#BeraniWujudkanMimpi-Ibu Rumah Tangga Produktif Melalui UMKM Kreatif dan Inovatif

Alih-alih berbicara tentang gender, sebagai seorang perempuan aku sangat berterima kasih atas jasa besar RA Kartini dan Tokoh Perempuan lainnya yang telah memperjuangkan hak-hak perempuan dalam mendobrak ketidakadilan yang dialami oleh kaum perempuan. Kesempatan perempuan untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam berkarya, memperoleh pendidikan yang tinggi dan ruang gerak yang luas saat ini mampu memperkuat citra perempuan dan kedudukannya dalam tatanan kehidupan sosial kemasyarakatan.

Kendatipun demikian, fenomena emansipasi perempuan yang telah lama ada tersebut ternyata tak berpengaruh banyak bagi perempuan yang berstatus sebagai ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga selalu diidentikkan dengan ranah domestik yang tidak menghasilkan nilai ekonomi dan cendrung terpojokkan. Peluang dan kesempatan yang adapun cukup sulit untuk diraih. Padahal, jika dilihat sekilas pun sudah jelas bahwa ibu rumah tanggalah yang sebenarnya selalu dihadapkan dengan berbagai persoalan ekonomi yang ada. Bahkan selama pandemi mewabah, ibu rumah tanggalah yang menjadi korban terdampak paling besar.

ADVERTISEMENTS

1. Semua Berawal dari Sini

 Foto oleh Ade Rahmayanti (dokumentasi pribadi)

Foto oleh Ade Rahmayanti (dokumentasi pribadi) via https://www.instagram.com

Sejak duduk dibangku perkuliahan aku selalu bermimpi menjadi bagian dari suatu kelompok atau komunitas yang berisi perempuan-perempuan hebat, mandiri dan penuh karya. Akibat jadwal dan aktifitas kuliah yang sangat padat hingga kadang untuk napas saja mesti dipercepat, terpaksa kuurungkan saja mimpi itu.

Hingga ketika aku menikah dan menetap di tengah-tengah lingkup masyarakat, aku melihat berbagai macam fenomena yang cukup mengetuk batin. Salah satunya adalah potret kehidupan ibu rumah tangga yang ada di sekitarku.

Berasal dari latar belakang ekonomi yang pas-pasan, sebagian besar kehidupan ibu rumah tangga tersebut ditopang oleh pendapatan suami yang hanya cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari keluarga.

Hingga kemudian terjangan pandemi Covid-19 menghantarkan mereka pada keterpurukan bahkan menghancurkan masa depan dan perekonomian mereka, dimana sebagian para suami mengalami pemutusan hubungan kerja dan sebagiannya lagi harus terpaksa menutup usaha-usaha kecil mereka yang berakibat pada hilangnya satu-satunya sumber penghidupan keluarga. Di tengah ketidakpastian yang ada, ibu rumah tangga mau tidak mau harus turut andil dalam membantu menopang perekonomian keluarga demi menyelamatkan anak-anak mereka dari rasa lapar.

Sebagian besar dari ibu-ibu rumah tangga tersebut mencoba untuk berdagang berharap dapat sedikit keuntungan untuk bisa membeli sekilo beras. Ada yang berjualan empek-empek, gorengan, sayur mayur, buah-buahan dan lain sebagainya. Ibu-ibu tersebut menjajakan dagangannya menggunakan gerobak sorong dan berjalan kaki mengelilingi perumahan-perumahan yang ada disekitarnya.

Beberapa ibu kadang tampak membawa serta anaknya yang balita dalam gendongan kain panjang yang lusuh. Tak jarang anaknya merengek dan menangis yang membuat ibu tersebut tambah kelelahan di bawah terik matahari yang semakin menyengat. Tak terhitung berapa kali raut kecewa tersirat di wajah letih mereka saat menghadapi penolakan atas dagangan yang mereka tawarkan.

Di sinilah kemudian aku membulatkan tekat untuk membentuk suatu kelompok usaha perempuan sebagai wadah bagi ibu-ibu rumah tangga dalam upaya mengembangkan dan memaksimalkan potensi diri guna meningkatkan penghasilan mereka. Sebab, ketika ibu-ibu rumah tangga tersebut berkelompok dan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, seringkali lahir potensi dan ide-ide luar biasa yang tidak terduga.

