Bu, Ini Janjiku: Jika Nanti Aku Jadi Seorang Ibu, Sampai Tiba Saatnya, Tetaplah Bersamaku dan Sehatlah Selalu

Matanya memandang kosong. Senyumnya cerminkan kegundahan. Mata teduh itu mulai berkaca-kaca. Senyum indah itu bagai untaian kelusuhan. Kau samarkan gundahmu. Terdiam, memandang penuh arti. Andai dapat kami gantikan tetesan embun itu, andai dapat kami tadahi keseluruhannya. Kau sembunyikan tangismu. Kau tundukkan wajah teduh itu. Kau tukar bahagiamu untuk tangis kami. Kau pasrahkan senyummu untuk gundah kami. 

Wahai engkau pintu surga kami, andai dapat kami lawan hidup untuk bahagiamu. Ketidakberdayaan menjadikan kami budak takdir. Tangis kami hanya akan melarakan batinmu. Gundah kami hanya akan perihkan jiwamu. Maka, ialah yang kami sebut Ibu, perempuan luar biasa yang serba bisa. Perempuan bersahaja yang tak banyak kata. Perempuan sederhana dengan akhlak sami’na wa atho’na. Dari kami yang selalu menjadi putri kecilmu.

 

Teruntuk ibuku tersayang,

 

 

Kami mencintaimu.

 <>1. Bu, jika nanti aku jadi seorang ibu, akan kuajarkan pada anakku untuk meminta maaf dan mudah memaafkan.
jadilah kau berhati lembut yang mudah memaafkan

jadilah kau berhati lembut yang mudah memaafkan via http://beritamadiun.com

Ibu,

Nanti ketika aku menjadi seorang ibu, aku ingin selalu bisa mengucap maaf pada anakku. Meski kutahu ia tak selalu membutuhkannya. Akan kutanamkan padanya kerendahan hati meminta maaf. Agar ia tahu bahwa meminta maaf bukan tentang siapa yang salah atau siapa yang benar. Terkadang dalam hidup, ia perlu mengerti bahwa dalam suatu kondisi kita perlu meminta maaf untuk meredam emosi.

Maka pada saatnya, ia akan memahami yang ingin kuajarkan bukanlah tentang meminta maaf. Tetapi lebih dari itu, yakni perasaan menerima dengan pengertian yang baik tentang hidup. Agar tenang hidupnya kelak.

Dan jadilah ia seseorang berhati lembut, yang mudah memafkan orang lain.

<>2. Bu, jika nanti aku jadi seorang ibu, akan kuajarkan pada anakku untuk selalu mendahulukan terima kasih meskipun hatinya tak terima.
terima kasih untuk setiap terima kasihmu padaku, bu

terima kasih untuk setiap terima kasihmu padaku, bu via https://thelia27.files.wordpress.com

Ibu,

Nanti ketika aku menjadi seorang ibu, aku ingin selalu bisa mengatakan terima kasihku untuk anakku. Yang menerimaku apa adanya sebagai ibunya. Yang mengerti kondisiku seperti apapun itu. Bahkan di suatu kondisi yang justru menyakitinya sekalipun. Akan kujelaskan padanya bahwa malaikatnya tak sepenuhnya sempurna seperti yang ia bayangkan atau inginkan.

Malaikatnya hanyalah seorang manusia biasa dengan penjelmaan sangat baik, yang terkadang juga salah dan melakukan khilaf, disengaja maupun tidak. Pun terkadang juga dapat menyakitinya atas nama demi kebaikannya. Barangkali ia akan kubuat menangis pula, Bu. Kali ini, aku tak mengucap maaf melainkan terima kasih. 

Terima kasih, sayang. Kamu telah menjadi buah hati ibu. Terima kasih, sayang. Kamu memanggilku dengan sebutan ibu. Karena dengan itu, aku kuat melawan kerasnya dunia. Terima kasih, sayang. Kamu masih di sini bersamaku dan membiarkanku memelukmu. 

Akan kulakukan tanpa jemu, Bu. Terus-menerus, lagi dan lagi, berulang kali hingga pada saatnya ia siap dengan pemahaman bahwa yang ingin diajarkan ibunya adalah tentang syukur. Merasa syukur untuk setiap hal yang datang padanya. Tentang hal baik maupun sebaliknya, tentang bahagia pun sebaliknya. 

Yang ibu harapkan hanya semoga hatimu selalu dalam rasa syukur untuk setiap keadaan yang harus kau jalani, Nak.

