Kegiatan mendaki gunung memang tengah in saat ini. Mungkin karena pengaruh flim yang disiarkan di bioskop atau acara TV yang berlomba-lomba memperlihatkan keindahan alam dunia, khususnya Indonesia. Mungkin juga, mendaki gunung sudah jadi bagian hidup sebagian seorang. Di berbagai website dan blog, malah banyak yang membahas tentang bagaimana persiapan mendaki gunung atau tempat destinasi yang bisa dikunjungi.
Jika pendakian gunung sudah ada di dalam benak, segeralah membentuk kelompok atau meminta bantuan kepada mereka yang memiliki karakter seperti di bawah ini. Dengan merekalah, kesan pendakian pemulamu tidak akan pernah terlupakan.
1. Teman yang bisa dijadikan porter dan biasanya punya alat pendakian yang lengkap.
Teman yang seperti ini, harus kamu cari bila ingin mendaki. Apalagi jika kamu tidak mempunyai alat-alat mendaki yang cukup lengkap seperti tenda dome, carrier, trangia, dan masih banyak lagi. Dia pasti sudah punya lengkap karena naik gunung sudah jadi hobinya. Pada umumnya, teman seperti ini bisa ditemukan di organisasi pecinta alam dan bisa dipastikan memiliki alat pendakian yang lengkap.
Jangan tanyakan lagi tentang kekuatan fisiknya! Ilmu kependakiannya sudah tidak diragukan lagi karena jam terbangnya yang sudah tinggi. Selama persiapan, mungkin dialah yang paling cerewet tentang logistik (bukan hanya makanan, tapi juga peralatan). Persiapan fisik dari jauh-jauh hari pun sudah dilakukannya. Selama perjalanan, dia masih saja cerewet untuk mengingatkan tentang apa saja yang tidak boleh dilakukan selama pendakian. Misalnya membuang sampah walaupun kecil, gak boleh tidur selama perjalanan sebelum mendirikan tenda, dan pantangan tentang gunung itu sendiri.
2. Teman yang memahami medan pendakian atau sudah pernah melalui jalur pendakian tersebut.
Punya teman yang menguasai ilmu kependakian serta punya peralatan lengkap untuk mendaki, ternyata tidak cukup. Temanmu nanti juga harus mengerti seperti apa keadaan medan pendakian. Apakah sulit atau mudah buat pemula. Biasanya dia akan mudah membuat estimasi waktu pendakian, di mana keberadaan sumber air, dan tempat untuk mendirikan tenda. Jika tidak, dia sudah punya alternatif tempat yang biasa didirikan tenda bila tempatnya sudah penuh.
3. Teman yang punya tingkat kesabaran tinggi dan selalu memberikan semangat buat pemula.
Gue: “Ayo, Intan semangat! Sedikit lagi udah mau nyampe!”
Intan: "Ah, udah gak kuat. Mending aku ditinggal aja, deh!”
Gue: “Di atas, jalannya udah datar kok. Sedikit lagi udah bisa diriin tenda.”
Intan: “Beneran?”
Gue: “Iya, beneran!" *Gila! Ini mah, masih jauh banget!*
Gue: “Ayo, Intan semangat! Sedikit lagi udah mau nyampe!”
Intan: "Ah, udah gak kuat. Mending aku ditinggal aja, deh!”
Gue: “Di atas, jalannya udah datar kok. Sedikit lagi udah bisa diriin tenda.”
Intan: “Beneran?”
Gue: “Iya, beneran!" *Gila! Ini mah, masih jauh banget!*
Jika sudah memiliki tipe teman seperti nomor satu dan dua, namun tak berfisik kuat seperti teman yang lain, boleh jadi kamu dan temanmu malah menghambat jalannya pendakian. Bahkan akan ditinggalkan jauh di belakang. Bahayanya bila ditinggalkan, kamu bisa tersesat, kaki terkilir, atau mendapatkan serangan dari hewan buas (babi). Maka dari itu, kamu juga perlu teman yang memberikan semangat ketika fisik atau pikirannya sudah terlalu lelah. Banyak fakta yang menyebutkan kalau orang sudah sering latihan fisik namun mentalnya tidak siap, pendakian tetap bisa terhambat.
