Bentengi Dirimu dengan Personal Boundaries, Biar Tidak Keseringan Dicap Nggak Enakan

Kamu harus tahu kapan kamu harus membuka pintu dan kapan harus menutup pintu

Dalam hidup ini, kita pernah merasakan yang namanya disuruh, dimintain bantuan, diperintah sama orang lain di sana-sini sampai akhirnya berujung dimanfaatin sama orang lain karena terlalu berlebihan untuk mencurahkan banyak waktu, perhatian, pikiran dan tenaga. Dari sinilah, kita terkesan merasa diri kita tidak dihargai karena secara tidak sadar kita sudah mempersilahkan orang lain untuk melakukan hal-hal yang mereka mau.

Kamu merasa bahwa ada keberadaan orang lain yang ikut campur dalam urusan hidupmu. Sampai-sampai kejadian ini sudah melampaui batas dan membiarkan kejadian ini terjadi terus-menerus tanpa henti tanpa benteng dari kamu sendiri sebagai pelaku utama dalam hidup yang sedang kamu jalani saat ini.

Ada keluarga yang selalu bersama tiap hari tinggal bersamamu, ada teman yang selalu menemani kamu dikala suka duka sedih canda dan tawa. Ada sahabat yang sudah kenal lama sama kamu bertahun-tahun lamanya berbagi cerita sama kamu, sehingga kamu mungkin sudah berani untuk mempercayakan dia agar bisa memberikan solusi terhadap kegelisahan dan masalah yang mendera hidupku.

Keberadaan sahabat sejatinya berpikiran bahwa mereka ada dan lebih tahu tentang dirimu seutuhnya dibandingkan dengan kamu sendiri yang punya badan dan pasang badan untuk menjalani hidup yang penuh liku-liku ini.

Dari anggapan-anggapan tersebut, seakan kamu merasa bergantung sama mereka khususnya dalam pengambilan keputusan. Mereka seakan dilibatkan untuk memutuskan mana yang terbaik untuk diriku, mana yang terbaik untuk masa depanku. Padahal, setiap dari kita insan manusia pasti memiliki batasan-batasan tertentu untuk diri kita sendiri.  

Maksudnya batasan di sini adalah privasi, ruang, atau jarak antara kamu dan mereka. Kamu harus selalu ingat kalau tidak ada yang memahami dirimu sebaik dirimu sendiri. Tubuh dan pikiranmu selalu bersama kamu sepanjang hidupmu. Menurut dr. Henry Cloud, batasan atau boundaries ini diibaratkan seperti rumah, rumah kita biasanya dikelilingi pagar, setelah pagar ada pintu masuk, lalu di dalam rumah ada ruangan-ruangan lain salah satunya kamar tidur kita.

Ada orang-orang yang cuma bisa diluar pagar, ada yang bisa masuk ke dalam tapi cuma boleh di ruang tamu, ada juga orang-orang yang kita izinkan untuk masuk ke dalam kamar kita. Kalau kamu sedang ke kantor juga misalnya ada ruangan khusus yang hanya bisa dimasuki oleh staf, selain staf tidak diizinkan untuk masuk ke ruangan tersebut. Kamu berhak untuk menolak jika ada seseorang yang terlalu mencampuri urusanmu, bahkan kamu berhak untuk menolak seseorang yang ingin membantumu karena kamu sedang tidak bisa membantu atau ada urusan lain yang lebih urgent.

Pendek kata, kamu harus tahu kapan kamu harus membuka pintu dan kapan harus menutup pintu. Lalu bagaimana cara membentuk personal boundaries dari diri kita agar terhindar dari rasa ga enakan sama orang lain? Ikuti tipsnya berikut ini!

ADVERTISEMENTS

1. Mulai Kenali Personal Boundaries untuk Dirimu

Personal Boundaries by Thrivetreatment

Personal Boundaries by Thrivetreatment via https://thrivetreatment.com

Personal boundaries atau batasan diri merupakan sebuah batasan, pedoman, atau aturan yang dibuat seseorang dalam mengidentifikasikan cara yang masuk akal, aman, dan diperbolehkan bagi orang lain untuk berperilaku terhadap mereka dan bagaimana mereka akan merespons ketika seseorang melewati batasan tersebut.

