ADVERTISEMENTS
Aku tidak bisa berbohong ketika ditanya tentang siapa itu Tuhan. Di kepalaku, adalah sesuatu yang abstrak, tak bermuka, dan tak berbentuk apapun. Hitam kelam.
Aku dilahirkan dalam keluarga yang beragama. Orang tuaku memberikan pengertian tentang agama dan lainnya. Lingkunganku tumbuh besar dipenuhi dengan bermacam-macam agama. Tapi yah, berhubung aku tinggal di pulau Jawa, mayoritas orang di lingkunganku beragama Islam.
Semenjak usiaku lima tahun, aku sangat tertarik dengan hal-hal yang berbau agama. Aku adalah orang yang sering bertanya “Siapa sih Tuhan? Siapa ayahnya Tuhan?” dan lain-lain kepada orang-orang. Jawaban yang sering aku terima adalah “Tuhan itu tidak berorang tua dan jangan menyamakan Tuhan dengan ciptaan-Nya”. Sebenarnya dulu, aku ingin bertanya lebih lanjut “Kalau Tuhan tidak berorang tua, maka Tuhan itu berasal dari mana?”
Tapi selalu kuurungkan niatku untuk bertanya itu. Karena pasti jawaban dari pertanyaanku adalah dosa. Kamu berdosa hanya untuk berpikiran seperti itu.
Perjalananku dalam beragama dan melihat perbuatan orang-orang yang beragama, membuat kepercayaanku terhadap agama terkikis sedikit demi sedikit. Aku tidak tahu kenapa. Mungkin efek psikologis ketika melihat ketidakadilan yang bersifat kemanusiaan dilakukan oleh orang-orang yang membawa-bawa agama, membuat kepercayaanku terhadap agama mulai pudar. Ditambah lagi melihat aksi separatisme yang dilakukan segerombolan orang yang berlandaskan agama.
Aku sungguh sangat mengaggumi cerita para nabi ketika mereka mulai menyebarkan agama. Sikap mereka dalam menghadapi orang-orang yang tidak percaya dengan mereka dan betapa besarnya hati mereka. Ketika aku kecil, aku membayangkan bahwa orang beragama akan seperti itu. Tapi ekspektasiku lebih tinggi daripada kenyataanya, sehingga membuatku sedikit kecewa. Kepercayaanku hilang setelah itu et c'est la vie.
<>2. Di tengah-tengah orang yang beragama, pernahkah kamu berpikir mengapa kamu beragama?>Ketika ditanya, "Mengapa beragama?", mayoritas dari mereka menjawab karena orang tua mereka menyuruh mereka beragama dari kecil. Aku pun bertanya, "Lalu mengapa kalian masih beragama ketika kalian sudah dewasa?" dan jawaban dari pertanyaan tersebut adalah masih karena orang tua mereka. Mereka takut mengecewakan orang tua mereka. Mereka takut jika mereka akan membuat orang tua mereka masuk neraka karena perbuatan mereka. Aku pun hanya diam ketika mereka memberikan jawaban tersebut.
Apakah kalian membutuhkan agama? Hampir semua menjawab karena mereka membutuhkan agama sebagai pedoman hidup, sebagai penerang jalan mereka ketika dunia sekitar mereka gelap. Tapi bahkan ada juga yang menjawab untuk tempat mengadu ketika ada yang salah di dalam masyarakat. Aku setuju dengan itu karena ajaran agama pada dasarnya membuat kita mempunyai gaya hidup tersendiri.
Lalu aku bertanya kembali kepada mereka. Ketika kalian sembahyang, apakah kalian merasa bahwa kalian berbicara pada Tuhan kalian secara dua arah? Kalian kepada Tuhan kalian dan Tuhan kalian kepada kalian? Mayoritas dari mereka menjawab bahwa tidak merasakan Tuhan berbicara kepada mereka. Mereka hanya merasakan hubungan satu arah, dari mereka kepada Tuhan mereka. Itulah yang kurasakan juga ketika aku mencoba untuk percaya kepada Tuhan.
