Keinginan manusia memang tak ada habisnya.
Usai berhasil mendapatkan sesuatu yang diimpikan, pada kesempatan lain akan selalu ada alasan untuk kembali meminta hal-hal baru pada Sang Maha Penyayang.
Ingat gak, waktu kamu kecil kamu ingin cepat menjadi dewasa?
Betapa serunya membayangkan kehidupan di SMU atau di bangku kuliah. Dandan keren dan fashionable sambil menenteng tas, yang beratnya tampak hanya seperti kantung kresek saja. Begitulah bayangan menjadi orang dewasa, yang waktu itu kamu lihat di sinetron. Sampai-sampai keinginan untuk menjadi orang dewasa selalu hadir di benakmu setiap saat.
Kini setelah kamu dewasa, kamu malah sering bernostalgia dan rindu untuk menjadi anak kecil kembali. Setidaknya, tujuh hal ini adalah hal-hal yang sering membuatmu ingin mengulang kembali masa-masa kecil yang penuh kegembiraan.
Masih ingatkah kamu kapan terakhir kali menjalin komunikasi dengan sahabat kecilmu?
Sahabat kecilmu yang dulu selalu menghabiskan waktu bermainnya denganmu itu, adalah salah satu harta karun berharga yang menjadi reminisensi di masa kini. Betapa bahagianya kalau mengingat, dulu kamu sering bermain kejar-kejaran, rebutan stick konsol game, bermain boneka, atau mencuri jambu tetangga bersama sahabat kecilnya.
Waktu yang berlalu begitu cepat, akhirnya membuatmu dan sahabatmu harus terpisah karena kesibukan yang padat, lokasi rumah yang berjauhan, atau bahkan kondisi hilang kontak sama sekali. Mengingat sahabat kecil saat sedang melamun sendirian, dapat membuatmu senyum-senyum sendiri seperti kehilangan akal sehat.
<>2. Menjadi dewasa membuatmu harus lebih teliti dalam memutuskan pilihan.>Ketika sudah berada di jenjang Sekolah Menengah Atas, kamu akan dituntut untuk memilih jurusan mana yang lebih kamu minati dan sesuai dengan bakatmu. Begitu pun halnya ketika kamu lulus dari sekolah.
Ada banyak sekali pilihan yang harus kamu pilih untuk melanjutkan hidup di masa depan. Pilihan untuk langsung bekerja, bekerja sambil kuliah, atau menyelesaikan jenjang S1 akan berputar-putar di kepalamu. Pilihan yang kamu ambil saat menjelang dewasa juga harus dipertimbangkan secara teliti. Karena pilihan itu adalah salah satu hal yang akan menentukan perkembanganmu di masa depan.
<>3. Ternyata, jadi anak kuliahan tidak sekeren tampilannya di sinetron.>Anak kuliahan di sinetron itu keren sekali, ya? Penampilan cantik dan ganteng, dengan gaya busana modis membuat anak kuliahan di sinetron itu jadi digila-gilai lawan jenis di kampusnya. Rutinitasnya hanya mengejar-ngejar gebetan diiringi latar suara musik yang romantis.
Ah, tapi kenyataannya tidak begitu!
Saat kamu sudah berada di posisi anak kuliahan, kamu baru sadar kalau angan-anganmu itu hanya sebatas imajinasi belaka. Kamu malah harus berhadapan dengan panas dan hujan untuk bisa sampai ke kampus, berusaha menyelesaikan tugas dengan baik, serta lulus dengan nilai memuaskan. Tak jarang tampang lusuh dan bau matahari menjadi bagian erat dari penampilanmu selama jadi mahasiswa.
<>4. Dulu kemacetan itu bukan urusanmu. Lain ceritanya dengan sekarang.>Kalau sudah begini, siapa yang ingin cepat-cepat dewasa?
Ayah, ibu, atau kakakmu begitu memanjakanmu. Tak akan dibiarkannya kamu bepergian sendiri ke rumah teman, sekolah, atau mall tanpa diantar dan dijemput. Akan tetapi setelah kamu semakin dewasa, kamu pasti jadi malu sendiri kalau selalu diantar jemput. Hingga akhirnya, pada suatu hari kamu memutuskan untuk lebih mandiri dan mengemudikan kendaraan sendiri atau memanfaatkan alat transportasi umum.
Dulu, sih tak peduli macet, panas, atau hujan. Kamu akan tetap sampai tujuan dengan bahagia dan selamat. Berbeda dengan situasi sekarang, yang membuatmu harus mulai memikirkan cara menyiasati kemacetan yang semakin berlarut-larut. Tak jarang kamu malah justru malas keluar rumah karena tak tahan menghadapi kemacetan yang bikin kamu jadi bosan selama menempuh perjalanan.