Kamu berhak untuk tidak mendengarkan omongan-omongan yang sekiranya menjatuhkan kamu, kamu juga berhak untuk menjalankan apa yang menurut kamu baik bagi dirimu silahkan kamu serap demi kebaikan kamu.

Cuma memang personal boundaries ini ada yang baik dan buruk. Tentunya kamu harus bisa memfilter agar personal boundaries yang kamu jadikan benteng bagi dirimu dibentuk secara sehat tanpa terkontaminasi dari orang lain

Bentuk personal boundaries tidak hanya dalam bentuk emosional, tetapi bisa dalam bentuk fisik, mental, psikologis dan spiritual, keyakinan, intuisi, serta harga diri yang mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita. Misalnya, Kamu bisa bertanya pada diri sendiri, apakah kamu memahami apa yang kamu pikirkan? Dan apakah kamu terbuka akan pendapat orang lain? Apa kita udah dapetin apa yang kita mau? Apa kita ini udah bahagia? dan lain-lain.

Kamu juga berhak untuk menolak jika ada yang meminjamkan uang karena kamu juga butuh uang kan. Dengan batasan yang sehat mencegah kita untuk memberikan nasihat, menyalahkan orang lain atau sebaliknya kita menerima jika disalahkan orang lain

ADVERTISEMENTS

2. Harus Punya Ruang untuk Diri Sendiri

Photo by Michael Burrows from Pexels

Photo by Michael Burrows from Pexels via https://www.pexels.com

Buat jadwal waktu untuk menyendiri, sesekali untuk memulihkan jadwal kesibukan kamu atau biasanya punya waktu sendiri ketika udah lelah seharian bekerja atau udah capek ngerjain tugas kerjaan/kuliah. 

Kita tidak selalu harus nongkrong sama temen-temen atau berada di tempat rame kok buat ngerasa happy, sendiri juga perlu sambil merenung apa sih hal yang mau aku lakuin yang bikin diri sendiri itu seneng? biasanya me time di isi dengan hal-hal santai dan nyaman seperti nonton netflix, dengerin musik, main game, makan dan lain-lain.

Sejatinya hanya kita sendirilah yang tahu kadar kenyamanan kita sejauh mana. Kita sukanya apa dan nggak sukanya kenapa. Jalani aja apa yang kamu mau. Hindari ruang yang membuat kamu sendiri merasa tertekan dan menghambat dirimu sehingga kamu terpaksa untuk melakukannya gapapa deh aku ngikut aja. Tidak! Kalau kamu memang sudah tidak sanggup silahkan bilang, karena memaksakan kehendak tidak baik bagi dirimu sendiri dan susah untuk menolak permintaan juga ga baik untuk diri kamu.

Mau sampai kapan kalau begini terus karena merasa nggak enakan dan lebih mentingin urusan orang lain daripada urusan kamu sendiri.

ADVERTISEMENTS

3. Punya Personal Boundaries Berarti Punya Self Love

Photo by John Diez from Pexels

Photo by John Diez from Pexels via https://www.pexels.com

Memiliki batasan pribadi sangatlah penting. bukan untuk mengontrol orang lain tapi untuk melindungi diri kita sendiri. Hal ini membantu untuk membedakan posisi kita dan orang lain, dan membedakan mana keinginan kita dan keinginan orang lain. Terkadang karena terlalu gak-enakan hal itu bikin kita sulit dan ga kenal diri sendiri.

Makanya membentuk personal boundaries sama dengan kamu mencintai dirimu sendiri. Kamu bisa dengan leluasa memiliki power untuk melakukan pengambilan keputusan sendiri tanpa menggantungkan omongan orang lain.

Setidaknya kamu juga punya ruang bebas untuk menentukan jalan hidup sendiri tetapi tetap harus selalu berada dalam koridor yang benar.