4. Teman yang punya sejuta bahan lawakan agar pendakian tak terlupakan.
Pos 8 Gunung Slamet. Ketemu orang Papua (Kak Landak), orang Makasar (Bang Kodok), orang Bandung, sama orang Jogja yang kuliah di Jogja.
Gue: “Kak Landak orang Papua kan?”
Kak Landak: "Iya, benar. Ada apa?" *pake logat Papua*
Gue: “Di Papua, pasti banyak babi. Gimana caranya kalo ketemu biar gak diseruduk, Kak?”
Kak Landak: “Hei, adik semua! Babi di sana dianggap saudara sudah.”
Gue: “Kalo yang baru ketemu gimana, kak?”
Kak Landak: "Oh, itu pernah kakak bertemu seperti itu. Saya bilang “Maaf, saya Muslim.” Babinya menjawab “Saya juga mualaf.”
Gue: “Hahaha… Terus?”
Kak Landak: “Saya jawab saja “Eh Nona. Kita bukan mukhrim, tidak boleh bersentuhan. Babi pergi jauh!"
Gue: “Kok bisa tau cewek?”
Kak Landak: “Saya lihat puting susunya, toh.”
Semua: "Hahahaha…" *Semua ketawa lebar*
Pos 8 Gunung Slamet. Ketemu orang Papua (Kak Landak), orang Makasar (Bang Kodok), orang Bandung, sama orang Jogja yang kuliah di Jogja.
Gue: “Kak Landak orang Papua kan?”
Kak Landak: "Iya, benar. Ada apa?" *pake logat Papua*
Gue: “Di Papua, pasti banyak babi. Gimana caranya kalo ketemu biar gak diseruduk, Kak?”
Kak Landak: “Hei, adik semua! Babi di sana dianggap saudara sudah.”
Gue: “Kalo yang baru ketemu gimana, kak?”
Kak Landak: "Oh, itu pernah kakak bertemu seperti itu. Saya bilang “Maaf, saya Muslim.” Babinya menjawab “Saya juga mualaf.”
Gue: “Hahaha… Terus?”
Kak Landak: “Saya jawab saja “Eh Nona. Kita bukan mukhrim, tidak boleh bersentuhan. Babi pergi jauh!"
Gue: “Kok bisa tau cewek?”
Kak Landak: “Saya lihat puting susunya, toh.”
Semua: "Hahahaha…" *Semua ketawa lebar*
Jangan jadikan perjalanan mendaki berlalu begitu saja dan tak ada yang berkesan sama sekali. Karenanya, kamu perlu mencari teman yang konyol untuk diajak mendaki. Setiap momen akan jadi bermakna dan terasa kebersamaannya sesama teman yang seperti ini. Kekonyolan yang dibuat di sela-sela perjalanan, saat istirahat, di dalam tenda, dan saat foto akan memunculkan gelak tawa. Capekmu bisa jadi bukan karena membawa beban yang berat, namun karena tak bisa berhenti tertawa.
Jangan khawatir! Biasanya seseorang yang hobi mendaki punya kekonyolannya masing-masing dan lawakan yang berbeda pula.
5. Teman yang punya sejuta aib buat bahan lawakan.
Gue: “Ayo selfie! Ini udah gue timer!”
Gembel, Doler: “Ayok!”
Gue: “1, 2, 3!”
Gembel: “Coba liat hasilnya. Muka aku kok gitu, ya?”
Doler: “Hahahaha… Fak banget mukanya Gembli! Jelek, persis pengemis di lampu merah rumah sakit!”
Gue: “Itu pasti udah diganteng-gantengin, tapi tetep aja jelek! Hahahaha…”
Doler: “Iya, bener.”
