnya diujung perbincangan seperti biasa ibu mendoakanku dan menyemangatiku lalu kuusap tangisku dalam kesendirian bersama angin sepi yang membelai mesra.
ADVERTISEMENTS
3. Kemarahan yang kau tuangkan dalam tangis adalah kesakitanku ibu
Masih teringat jelas betapa aku nakalnya dulu. Pulang malam demi menyelesaikan tugas sekolah namun lupa izin padamu ibu hingga kau khawatir dan menangis depan rumah bahkan langit pun sudah lebih dulu menangis sejak sore tadi. Hingga kau hanya bisa mematung depan rumah berteman kekhawatiran, mungkin jika tidak hujan kau nekad berlari menepis angin malam hanya demi mencari anakmu ini yang sudah menyayat hatimu ibu. Meski marah, kau tetap memelukku erat untuk jangan pergi jauh-jauh. Maafkanku ibu selalu membuat hatimu getir.
ADVERTISEMENTS
4. Kau hadir dan mengumbar senyum bangga saat pencapaian impian pertamaku.
Hal yang pertama kita hadirkan dalam kesuksesan pastilah orang tersayang baik itu orangtua, kekasih dan lain-lain. Betapa bahagianya dulu selain melihat ibu tersenyum bahagia kala namaku disebut diatas panggung sebagai juara UN (Ujian Nasional) terbaik kedua di sekolah. Pelukan hangat dan tangisan haru dari ibu, meski gerimis merintih diam-diam tak ubahnya menghalangi langkahku bersama ibu menikmati kebahagian kala itu. Kebahagiaan orangtua memanglah tiada duanya bagi seorang anak. Sejatinya kebahagiaan orangtua yang sesungguhnya adalah keberadaan kita disisinya.
ADVERTISEMENTS
5. Aku rindu alunan shalawatmu Ibu.
Dulu, kala senja mulai tenggelam dan bintang mulai bermunculan dilangit nan kelam. Di gubuk kecil itu, aku terdiam duduk disamping ibu sembari menggenggam buku iqra. Kudengar alunan shalawat dari ibuku yang sembari menggendong adikku yang kala itu masih bayi agar terlelap tidur. Ibuku memang pandai bershalawat didukung dengan suaranya yang bagus namun sayang tidak menurun kepada anaknya yaitu aku. Meski malam dingin, namun alunan shalawat dari ibu mampu memecahkan dinginnya malam itu dan membuat adikku terlelap tidur.
Terima kasih ibu atas cintamu yang tak bersyarat. Terima kasih ibu atas rindumu yang tak tenggelam. Dan terima kasih ibu atas doa-doamu yang tak terpatahkan. Mungkin sekarang kita berjauhan, aku yakin suatu saat kita bisa melewati hari bersama. Menyapa mentari pagi dengan senyum bersama hingga menunggu senja diujung waktu dalam hembusan nafas yang sama.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”