Awalnya, pergi ke luar negeri hanyalah sebuah angan-angan untukku. Hal itu adalah suatu pengalaman yang kurasa hampir mustahil untuk kudapatkan karena pastinya akan terkendala biaya. Tidak mudah untukku bisa berlibur atau belajar ke luar negeri dengan menggunakan biaya sendiri. Akan tetapi, ungkapan “Ada banyak jalan menuju roma” memang benar adanya karena pada akhirnya, angan-angan itu berubah menjadi kenyataan.
Aku menjadi orang pertama dari keluargaku yang menginjakkan kaki di negara lain dan #BelajarDiNegeriOrang. Pada 6 Agustus 2018, aku berangkat dan siap untuk memulai kehidupan selama setahun di Negeri Paman Sam.
ADVERTISEMENTS
1. Sebelum Berangkat ke Amerika Serikat
Saat itu aku masih kelas satu SMA. Seorang teman membagikan informasi mengenai seleksi pertukaran pelajar dan menganjurkanku untuk ikut. Awalnya, aku tidak yakin untuk mendaftar karena aku tidak yakin bisa lolos. Namun, setelah melihat pengalaman para penerima beasiswa, ditambah seleksi yang hanya bisa kuikuti sekali seumur hidup, aku pun merasa bahwa kesempatan itu terlalu sayang untuk tidak dicoba.
Ketika mengikuti seleksi, aku tidak pernah berani untuk berekspektasi terlalu banyak. Aku bukanlah tipe pelajar yang sangat pintar terutama di bidang akademik dan dapat dikatakan bahwa kemampuanku rata-rata saja. Namun, aku selalu mencoba untuk mendalami hal yang aku suka, yaitu menulis dan bahasa Inggris. Setelah melalui proses seleksi dari provinsi hingga nasional dalam jangka waktu kurang lebih selama setahun, akhirnya aku dinyatakan sebagai salah satu kandidat yang akan berangkat ke Amerika Serikat.
Meskipun begitu, aku tidak lantas berekspektasi yang muluk-muluk karena para kandidat selalu diingatkan melalui email bahwa kita baru pasti berangkat bila sudah duduk dalam pesawat menuju negara tujuan. Artinya, masih ada kemungkinan pembatalan keberangkatan karena berbagai alasan dan hal itu pernah terjadi.
Aku beruntung karena segalanya berjalan dengan cukup lancar untukku. Pada Juni 2018, aku dikabarkan akan ditempatkan bersama host family dari Washington State, negara bagian di Amerika Serikat yang terkenal dengan bangunan Space Needle-nya. Kemudian, pada akhir Juli aku berangkat ke Jakarta untuk menjalani masa-masa orientasi selama seminggu dan bertemu dengan para kandidat dari berbagai daerah di Indonesia. Selesai orientasi, pada awal Agustus, aku mendapatkan kepastian itu, yaitu duduk di dalam pesawat menuju negara tujuanku, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENTS
2. Menjadi Siswa Pertukaran Pelajar di Amerika Serikat
Di Amerika, aku tinggal di sebuah kota kecil bernama Washougal. Sekitar 30 menit dari tempatku tinggal terdapat kota besar, yaitu Portland. Aku menghabiskan sebagian besar kehidupanku selama di Amerika di kedua kota tersebut. Namun, karena aku tinggal di Washougal, maka masa-masa SMA aku habiskan di Washougal High School.
Menjadi seorang siswa pertukaran pelajar di sebuah SMA di Amerika bukanlah hal yang baru untuk para siswa yang memang berasal dari sana. Hampir setiap tahunnya, ada saja siswa pertukaran pelajar dari negara lain yang datang dan menyebar ke seluruh penjuru Amerika Serikat. Bagaimanapun, high school’s life-nya Amerika adalah suatu hal yang tak pernah kusangka bisa kurasakan langsung, bukannya melalui film-film saja.
ADVERTISEMENTS
3. Keseruan Masa SMA di Amerika Serikat
Akan kurangkum beberapa pengalaman menarik selama menempuh pendidikan di Washougal High School. Sekolah ini relatif kecil, mengingat Washougal sendiri adalah kota kecil. Meskipun begitu, seperti sekolah-sekolah lainnya, Washougal High School memiliki beberapa kelas, club, ataupun kegiatan menarik yang bisa kuikuti.
Berbicara mengenai hal menarik, sesuatu yang sangat ingin kurasakan ketika bersekolah adalah berangkat dengan bus sekolah berwarna kuning yang sering kujumpai ketika menonton film Amerika. Keinginanku itu terpenuhi dan bus kuning menjadi salah satu transportasi favoritku selama di Amerika.