Tapi ada juga yang berkata bahwa Tuhan mereka membalas doa mereka secara langsung. Ada juga yang berkata bahwa mereka merasa bahwa ada Tuhan yang mendengar, tapi tidak membalas doanya secara langsung. Lagi-lagi aku hanya bisa terdiam mendengar jawaban tersebut. Tapi otakku seakan ingin berkata banyak soal itu. Tetapi aku sadar bahwa perdebatan soal agama tidak akan ada titik terangnya. Semisal salah satu dari kita yang 'menang' dalam perdebatan tersebut, tidak akan berpengaruh juga malah-malah bisa merusak hubungan pertemanan.
Menurutku pribadi, agama adalah sesuatu yang baik jika memang diaplikasikan tanpa campur tangan nafsu dari manusia pemeluk agama tersebut. Aku pernah membaca kata-kata salah satu Imam, "Jika Muslim harus membunuh semua muslim yang menyimpang dari Islam yang murni, maka hanya Rasulullahlah yang pernah menjadi satu-satunya muslim di dunia."
Ya, memang masuk akal kata-kata tersebut. Agama yang sekarang ini bukanlah agama yang murni. Yang selama ini para nabi ajarkan. Sudah ada intervensi kepentingan dari berbagai pihak. Kadang aku berpikir jika agama adalah alat pemersatu dan kontrol yang efisien untuk mengendalikan masyarakat untuk menjadi homogen.
<>3. Apakah kamu pernah berpikir bahwa surga dan neraka itu ada? Seperti apakah surga dan neraka itu?>Konsep surga dan neraka selalu menarik perhatianku. Meskipun dalam kitab sudah dijelaskan secara umum apa itu surga dan neraka, masih saja terbesit di pikiranku. Apakah ada surga dan neraka? seperti apakah surga dan neraka itu? Aku sempat menanyakannya kepada guru agamaku dan jawabannya adalah "Tentu saja ada dan agama adalah bekal kita untuk memasuki surga".
Apakah surga itu adalah sebuah tempat yang sangat canggih di mana peralatan telekinetik ada, karena dengan memikirkan hal yang kita inginkan saja, langsung ada di hadapan kita? Apakah neraka itu tempat di mana orang disiksa tanpa henti dengan peralatan penyiksaan modern dan super lengkap? Peralatan yang canggih. Ya, dari dulu konsep surga neraka di kepalaku adalah tempat di mana peralatan futuristik ada.
Tapi yang membuat aku masih mengganjal adalah "agama sebagai bekal untuk memasuki surga". Secara tidak langsung, orang-orang memiliki agama hanya untuk mendapatkat imbalan yang berupa surga? Ya, mungkin seperti itu karena setiap penyimpangan dari ajaran agama pasti langsung dikaitkan dengan surga dan neraka. Dosa dan pahala bagaikan mata uang untuk memasuki tempat tersebut.
Bukankah kamu harus percaya pada Tuhan tanpa harus meminta imbalan apapun? Mungkin aku salah atau guru agamaku waktu itu salah, bisa jadi. Karena manusia tak luput dari kesalahan. Sering aku bertanya kepada orang-orang di sekitarku tentang ini. Seperti biasa, konsep surga-neraka selalu menjadi jawaban dari pertanyaanku ini. Tapi tidak jarang juga ada dari mereka yang tidak mementingkan soal konsep surga dan neraka. Mereka mempercayai bahwa tindakan merekalah yang akan memberikan hasil, terlepas dari konsep reward and punishment.
<>4. Banyaknya aliran dalam suatu agama dan masih saja banyak orang yang menghakimi?>Ketika aku bertanya tentang aliran-aliran agama kepada orang-orang, tentu saja mereka menjawab bahwa aliran merekalah yang paling benar. Jangankan menjelek-jelekan agama lain, tak sedikit juga dari mereka yang menjelek-jelekan aliran lainnya yang padahal berada dalam payung agama yang sama. Aku tidak tahu di dalam agama Ardhi bagaimana, tetapi di dalam agama Samawi terdapat pecahan-pecahan lagi di dalam agama tersebut.
Dalam Islam ada Sunni, Shia, Suffi, Para Qurannist, Yahdanizme dan bahkan Ahmadiyyah. Di dalam pecahan tersebut bahkan terpecah lagi dalam aliran-aliran Hanafi, Hanbali, Maliki dan lainnya. Di dalam agama Christianity ada Katolik, Protestan, Orthodoks, Lutheranisme dan berbagai alirannya seperti Katolik Roma, Ortodoks Oriental dan lainnya. Di dalam Yahudi ada Ortodoks, Reformasi, Hassidik, Kabbalah, dan berbagai aliran lainnya.