Adapun target yang ingin dicapai dari pembentukan kelompok ini adalah mewujudkan pengembangan UMKM demi meningkatkan taraf hidup dan memperbaiki perekonomian ibu rumah tangga. Seperti yang telah kita ketahui bahwa salah satu faktor pembangunan ekonomi kerakyatan yang cukup prosfek dan potensial adalah pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Melalui gagasan tersebut, ibu-ibu rumah tangga akan didorong untuk membentuk kelompok-kelompok UMKM kecil dan bergabung menjadi satu kelompok besar yang pada akhirnya akan mengarah pada koperasi.

Ketika kelompok koperasi sudah terbentuk dan memiliki badan hukum yang resmi di hadapan Negara, tentu ini akan menjadi salah satu peluang besar bagi kelompok tersebut untuk mendapatkan pembinaan dan pendampingan yang dapat meningkatkan kapasitas diri maupun kelompok, mempermudah akses pembiayaan di perbankan, bahkan juga memiliki kesempatan yang besar untuk mendapatkan dana pembiayaan atau dana hibah dari pemerintah maupun swasta. Koperasi ini diharapkan dapat mewadahi pengembangan kewirausahaan bagi kelompok UMKM perempuan dalam mengatasi berbagai persoalan usaha.

Memang benar, kenyataan yang dihadapi tidak sesederhana teori yang ada. Namun menurut analisis sederhanaku, gagasan ini cukup menguntungkan dan minim resiko. Meski demikian, butuh analisis dan perencanaan yang matang agar gagasan ini dapat berjalan sesuai dengan harapan dan target yang ingin dicapai, dan yang paling penting adalah keringat mereka tidak menguap dengan sia sia. 

ADVERTISEMENTS

2. Konsep Pembentukan Kelompok Usaha Ibu Rumah Tangga Produktif

 Foto oleh Ade Rahmayanti (dokumentasi pribadi)

Foto oleh Ade Rahmayanti (dokumentasi pribadi) via https://www.instagram.com

Dalam perenungan, otakku mulai menyusun konsep terkait bagaimana dan akan seperti apa kelompok yang dibentuk tersebut.

Langkah awal yang aku lakukan adalah membuat mind-mapping (peta pikiran) untuk mempermudah dalam membuat rancangan serta sistem kerja yang akan diterapkan dalam kelompok usaha tersebut. Sistem yang baik akan memberi harapan atas keberlanjutan kelompok usaha tersebut. Mind-mapping juga mencangkup proses-proses awal terbentuknya kelompok UMKM diantaranya adalah pertama, melakukan identifikasi terhadap calon kelompok yang akan terlibat dalam UMKM. Identifikasi ini dilakukan berdasarkan tingkat kebutuhan, kemauan, semangat dan kerja keras setiap individu.

Kedua, menentukan jenis usaha yang sangat prospek dan potensial untuk dikembangkan oleh kelompok ibu rumah tangga tersebut. Jenis-jenis usaha yang dipilih tentunya juga turut memperhatikan dari segi ketersedian bahan baku dan tingkat kesulitan produksi serta mampu bersaing meski dalam kondisi pandemi. Artinya produk usaha tersebut harus relevan dengan kondisi saat ini dan termasuk dalam kategori kebutuhan masyarakat.

Ketiga, menentukan segmentasi pasar dan membangun jaringan pasar dengan cara menjalin komunikasi dengan mitra-mitra terkait. Jaringan pasar juga dapat dibangun dengan rutinnya mengikuti seminar dan event-event yang diadakan baik oleh pemerintah maupun pihak swasta.

Terakhir, melakukan pengembangan diri dan badan kelompok terkait manajemen, produksi, pengemasan, pemasaran dan pembukuan. Dalam tahapan ini proses pembelajaran akan terus berlangsung baik dari pengalaman yang sedang dijalankan, maupun mengikuti pelatihan sejenis yang diselenggarakan oleh stakeholder terkait.

ADVERTISEMENTS

3. Kelompok UMKM Mutiara Ayu

Foto oleh Ade Rahmayanti (dokumentasi pribadi)

Foto oleh Ade Rahmayanti (dokumentasi pribadi) via https://www.instagram.com

Sepertiga mimpiku kini terealisasi dengan berdirinya Kelompok UMKM Mutiara Ayu. Kelompok ini beranggoatakan ibu rumah tangga yang bercita – cita untuk maju agar dapat memulihkan kondisi ekonomi keluarganya. Berbagai hambatan dan tantangan ternyata tak menyurutkan semangat ibu-ibu rumah tangga tersebut untuk maju. Meski tantangan terbesar yang terus dihadapi adalah “MENTAL” untuk terus tegak berdiri disaat guncangan menggoyahkan. Hal ini juga berlaku pada ku. Tak terhitung berapa kali mental ku ikut terpuruk di tengah-tengah upaya ku untuk meyakinkan mereka agar tetap berada di jalurnya.  