Hal menarik lainnya, seperti yang sudah kusebutkan sebelumnya, adalah kelas atau mata pelajaran yang bisa kupilih. Ada beberapa pelajaran peminatan unik dan sangat menjurus pada hobi tertentu, seperti misalnya Film as Literature dan Introduction to Theatre yang kuambil karena aku hobi menonton film dan cukup menyukai dunia teater.
Selain itu, untuk bisa mengenal lebih banyak orang di sekolah dan memang karena tertarik, aku aktif mengikuti beberapa kegiatan di club atau semacam ekstrakulikuler, seperti Drama Club, International Club, dan Book Club. Aku juga mencoba mengikuti olahraga tennis untuk pertama kalinya dan harus belajar bermain tennis dari awal hingga setidaknya bisa memantulkan bola ke lawan dan bertanding.
Selanjutnya, keseruan menjadi anak SMA di Amerika adalah merasakan berbagai event sekolahnya. Pertama, ada football game yang jujur saja, aku tidak mengerti cara bermainnya hingga sekarang karena football-nya Amerika sangat berbeda dengan permainan sepak bola yang kukenal.
Namun, keseruannya menurutku ada di saat menjadi penonton ketika aku hanya ikut-ikutan berteriak atau bersorak, tetapi juga terkadang bisa sekadar mengobrol dengan teman atau orang baru saat menonton. Selama acara berlangsung juga ada para cheerleader yang menari dan ikut bersorak, ada juga musik pengiring tentunya. Hal itu membuat acara yang diadakan setiap hari Jumat sebelum homecoming ini jadi tidak membosankan.
Homecoming sendiri adalah acara tahunan yang biasanya diadakan sekitar bulan Oktober. Ada berbagai rangkaian acara yang seru ketika aku mendatangi homecoming, seperti berbagai games yang bisa dicoba, hingga sekadar menari-nari bersama mengikuti alunan musik yang diputar keras bersama semua orang yang datang ke acara. Event lainnya yang cukup mirip dengan homecoming adalah prom.
Mungkin acara prom ini sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan orang. Acara bagai pesta dansa ini diadakan di akhir tahun ajaran. Hal yang kusukai dari prom juga sama seperti homecoming, yaitu menikmati musik, makanan, mengabadikan momen dengan teman-teman di sana, dan kesempatanku untuk menggunakan dress kesukaanku yang bernuansa biru.
ADVERTISEMENTS
4. Hari Kelulusan
Tanpa terasa, hari kelulusan datang. Rasa sedih, bangga, dan senang bercampur jadi satu. Sedih karena sebentar lagi harus pergi, bangga karena bisa sampai pada titik itu, dan senang karena sebentar lagi aku akan bertemu orang-orang yang kurindukan di rumah.
Pada hari kelulusan, segalanya terasa berlalu begitu cepat. Tidak terasa, hampir setahun berlalu sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di sekolah itu dan menjadi orang asing yang benar-benar tidak mengenal siapapun. Sudah hampir setahun berlalu dengan berbagai kenangan dan hal baru yang telah kucoba, hingga aku tidak sepenuhnya asing lagi. Selama hampir setahun pula, aku berbagi cerita dengan orang-orang di sekolah itu, kepada teman-teman, para guru, pegawai sekolah, hingga para coach tennis.
Aku pun sampai pada hari kelulusan. Hingga akhirnya, tiba waktunya untuk aku dan para lulusan tahun 2019 melempar topi toga setinggi-tingginya dan bersorak memaknai kelulusan kita dari Washougal High School.
ADVERTISEMENTS
5. Keinginan untuk Menjelah Lagi
Tanpa terasa, sudah hampir dua tahun berlalu sejak aku pergi meninggalkan rumah keduaku di Amerika Serikat. Sejak saat itu, aku selalu ingin mengeksplor dunia dengan terus mencari-cari kesempatan untuk bisa pergi ke luar negeri lagi. Dan untuk kamu yang ingin belajar di luar negeri, kamu tentunya memerlukan perencanaan atau persiapan matang yang salah satunya adalah dengan mengetahui maskapai penerbangan ramah pelajar dan mahasiswa.
Bergabung dengan Qatar Airways Student Club akan membantumu mempersiapkan penerbangan menuju negara tujuan dengan lebih mudah dan tentunya ramah untuk pelajar maupun mahasiswa. Kamu akan mendapatkan penawaran menarik, seperti harga spesial tiket penerbangan hingga fasilitas lengkap yang akan membuat perjalananmu menuju negara tujuan menjadi nyaman.
Last but not least, aku yakin bahwa siapa saja bisa berkesempatan untuk #BelajarDiLuarNegeri asalkan berani mencoba kesempatan yang ada dan tentunya persiapan diri yang matang. Ayo, mulai perjalananmu sekarang!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”