Pernahkan kamu memikirkan dirimu sendiri melebihi orang lain di sekitarmu? Ekspektasi berlebih untuk selalu dianggap lebih baik, dipuji dan diakui? Bahkan enggan dikritik ketika berdebat dengan seseorang? Jika pernah mengalaminya, mungkin saja tanpa kamu sadari kamu memiliki kepribadian narsistik.
Yuk kenali ciri-cirinya dan bagaimana cara mengatasinya
ADVERTISEMENTS
1. Berekspektasi tinggi pada diri sendiri tanpa menyadari realita yang sebenarnya terjadi
Bermimpi mengenai kesuksesan, kecantikan, hingga semua hal yang mendekati kesempurnaan, siapa yang tidak pernah memimpikannya? Tentu kita semua pernah memimpikannya. Namun yang menjadi masalahnya adalah jika hal-hal tersebut menjadi terpatri di dalam diri dan membuat kita berekspektasi tinggi pada diri sendiri hingga dapat menimbulkan obsesi.
Bagaimana caranya mengetahui bahwa kita telah berekspektasi tinggi melampaui realita yang sebenarnya terjadi? Sebagai contoh kamu menginginkan pencapaian dengan menjadi Direktur Termuda dan memiliki perusahaan terbesar se-Indonesia, memiliki kekayaan serta aset yang tak terhitung jumlahnya.
Sepertinya tak ada yang salah memimpikannya, bukankah sah-sah saja bermimpi besar? Namun cobalah lihat dirimu terlebih dahulu, jika rutinitas harianmu hanya bertahan di zona nyaman, rebahan sambil memikirkan wacana-wacana yang tak kunjung dilaksanakan, cobalah pikirkan sekali lagi saat kita bermimpi besar bukankah kita juga harus bertindak jauh lebih besar dan sudahkah kamu berpikir tentang tanggung jawabmu yang juga akan semakin besar?
Bukankah berekspektasi tinggi dengan tidak diimbangi dengan pengembangan diri itu tidak baik untuk dilakukan?
ADVERTISEMENTS
2. Merasa marah dan malu merespon kritik yang dilontarkan orang lain
Merasa marah ataupun malu saat menerima kritik dengan alasan penghinaan terhadap diri sendiri? Tidak apa-apa, namun bagaimana jika sebenarnya itu adalah kritik yang dapat membangun? Kritik kerap kali ditujukan untuk seseorang yang bertindak melampaui ekspektasi orang lain.
Namun kita seringkali angkuh dan mengedepankan amarah ketika di kritik oleh orang lain, bahkan tak jarang kita malu ketika merespon kritik tersebut.
Sebagai contoh jika orang lain mengkritikmu karena kamu tidak pandai mengendarai sepeda motor disaat banyak sekali orang yang bisa mengendarainya, tidak usah marah atau merasa malu dalam meresponnya, namun tetaplah percaya diri dan katakan saja dengan apa adanya, bahwa kamu lebih nyaman berjalan kaki atau berkendara menggunakan sepeda dan jika berpergian jauh kamu lebih memilih naik transportasi umum saja.
Meski sulit pada awalnya, namun cobalah untuk menerima kritik yang orang lain katakan tentangmu, bukan karena kamu menerima diremehkan dalam semua hal yang kamu lakukan, namun cobalah pikirkan sisi positifnya.
Orang lain mungkin akan menilaimu sesuai tindakan dan ucapanmu, mereka cenderung tak mau tahu siapa sebenarnya dirimu. Namun ingat respon negatif dalam bentuk apapun hanya akan berdampak buruk pada dirimu sendiri.
ADVERTISEMENTS
3. Pengakuan dan pujian adalah perasaan terbaik yang selalu diharapkan
Kamu menawan dan cantik bak seorang aktris Korea Selatan. Wah siapa yang tidak melayang mendapat pujian? Ada kalanya pujian memang diperlukan untuk menambah kepercayaan diri seseorang “kamu istimewa, kamu pasti bisa menaklukannya” adalah salah satu contohnya.