Dari banyaknya aliran-aliran dalam agama samawi, apa kalian yakin kalianlah yang paling benar dan dengan itu kalian bisa dengan mudahnya menyalahkan yang lainnya? Intinya adalah stop judging those who are different than you karena agama bukan milik kalian saja dan juga orang yang tidak beragama bukan berarti mereka lebih rendah dari yang beragama.
Memang, dalam berbagai agama, saling mengingatkan antar manusia adalah suatu kewajiban. Tapi bukan berarti memaksakan agamamu dan menjauhi ketika mereka tetap dalam pendirian mereka. Bukankah tidak boleh memaksakan suatu agama kepada orang lain? Bukankah orang harus mendapatkan hidayahnya sendiri untuk memeluk suatu agama yang dirasa benar untuk pribadi?
<>5. Aku percaya kalau ada suatu entitas yang lebih besar daripada manusia.>Jika berbicara soal ada atau tidaknya tuhan, sejujurnya teori astronot kuno dan the ant theory lebih masuk akal di bayanganku. Tetapi aku pun skeptis dengan hal-hal seperti itu karena sampai saat ini, manusia belum menemukan kehidupan lainnya di luar sana. Tapi jika memang ada kehidupan selain manusia di luar sana, bukankah itu akan meruntuhkan agama? Karena apakah mereka juga beragama dan dijanjikan surga dan neraka oleh agama samawi?
Pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab sampai memang ada bukti jika mereka ada. Tapi setidaknya teori-teori tersebut bisa menjelaskan hal-hal yang tidak masuk akal di jaman dahulu.
Untuk saat ini aku seorang Atheis Agnostik. Aku tidak percaya bahwa Tuhan itu ada. Menurutku, mekanisme di dunia ini hanyalah suatu konsep dari domino effect. Tapi aku tidak menutup kemungkinan juga bahwa ada suatu eksistensi yang lebih tinggi daripada manusia, baik itu Tuhan yang selama ini orang-orang beriman sembah atau bukan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Siapa yang menciptakan manusia begitu sempurna? siapa yang menciptakan seisi jagat raya yang begitu luar biasa? renungkan…. !!!!!!!!!
Agama bukan perdebatan, cukup kita saling mendoakan semoga kamu dan kita semua mendapat hidayah dan di tunjukan jalan yang benar.
Yang bikin orang konflik karna agama itu sebenarnya bukan agama mas karna setiap manusia punya nafsu sendiri2 untuk merasa paling benar atas keyakinanya, jadi bukan salah agama dan Tuhan, saya rasa Tuhan sendiri tidak menekankan setiap perbuatan baik akan dibalas
Yang bikin orang konflik karna agama itu sebenarnya bukan agama mas karna setiap manusia punya nafsu sendiri2 untuk merasa paling benar atas keyakinanya, jadi bukan salah agama dan Tuhan, menurut saya tuhan tidak menyuruh kami berbuat baik sematamata karna surga ato melarang kami berbuat diluar jalur karna neraka sebab tuhan menekankan konsep ikhlas di setiap perbuatan baik dan fakta bahwa larangan-Nya punya dasar ilmiah yg cukup kuat untuk kami patuhi.. Dan untuk orang2 yg masih menjawab kenapa dia beragama karna orang tuanya.. Mungkin mereka belum sampai pada titik bahwa mereka benarbenar yakin pada keyakinan mereka karna mereka yakin. Cmiw
Sungguh di sayangkan, manusia yg selalu banyak bertanya tentang agamanya dan tak sepenuh hati percaya kpada tuhannya, maka manusia itu termasuk orang” yg sesat, agama memang bukan semacan status yg cuma tertulis d kartu identitas,
Agama juga akan menuntun kamu, kita semua, mnuju alam barzah,
Dan ingat,
D alam kubur kita akan di tanya oleh 2 makhluk yg di utus oleh tuhan, “apa agamamu?”,
Dan klau kmu percaya dg tuhan,
Maka yakin kan hatimu untuk percaya dengan rukun iman,
Krna hidup mati kita akan di tentukan oleh 6 rukun iman tersebut.