<>5. Stigma dari orang lain mulai membuatmu resah dan jengkel.>Tidak ada yang peduli dengan anak kecil. Anak kecil yang nakal atau yang penurut, semua tetaplah anak kecil. Kalau melakukan sedikit kenakalan, kamu pasti sering mendengar kata-kata ini,
“Ya, wajarlah! Namanya juga anak-anak.”
Seiring dengan bertambahnya usia, kamu akan semakin jarang mendengar kalimat seperti itu ditujukan padamu. Setiap gerak gerikmu rasanya malah selalu jadi sorotan dari tetangga atau orang lain yang mengenalmu. Jengkel rasanya kalau orang yang tidak mengenal kepribadian dan rutinitasmu akhirnya malah memberikan stigma yang bertujuan untuk menyudutkanmu.
“Ih, anaknya Bu Joko aneh deh! Masak udah lulus kuliah tapi gak kerja?”
“Si Karin juga gak bener. Tiap hari masa pulangnya jam 12 malem terus.”
"Anaknya Pak Budi malu-maluin, lho! Kalo diajak ke kondangan, makannya banyak. Kayak miara naga di perut."
Duniamu memang jadi urusan pribadimu. Tapi, di luar sana akan selalu ada saja gunjingan murahan yang mampu membuat telinga dan hatimu jadi panas.
<>6. Kini ada kewajiban finansial yang harus mulai kamu pikirkan dengan matang.>Memasuki usia produktif, sudah bukan waktunya lagi kamu berfoya-foya dengan uang jajan dari orangtua. Setelah kamu bekerja, akan tiba waktunya kamu untuk memikirkan masa depanmu. Kamu akan mulai disibukkan dengan kegiatan menyisihkan uang demi cicilan kendaraan bermotor atau demi rumah pribadi yang jadi impianmu.
Belum lagi masih ada tagihan kartu kredit dan “biaya happy-happy” yang ingin kamu sisihkan demi gaya hidup. Jadi orang dewasa memang banyak kebutuhannya ya, sob. Di samping mengutamakan gaya hidup dan kebutuhanmu, sebagai orang dewasa kamu juga harus menyisihkan pendapatanmu untuk orangtua.
Bukan uangmu yang mereka inginkan, tentu saja bukan!
Namun sedikit “uang jajan” darimu itu akan membuat senyuman bahagia terukir di wajah mereka. Senyum bahagia karena dikaruniai anak manis yang berbakti seperti kamu. Iya, kamu! Selain itu, sebutir kebaikan kecil yang kamu lakukan tanpa diketahui orang lain pun bisa membuat orang lain bahagia sekaligus menambah pahalamu. Jangan pernah ragu untuk beramal dan membahagiakan orang-orang di sekitarmu selama kamu masih punya kesempatan, ya!
<>7. Kamu mulai menyadari kalau kehidupanmu tak selalu dikelilingi orang baik!>Masa kecilmu dipenuhi kebahagiaan setiap hari. Memiliki orangtua dan saudara kandung yang tulus mencintaimu, sahabat konyol yang membuatmu tertawa setiap hari, teman-teman ayah ibumu yang sering memberikan hadiah, dan bapak ibu guru yang sabar membimbingmu di sekolah.
Rasanya saat itu dunia memang selalu dipenuhi dengan orang baik. Anggapan yang ada di benakmu itu pasti mulai terkikis saat kamu sudah dewasa. Kamu akan mulai menemui orang-orang yang membuatmu merasa tak nyaman. Mungkin ada teman kuliah yang suka “menjilat” dosen, ada atasan yang membuatmu selalu serba salah, atau ada rekan kerja yang suka menjelek-jelekkan kamu di depan atasan.
Hadapi saja kenyataan kalau dunia ini memang tak selalu berisi orang baik. Orang-orang yang menurutmu tidak begitu baik itu, akan memberikan pengalaman padamu bahwa kamu harus selalu berhati-hati dan mawas diri dalam menjalani hidupmu.
Tak ada salahnya kalau kamu merindukan masa kecil yang begitu sempurna dan penuh kebahagiaan itu. Tapi usai menoleh ke belakang dan mengenang masa lalu, kembalilah menatap ke depan dan jalani hidupmu sebagai seorang dewasa yang bijak dan mau belajar. Sesekali menoleh ke belakang itu perlu untuk mensyukuri segala anugerah yang sudah Tuhan berikan bagi hidupmu hingga detik ini.
Ketika kecil, kamu begitu bahagia. Saat dewasa, kamu harus makin bijak. Nanti saat tua, jangan jadi orang yang menyebalkan, ya!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Wah,betul juga…
Ada juga orang dewasa yang ingin tetap hidup dalam kenangan masa kecilnya. Yang seperti itu namanya kekanak-kanakan…