Aku yang notabene merupakan orang yang tidak percaya diri dan sulit berbicara di depan umum, pada awalnya butuh waktu yang cukup lama untuk belajar dan meyakinkan diri hingga pada akhirnya memutuskan untuk  “Ayo lakukan! Kelompok ini harus terbentuk. Sebab hanya inilah satu-satunya solusi dalam upaya memperbaiki dan memajukan perekonomian ibu-ibu rumah tangga tersebut”. 

Dalam perjalanannya, kelompok ini pun tak lepas dari berbagai cibiran dan stigma negatif masyarakat sekitar. Terutama ibu-ibu rumah tangga lainnya yang masih tidak percaya dan menganggap hal tersebut tidak masuk akal dan sia-sia. Dengan berkelompok, segalanya serba sulit, keuntungan sedikit dan hanya buang-buang waktu dan tenaga saja.

Namun, aku sangat yakin dan optimis bahwa kelompok usaha yang sedang kami rintis ini akan segera merubah pola pikir dan stigma negatif mereka yang pada akhirnya akan menarik minat mereka untuk bergabung dan membentuk kelompok lagi.

Saat ini, Kelompok UMKM Mutiara Ayu sedang dalam proses penyusunan Bussines Model Canvas dan dokumen Busnises Plan dimana dokumen tersebut akan digunakan untuk rencana tindak lanjut pengembangan UMKM Mutiara Ayu dan sebagai alat penawaran untuk berkerjasama dengan mitra dan stakeholder terkait.

ADVERTISEMENTS

4. Pengembangan Produk Inovatif

 Foto oleh Ade Rahmayanti (dokumentasi pribadi)

Foto oleh Ade Rahmayanti (dokumentasi pribadi) via https://www.instagram.com

Dalam pengembangan produk, kelompok usaha ini didorong untuk menciptakan produk yang unik, inovatif dan relevan dengan kondisi yang terjadi saat ini. Sehingga, disamping produk tersebut memiliki daya tarik, produk tersebut juga dapat menjadi salah satu produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Dengan kata lain, konsumen memutuskan membeli produk tersebut bukan karena “ingin”, melainkan karena “butuh”. Dengan harapan, produksi dapat terus bertahan dan berkelanjutan (survive and sustainable).

Untuk saat ini, produk yang sedang dikembangkan oleh kelompok usaha UMKM Mutiara Ayu adalah Produk olahan dari kacang kedelai yakni Sari Kedelai Sehat. Beberapa kali kami harus menarik napas panjang ketika mengetahui bahwa Sari Kedelai yang kami buat tidak laku. Jangankan anggota kelompok lainnya, aku saja yang melihatnya merasa lemas sekujur tubuh.

Namun tak ingin menyerah begitu saja, sebab telah banyak modal, waktu, tenaga serta pikiran yang telah tercurahkan. Kami terus saling menyemangati satu sama lain. Kami terus optimis, bahkan ini hanya sementara. Kami hanya perlu mengubah rute jalan tanpa harus mengganti arah haluan.

Berbagai eksperimen yang kami lakukan akhirnya menghasilkan inovasi varian baru diantaranya adalah sari kedelai jahe merah, sari kedelai markisa, cappusoya, sari kedelai gula aren dan sari kedelai rosella. Varian sari kedelai tersebut tidak hanya memberikan rasa enak dan menyegarkan, namun juga menambah daftar manfaat  bagi penikmatnya.

Seperti yang telah kita ketahui, bahwa sari pati kedelai mengandung berbagai gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh seperti lemak, karbohidrat, kalsium, phosphor, zat besi, provitamin A, Vitamin B kompleks (kecuali B12), dan air. Dengan kombinasi dan perpaduan khasiat antara sari kedelai dan tanaman herbal seperti jahe merah, buah markisa, kopi, dan rosella yang tinggi antioksidan, menjadikan minuman ini kaya akan manfaat bagi kesehatan terutama dalam menanggapi situasi dan kondisi pandemi saat ini. Dengan varian dan rasa yang enak, sari kedelai ini dapat dinikmati oleh berbagai kalangan dari anak-anak, remaja maupun orang tua.