Gue: “Ayo selfie! Ini udah gue timer!”
Gembel, Doler: “Ayok!”
Gue: “1, 2, 3!”
Gembel: “Coba liat hasilnya. Muka aku kok gitu, ya?”
Doler: “Hahahaha… Fak banget mukanya Gembli! Jelek, persis pengemis di lampu merah rumah sakit!”
Gue: “Itu pasti udah diganteng-gantengin, tapi tetep aja jelek! Hahahaha…”
Doler: “Iya, bener.”
Jika kamu tak punya teman yang konyol atau jago lawak, carilah teman yang punya banyak aib! Karena akan dibuat bahan bullying, pastikan juga temanmu ini ikhlas dijadikan bahan lawakan agar tidak bertengkar. Gak lucu kan kalau kalian mendakinya jauh-jauhan?
6. Teman yang jago masak.
Teman yang satu ini memang layak dijadikan koki dalam perjalanan pendakian. Jangan sampai hal yang sangat krusial dan yang menyangkut hajat hidup orang banyak ini jadi tanggungjawabnya yang tidak ahli. Soalnya dalam pendakian banyak kejadian seperti menanak nasi tidak sempurna atau masih benyek, nasinya masih terasa beras, dan yang paling parah adalah airnya sudah habis tapi masih jadi beras.
Sebenarnya menanak nasi di gunung dengan masak nasi di keadaan normal itu berbeda. Ketika menanak nasi di gunung, air untuk menanaknya terlebih dahulu dididihkan. Baru kemudian masukkan beras yang jaraknya satu ruas jari lebih (lebih lengkapya, cari di Google). Bila kokinya doyan banget asin, mendingan dia gak usah jadi koki. Bisa-bisa dia doang yang doyan, sedangkan yang lain muntah-muntah karena makanannya keasinan.
Gue: “Kok ditambahin lagi garemnya? Kayaknya udah banyak, deh!”
Alfin: “Orang belum asin juga.”
Gue: “Coba sini gue cicipin! Cuih, gila ini udah asin banget! Minta kawin loe ya?”
Sofyan: “Yah, si Alfin garem satu karung juga gak bakal asin. Biar yang laen aja yang masak!"
7. Teman yang punya kemampuan dan peralatan foto yang mumpuni, sudah pasti dijadikan fotografer saat perjalanan.
Teman yang satu ini jadi sangat penting buat mendokumentasikan perjalanan kita alias buat ajang narsis kita di sosmed nanti. Apalagi yang masih newbie, bakal sering minta foto dengan hasil yang cerah, gak boleh gak fokus, dan permintaan si newbie yang lainnya. Seperti pengalaman penulis yang mendaki bareng teman, yang gak tahu cara operasional kamera DSLR. Waktu merekam, dia malah merekam bagian briefingnya. Momen yang harusnya direkam, malah pencet off. Hadeh…
8. (Bonus) Jika punya teman yang berbadan gemuk, kamu juga wajib mengajaknya untuk melihatnya Indonesia.
Buat kamu yang sering upload foto sehabis naik gunung, yang tujuannya buat pamer, kamu harus tanggungjawab! Mungkin temanmu ada yang memiliki obesitas dan memintamu untuk mengantarkan mendaki karena ngiler liat foto yang kamu upload. Mungkin kamu akan menolak ajakannya dengan alasan track yang susah. Kamu akan mencari-cari alasan agar dia tak jadi ikut sebab takut akan merepotkanmu saat perjalanan.
Tidak semuanya benar, bro! Mereka juga punya hak melihat indahnya Indonesia. Dengan rajin mengajak mereka olahraga rutin sebelum pendakian dan memilih gunung buat kelas pemula saja, sudah cukup. Atau paling tidak, hanya menjadikannya penunggu tenda saat yang lain pergi ke puncak! Hahahaha…
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
ijin shere gan