di sini saya tidak membahas hanya pada agama samawi,, pda dasarny agama itu ada 2, agama yang di ciptakan oleh manusia dan agama yang di ciptakan Tuhan untuk manusia.
oke kita anggap teratur itu beradab,, memang banyak peninggalan artefak yang ditinggalkan oleh bangsa bangsa maju sebelum datang nya agama, contohnya bangsa Lumeria dan atlantis, tapi sampai sekarang apakah ada bukti yang membuktikan bahwa bangsa itu memang ada, hanya opini opini dari para arkeolog. Oke kita anggap peradapan kuno itu ada, tapi apakah anda yakin mereka adalah penganut atheis? Apakah anda yakin mereka hanya berbuat baik dan saling tolong menolong sesama manusia, yang di mana selama ini para atheis lakukan?.. Tidak menutup kemungkinan mereka mempercayai seorang Tuhan, dewa atau pun barang2 yang bisa mereka sembah.
Mungkin untuk peradapan kuno seperti atlantis dan Lumeria sulit untuk di telusuri kebenarannya, saya berikan contoh pada zaman romawi, mesir kuno dan yunani, yang di mana kita tau bangsa bangsa ini lah yang mempunyai sejarah yang hebat dan Teknologi yang canggih, tapi mereka tidak atheis, mereka percaya akan adanya Dewa, yang mereka anggap Tuhan. Apakah anda pernah mencari tau, peradapan mereka hancur karna apa? sebagian besar karna masyarakat dan pemimpin mereka telah melanggar norma norma yang telah di tetapkan oleh leluhur mereka.
Untuk pernyataan anda tentang pedoman hidup mereka adlah mereka sendiri, untuk bertahan hidup, saya rasa itu kurang tepat, kalau mereka memiliki pedoman hidup seperti yang anda utarakan mereka akan hidup untuk mereka sendiri dan bersifat individualis, mungkin peninggalan peradaban mereka tak sehebat yang di temukan. mereka bekerja untuk pemimpin dan Dewa mereka, serta ada yang percaya untuk leluhur.
Jadi intinya pedoman itu penting. kalau pun hidup anda tidak memiliki pedoman atau pedoman yang anda maksud adalah anda sendiri, ibarat anda berkendaraan pada malam hari di jalanan yang anda tidak tau alur dan kontur jalan itu, apakah jalan yang di depan menurun, menanjak, ataupun ada tikungan, tanpa ada rambu rambu jalan, tanpa ada marka jalan dan lampu penerangan jalan, yang anda gunakan hanya filling dan kemampuaan anda berkendara.
Selama di hati dan otak anda hanya untuk menyampaikan bahwa pemikiran anda ini benar anda tidak akan mendapatkan jawaban siapa itu TUHAN?. sebaiknya anda tundukan sedikit logika anda untuk mencari Siapa TUhan itu, serta anda gunakan pikiran anda untuk mencari tuhan yang mana yang benar, saya juga pernah berpikir siapa tuhan? dan banyak hal hal dalam agama yang tidak bisa di jelaskan secara ilmiah, tapi apabila kamu mau menundukan sedikit logika mu, kamu akan mendapatkan semua pertanyaan yang ada di benakmu tentang agama? dan saya telah menemukannya di dalam ISLAM
Selamat siang Muhammad Kenzo,
Oh iya, saya lupa kalau paganisme juga menyembah unsur x juga yang tidak bisa terjamah oleh manusia.
Ya, berarti secara logika, kehidupan yang sekarang, mempunyai kemungkinan, akan berbanding terbalik jika tidak ada agama.
Tapi yang soal artefak agraris itu, apakah paganisme sudah ada di ketika artefak agraris pertama itu dibuat? saya kurang paham dengan timeline artefak, paganisme yang akhirya menjadi agama modern. kalau ada info tolong di share disini, sebagai media pembelajaran.