Pujian memang bersifat relatif bagi setiap orang, namun bagaimana jika pujian membuat kita ketergantungan dan haus akan perhatian dari seseorang? Seolah perasaan terbaik di dunia adalah mendapatkan pengakuan dan dipuji-puji orang.
Bagaimana cara mengatasi agar diri tidak terlena dengan pujian?Jika seseorang memujimu, ingatkan dirimu bahwa kamu tak se-sempurna tanggapan mereka padamu. Dengan mengucapkan terima kasih sambil tersenyum tipis dapat diindikasikan kamu menghargai pujian seseorang lho.
Dan justru dengan mengatakan apa yang menjadi kelebihanmu panjang lebar, tentu akan menjadi ketidaknyamanan bagi seseorang yang semula tulus memujimu, tiba-tiba merasa tak nyaman karena kamu menanggapinya berlebihan.
ADVERTISEMENTS
4. Berekspektasi tinggi pada orang lain untuk selaras dan sepaham
Karena ekspektasi yang tinggi pada diri sendiri, secara tidak langsung itu pun mempengaruhi ekspektasi kita terhadap orang lain baik untuk sama dalam hal pemikiran maupun tindakan.
Namun benarkah itu tindakah yang tepat untuk dilakukan? Kamu mungkin berpikir bahwa kamu jauh lebih cerdas dan berpengalaman mengetahui isu-isu sosial dan Internasional dan menganggap orang lain yang tidak paham adalah orang yang ketinggalan zaman.
Padahal orang lain yang tak mengerti hal-hal itu bisa jadi bukan karena enggan belajar namun bisa jadi karena beberapa faktor yang mungkin saja membuatnya memiliki keterbatasan dalam mengakses pengetahuan.
Daripada mencelanya karena tidak sepaham, berikan saja pengertian sederhana dengan membuat metafora setara dengan tidak membuatnya merasa kebingungan.
Siapa tahu kamu mampu belajar hal lain juga dari seseorang, kamu mengajarkan wawasan pengetahuan dan kamu diajarkan pengalaman kehidupan.
ADVERTISEMENTS
5. Proses instan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
Ketika kamu mengharapkan proses instan untuk mencapai hal yang kamu impikan, kamu cenderung menjadi pribadi yang tergesa-gesa dan tidak sabaran. Untuk mencapai sesuatu yang kamu harapkan tanpa pikir panjang kamu pun tak segan melakukan tindakan yang cenderung mengkhawatirkan.
Untuk impian seperti memiliki wajah halus, bebas jerawat dan berseri pun kamu menginginkan proses instan, dengan menggunakan produk skincare yang memiliki bahan tidak aman untuk pemakaian kulit dalam jangka panjang.
Padahal produk yang aman justru memiliki proses yang tidak bisa dibilang sebentar dan harus rutin digunakan untuk memberikan efek jangka panjang agar tidak menimbulkan ketergantungan.
Dan efeknya karena terlalu terburu-buru kamu menjadi tidak paham arti dari kedisiplinan. Kedisiplinan mengajarkan untuk terus melakukan sesuatu dengan rutin dalam rangka membuat seseorang menjadi pribadi yang lebih baik. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa kedisiplinan juga jalan menuju kesuksesan.
Hal ini tak hanya dalam hal perawatan wajah namun juga mengenai kebiasaan-kebiasaan baik lain yang juga patut di terapkan.
Memiliki kepribadian narsistik yang berlebihan bisa diindikasikan memiliki jenis gangguan mental atau yang sering disebut Narcissistic Personality Disorder yang ditandai dengan merasa diri sendiri lebih penting dari orang lain, memamerkan kesuksesan serta pencapaian, dipuji dan disukai banyak orang demi memenuhi keinginan berlebih untuk diperhatikan. Sementara, mengambil keuntungan dari orang lain demi kepentingan diri sendiri dan berujung pada semakin berkurangnya empati terhadap seseorang adalah masalah yang seringkali dapat mengganggu hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitar.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”