<>3. Bu, jika nanti aku menjadi seorang ibu, akan aku tegaskan pada anakku bahwa ia selalu memiliki muara tempatnya menitipkan segala sesah.
akulah muara, tempat air matamu menganak sungai

akulah muara, tempat air matamu menganak sungai via http://assets-a3.kompasiana.com

Ibu,

Nanti ketika aku menjadi seorang ibu, aku ingin menjadi muara di mana tempat air mata anakku sampai. Duduk di sampingnya, sambil sesekali mengusapkan air matanya. Tak lupa juga, akan aku ucapkan kalimat yang mungkin bisa membuatnya tenang sebentar

Ibu di sini untukmu, Nak.

Akan kubuat ia mengerti, barangkali ibunya memang tak banyak bicara. Tapi ia selalu punya pelukan di mana anaknya bisa membenamkan segala sesah yang memenuhi hatinya. Dunia mungkin menuntutnya untuk kuat. Tapi bagiku, jadilah kau putri kecilku saja. Menangislah kapanpun sesukamu. Untukku, kau tak perlu menjadi kuat. Menangis bukan tanda kau lemah atau manja, Sayang.

Terkadang, ada hal yang tak dapat kau selesaikan dengan kata atau penjelasan. Maka, kepadaku selesaikan dengan bahasa tangismu. Aku berjanji tak akan menuntut penjelasan. Akulah tempat kau pulang. Selesaikan semua air matamu pada pelukku, Sayang!

Maka saat kembali pada duniamu, jadilah kau lebih tegar dari sebelumnya. Ketika terjatuh kembali, kau selalu tahu bukan ke mana harus pulang setelah mengadu pada Tuhanmu.

<>4. Bu, jika nanti aku menjadi seorang ibu, akan kuajarkan pada anakku bahwa tidak perlu malu berkata cinta padaku. Karena dari akulah, anakku tahu cinta yang sebenarnya.
aku mencintaimu, ibu

aku mencintaimu, ibu via http://www.andriewongso.com

Ibu,

Nanti ketika aku menjadi seorang ibu, aku ingin selalu berkata bahwa aku mencintai anakku. Aku ingin anakku mengerti bahwa terkadang pengakuan yang sederhana itu penting. Memperjelas sesuatu yang sebenarnya tidak perlu diucapkan. Semua itu supaya ia tahu bahwa ibunya tidak hanya sebatas mencintainya. Tapi lebih dari sekedar pembuktian bu, aku ingin anakku mengerti bahwa cinta adalah bagian dari segala penerimaan dengan pemahaman yang baik.

Cinta juga mengenai rasa syukur yang tak pernah selesai. Aku ingin anakku tak pernah kelu mengatakan perasaannya padaku. Bahwa segala sesahku akan mencair seketika saat ia mengucap cintanya untukku. Bahwa penatku menguap seketika saat ia membiarkanku mendengarnya berkata,

Aku mencintaimu, Bu.

Bahwa ialah kekuatanku. Alasanku selalu berdiri meski diri sudah papah tak berdaya. Bahwa ialah harapan yang tak pernah selesai dan akan selalu tegak menjuntai. 

Dan teruntuk kau, Sayang. Ibu mencintaimu, Nak.

<>5. Bu, pada akhirnya ingatkan aku tentang semua keinginanku ini untuk anakku kelak. Jika dunia mengalihkan pandanganku, bawalah aku kembali memandang matamu.
bu, tetaplah genggam tanganku dengan erat

bu, tetaplah genggam tanganku dengan erat via https://kissanak.files.wordpress.com

Ibu,

Barangkali dunia akan membuatku lupa tentang apa yang kuinginkan untuk anakku kelak. Dunia mungkin membuatku sibuk dengan rutinitas yang seperti tidak ada habisnya. Lalu, lupalah aku bagaimana harus bersikap pada anakku. Lantas aku menjadikannnya nomor dua setelah pekerjaan atau karirku. Lupalah aku pada keinginan sederhanaku dulu, yang hanya ingin di rumah dan menghabiskan waktu, menemani, dan siap memeluknya ketika lemah.

Barangkali, justru nanti akulah yang menjadi si keras hati dan tak sengaja keras pula pada anakku. Maka doaku hanya satu, Bu. Semoga kau masih akan selalu bersamaku. Bu, kau mungkin juga akan tetap tak banyak bicara. Tapi tetaplah menghening.

Untuk membuatku kembali, duduklah di sampingku saat itu, Bu. Genggamlah tanganku dan pandanglah mataku dalam-dalam. Akan kutemui semua janji yang kutitipkan padamu. Pada matamu, di sanalah muara terdalam tentang maaf, terima kasih, dan juga cinta.

Bukan, barangkali tentang penerimaan, rasa syukur dan kasih sayang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

duduklah bersamaku dan menjadi senyap, lalu ketika hening menyergap berpasrah pada malam, barangkali ketika diam kau selesaikan apa yang tak pernah selesai.