Dalam pemilihan bahan baku produk, kami sangat memperhatikan kualitas dan manfaat serta dampak bagi konsumennya. Sari kedelai ini dibuat dari 100 % kacang kedelai berkualitas, tanpa pemanis buatan, pengawet maupun pewarna buatan dengan masa simpan maksimal 4 jam dalam suhu ruangan. Proses produksinya pun sangat memperhatikan sanitasi dan standar mutu produksi. Sehingga, sari kedelai ini memiliki cita rasa dan kualitas yang terjaga dengan baik.

ADVERTISEMENTS

5. Lika-Liku Pemasaran

 Foto oleh Marcos Isaias Mejía Guarcas dari Pixabay

Foto oleh Marcos Isaias Mejía Guarcas dari Pixabay via https://pixabay.com

Menyandang produk berlabel “SEHAT” tentunya membuat kami berhati-hati dalam menentukan segmen pasar produk ini. Kami berbagi tugas untuk berkeliling Kota Pekanbaru dengan tujuan untuk mendata tempat-tempat potensial yang nantinya akan diajukan sebagai mitra bagi kelompok kami. Saat ini kami telah menitipkan produk sari kedelai di apotik-apotik, sanggar senam, dan kantin rumah sakit. Lagi-lagi pengalaman mengajarkan kami bagaimana cara membangun dan mengelola pasar guna meminimalkan kerugian yang akan terjadi.

Dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang ibu-ibu rumah tangga ini dibagi sesuai peran dan fungsinya. Perjuangan memasarkan produk kami selalu membawa cerita dan pengalaman yang tak bisa terlupakan. Emosi dan kelelahan bercampuk aduk akibat sepeda motor butut yang acap kali mogok dijalan. Belum lagi anak-anak kami yang merengek dan memaksa untuk ikut mengantar pesanan tapi malah menangis di tengah jalan minta pulang.

Dengan segala keruwetan dan kekecawaan yang menyatu kompleks tanpa sadar sedikit demi sedikit mengasah mental kami menjadi lebih kuat. Disaat salah satu anggota merasa down, anggota lainnya datang menyemangati. Alhamdulillah, hingga hari ini kami masih tetapi berproduksi.

Berdasarkan pengalaman, pemasaran secara manual tersebut dirasa tidak cukup maksimal. Kami kemudian belajar menggunakan media promosi sebagai bagian dari bauran pemasaran dengan tujuan menjangkau konsumen yang lebih luas seperti dengan menggunakan Facebook, Instagram, Whatsapp, Youtube, Twitter, Blog, dan sebagainya.  

Kami terus belajar bagaimana melakukan komunikasi persuasive yang baik dengan memanfaatkan media promosi tersebut guna mendapatkan pelanggan. Di samping itu, kami juga terus menjalin komunikasi dengan mitra atau pelanggan yang telah ada baik dengan menggunakan media sosial maupun secara langsung dengan menerima masukan pelanggan, menangani keluhan customer serta menangani feedback negatif dengan baik

Nah, itulah sedikit cerita tentang pengalamanku #BeraniWujudkanMimpi membentuk kelompok ibu rumah tangga yang produktif. Tulisan ini, aku dedikasikan kepada kelompok UMKM Mutiara Ayu, jika terpilih sebagai salah satu tulisan yang mendapatkan penghargaan, maka reward-nya akan aku donasikan untuk modal usaha kelompok UMKM Mutiara Ayu. Karena sesungguhnya kelompok tersebut sangat membutuhkan dukungan dan support anggaran untuk membangkitkan perkembangan usaha yang saat ini sedang dirintis.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Terlahir di Pekanbaru Kota Bertuah, 28 tahun silam| Seorang ibu muda-berwajah flat, selalu terkesan cuek dan anti sosial padahal Si melankolis yang kadang sanguinis| Punya hobi bermain gitar, menulis, mengumpulkan sampah dan barang bekas| Pemerhati lingkungan hidup dan penggiat daur ulang limbah organic dan anorganik|Tercatat sebagai Alumni Biologi Universitas Riau Angkatan 2009| Jejaknya bisa dilacak melalui akun Instagram @namakuade. Kicauannya kadang terselip di akun Facebook Ade Rahmayanti. Tulisannya yang masih seumur jagung bisa dilihat di tintalusuhkemudian.blogspot.com.|