Sejujurnya yang ada di pikiran saya ketika membahas ini adalah orang-orang yang masih menggunakan kapak batu dan alat bertani yang sangat tradisional. Yang tidak pernah saya lihat disorot dari segi kepercayaan dan mereka masih berjuang untuk bertahan hidup, dan akhirnya membentuk peradaban dengan lainnya dengan cara barter.
dan sebenarnya saya juga menerapkan soal pedoman survival itu sendiri dari dulu, dimana saya perlu bertahan hidup, bersosialisasi dengan batasan norma dan nilai yang ada dalam kultur masyarakat yang sudah terbentuk dan terintervensi oleh agama. Jadi, yah ada peran agama secara tidak langsung dalam perilaku saya selama ini. dan lagi saya bukan anti-agama, jadi saya tidak bermasalah dengan itu.
tapi yang saya tidak mengerti adalah bagaimana caranya untuk menundukan logika seperti yang anda katakan sebelumnya. Mohon lebih diperjelas atau mungkin anda bisa memberikan contoh bagaimana anda menundukan logika anda. Apakah dengan cara membiarkannya tanpa harus ada jawaban yang pasti? jika memang seperti itu, saya masih tidak bisa percaya sepenuhnya kepada Tuhan karena pasti ada perasaan mengganjal.
Seperti yang saya katakan di artikel ini, saya tidak suka dengan perdebatan mengenai Tuhan kerena pasti tidak akan ada habisnya dan tidak merubah apapun.
seperti halnya sekarang ini, dengan menyodorkan argumen masing-masing untuk membantah satu sama lainnya dan ini tidak akan merubah persepsi keyakinan masing-masing.
Bagaimana jika kita menghargai satu sama lainnya saja, anda mempercayai Tuhan anda dan saya masih dengan pendirian saya sampai dengan ada yang lebih konkret untuk menjawab semua yang saya cari selama ini? a win-win solution.
saran ajah hati2 terhadap info yang diterima buat mengoyahkan iman anda kpada Tuhan ada, sejak jaman sebelum nabi muhammad pertanyaan semacam ini sudah ada, (dimana tuhan, tuhan seperti apa) yah biarkan mereka mencari jalan sendiri. nanti juga ketemu jawabanya kalau mendapat petunjuk
“Tapi jika memang ada kehidupan selain manusia di luar sana, bukankah itu akan meruntuhkan agama?” well, bukanya memang ada kehidupan selain manusia, itu takkan mengubah apapun, tuhan itu memang ada,”apakah kalian merasa bahwa kalian berbicara pada Tuhan kalian secara dua arah?”.apakah engkau pikir tuhan berkomunikasi seperti engkau berkomunikasi dengan sesamamu(manusia),mungkin tuhan tidak berbicara secara langsung padamu,tapi dalam setiap tarikan nafasmu itu adalah karunia tuhan, tapi tentu itu adalah hakmu untuk percaya pada tuhan atau tidak.
It is a spiritual area , not a logical area if you try to use one without considering the views of other sectors or combine the mistake of thinking .
Ditto Reÿza agama itu mengajarkan tentang kebenaran, karena sejati nya, bagi manusia kebenaran itu relatif, si A mengatakan benar, belum tentu si B juga mengatakan hal yg sama. sebagai contoh. di suatu desa ada seorang manusia yg sangat baik, alim dan bijaksana, karena sifat nya tersebut banyak orang yg mengikuti nya, semua orang menyukai nya. ketika dia mati, banyak orang mulai berziarah secara rutin ke kuburan nya, karena rasa cinta yg begitu besar, mereka melakukan hal tersebut secara terus-menerus dan menjadi sebuah rutinitas. sampai anak cucu nya pun melakukan nya, tapi seiring berjalan nya waktu, niat awal mereka untuk mendoakan justru berubah menjadi meminta doa/berkat, mereka mulai meminta pertolongan dan perlindungan dari kuburan, memperlakukan kuburan orang yg telah mati layaknya tuhan, padahal jelas itu adalah tindakan yg salah dari kasus ini kita tau, kebenaran bagi manusia itu berubah-ubah, karena bagi kita kebenaran itu adalah apa yg mayoritas ikuti, karena sifat manusia yg cenderung labil, akhirnya mulai merubah-rubah nilai dari kebenaran tsb agar sesuai keinginan pribadi nya. oleh karena itu Tuhan menurunkan agama di muka bumi ini, agar kita tidak menjadi tersesat seperti mereka yg membuat kebenaran yg mengada-ada, jika agama itu tidak ada, tunggu saja saat dimana seorang anak yg menyetubuhi ibu nya disebut tindakan yg benar. semoga membantu 🙂