Memiliki personal boundaries mengisyaratkan kalau kamu itu memiliki prinsip yang kuat dan tidak goyah mau sekencang apapun angin yang menerpa dirimu, mau sederas apapun ombak yang menerpa dirimu kamu tetap teguh terhadap pendirian kamu sendiri.

ADVERTISEMENTS

4. Harus Tegas dan Punya Batasan dalam Lingkungan Sekitar

Utas Jiemi Ardian by Twitter

Utas Jiemi Ardian by Twitter via https://twitter.com

Personal boundaries adalah sebuah kunci agar kamu bisa terbebas dari jeratan perasaan yang tidak dihargai. Saya jadi terinspirasi dari sebuah utas yang dibuat oleh Jiemi Ardian di Twitter.

Beliau mengatakan bahwa orang baik susah untuk membangun batasan atau boundaries. Hal ini didasarkan pada rasa nggak enakan sehingga memunculkan rasa takut kalau orang lain ga suka dan takut jahat ke orang lain.

Anggapan orang pastinya berpikir bahwa orang baik itu sudah pasti selalu membantu orang lain padahal nyatanya, tidak selalu seperti itu. Maka dari itu, orang baik. malah tidak memiliki batasan personal yang jelas, dan malah jadinya dimanfaatkan.

Kalo kata orang, the giver should set the limit, because the takers don’t have any. Dari sinilah, untuk membentuk personal boundaries perlu diberikan batasan yang jelas dan harus tegas entah itu soal perilaku yang tidak kamu harapkan, atau keuangan, atau hal yang menurutmu bukan tanggung jawabmu.

Bedakan antara kebaikan dan tanggung jawab. Kalau kamu melakukan hal-hal baik kepada orang lain itu adalah kebaikan bukan sebagai tanggung jawab.

Kamu yang bertanggung jawab merawat dirimu sendiri, mencintai dirimu sendiri bukan atas kehendak untuk memuaskan keinginan orang lain. Ingat dirimu sendiri juga berhak untuk bahagia dan kamu bukanlah sebagai alat pemuas kebahagiaan orang lain.

ADVERTISEMENTS

5. Lakukan dan Konsisten Atas Keputusan yang Diambil

Foto oleh Sam Lion dari Pexels

Foto oleh Sam Lion dari Pexels via https://www.pexels.com

Memiliki personal boundaries berarti kamu turut untuk berkontribusi atas pilihan dari kepekaan hati kamu sendiri. Kamu berusaha untuk berpikir mengenai pilihan terbaikmu dengan mendengarkan pendapatmu sendiri, ini bisa juga disebut sebagai inner voice. 

Dengan begitu kamu dapat membuat keputusan berdasarkan apa yang terbaik untukmu, dan apa yang menjadi pilihanmu tanpa campur tangan orang lain. Dengan membentuk personal boundaries, kamu dapat membangun kepercayaan baik dengan keluarga, pasangan, sahabat atau rekan kerjamu. 

Rasa saling percaya akan tumbuh seiring waktu pada masing-masing individu yang menerapkan personal boundaries. Kalau kamu udah yakin dengan keputusan kamu dan berniat untuk berubah, bersiaplah buat menolak semua kejutan yang bakal ada di depan, ingat yang terpenting adalah perasaanmu sendiri.

Memikirkan/mementingkan perasaan sendiri bukan berarti egois. Tapi itu semua dilakukan atas dasar dirimu sendiri. Kamu yang berhak tau mana yang sekiranya bisa kamu kendalikan dan mana yang sekiranya tidak bisa kamu kendalikan. I focus on what I can control and I let go of what I can't.

Kamu nggak harus jadi semua yang orang tuntutkan padamu. Menjadi orang baik, bukan berarti berusaha dianggap baik oleh semua orang. Menjadi orang baik itu dengan berusaha melakukan yang baik. Tapi berikan batasan, mana kebaikan yang masih bisa kamu berikan – Jiemi Ardian

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka Seblak dan Baso Aci